Detikkasus.com | Artikel
Ketua Umum Generasi Muda Indonesia Cerdas Anti Korupsi (Gmicak) : Saat kau memberikan orang, sesungguhnya pemberian itu adalah untukmu, (Baik, Makanan, uang, maupun Pertolongan).
Dan saat kau mendoakan orang lain, sesungguhnya doa itu juga untukmu.
Maka sibuklah memberikan/ bersedekah agar dikemudian kau bahagia”.
Supriyanto als ilyas Ketua Umum Generasi Muda Indonesia Cerdas Anti Korupsi (GMICAK): Terkadang orang mengeluh, merasa lelah, menanggung beban beratnya hidup di dunia, merasa kurang dan lain sebagainya.
Ketua Umum Gmicak : setelah melakukan peenelusuran secara fakta dan akuntabel : Tidak sedikit orang frustasi akhirnya bunuh diri, mencuri merampok dan Korupsi karena hidupnya merasa kurang, termasuk merasa kurang cantik lantas dirinya melakukan operasi wajah dan lain-lain.
Kurangnya beriman, bersyukur atas semua nikah dari Allah Swt, dapat membuat kita lupa berkaca
(Koreksi diri).
Dan Janganlah pernah merasa memiliki harta dan benda, Janganlah merasa dirimu berpangkat atau punya jabatan, karena jika suatu saat tidak memiliki harta atau sudah tidak menjabat.
Meskipun anda kaya raya, atau Pangkat, janganlah anda merasa, insya Allah jika anda sudah tidak memiliki semua ittu, Anda tidak merasakan sakit yang teramat dalam.
Memiliki keluarga yang utuh dan harmonis menjadi kebahagiaan tersendiri bagi setiap orang. Jika kamu memiliki keluarga yang utuh, kamu harus bersyukur. Di luar sana banyak yang hidup tanpa keluarga. Entah karena ditelantarkan, ditinggal meninggal, atau karena perceraian.
Jangan merasa hidupmu yang paling berat hanya karena merasa kurang diperhatikan. Hidupmu jauh lebih baik daripada mereka yang hidup tanpa keluarga.
Hendaknya kita Mengingat Kematian
QS Ali Imran Ayat 185. https://jejakkasus.info/mengingat-kematian-qs-ali-imran-ayat-185/
Sesungguhnya apa-apa yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan dari Allah SWT. Maka sungguh sangat dangkat hidup kita jika kita beranggapan bahwa apa yang kita gunakan saat ini adalah milik kita. Betapa hidup kita tidak bernilai jika hanya menjadikan perhiasan dunia sebagai tolak ukur kemuliaan.
Jika kita merasa terhormat oleh bungkus, semua itu tiada lain hanyalah titipan dari Allah Swt. Bahkan kita hidup di dunia pun hanya nebeng saja, dan alam semesta ini mutlak adalah milik Allah Swt. Lantas apa yang pantas kita sombongkan sebenarnya? Tidak ada sedikitpun.
Di dalam Al Quran terdapat hikmah yang sangat besar terkandung dalam nasehat Luqman kepada putranya. Allah Swt. berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”
(QS. Lukman [31]: 18).
Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT. Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu mengadakan benda dari tiada menjadi ada.
Harta sebagai perhiasan hidup. Hal ini memungkinkan manusia untuk menikmatinya dengan baik dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati harta.
Sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran: 14).
Kemudian dalam ayat lain disebutkan “Sebagaimana perhiasan hidup, harta sering menyebabkan keangkuhan, kesombongan, serta kebanggaan diri.” (QS. al-‘Alaq: 6–7).
Harta sebagai ujian keimanan. Hal ini berkaitan dengan cara mendapatkan dan memanfaatkannya, apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak. Allah SWT berfirman: “Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
(QS. al-Anfaal: 28).
Harta sebagai bekal ibadah. Harta digunakan untuk melaksanakan perintah-Nya dan muamalah di antara sesama manusia, melalui zakat, infak dan sedekah. Allah SWT berfirman: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu Mengetahui.”
(QS. At-Taubah:41)
Kehidupan dunia sejatinya adalah perjalanan manusia menuju atau kembali kepada Allah, asalnya. Namun, manusia sering kali lupa diri dan tujuannya karena tergoda nikmatnya kehidupan dan gemerlapnya dunia. Oleh karena itu, Allah mengingatkan dalam Alquran, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya.”
(QS az-Zumar [39].
Sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?
(Yusuf: 109).
“Sesungguhnya tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya). Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.”
(Al Qur’an Surat Saba: 39)