Oleh : Insan Safitri, Universitas Muhammadiyah Malang
Ilustrasi HIV/AIDS (sumber : shutterstock)
Apakah peningkatan dan Penularan Virus HIV/AIDS Masih Berlanjut?
Di tengah area yang bebas dalam resesi global. Penularan awal SIV ke HIV pada manusia dikira selaku tonggak dini dalam sejarah HIV/ AIDS serta awal kali ditemui pada tahun 1920. Sehingga penularan virus HIV/AIDS masih berlanjut hingga saat ini. HIV merupakan virus yang melanda sistem imunitas badan manusia sebaliknya AIDS merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus HIV. HIV( Human Immunodeficiency Virus) merupakan virus yang melanda serta mengganggu imunitas badan manusia, paling utama pada sel darah putih yang disebut sel CD4. Pemicu dari penyakit tersebut merupakan penularan HIV yang bisa terjadi lewat ikatan seks vaginal ataupun anal, pemakaian jarum suntik, serta transfusi darah. Salah satu pemicu tingginya permasalahan HIV di Indonesia merupakan seks bebas.
Kota Bandung mengungkapkan kasus penularan HIV/AIDS di ibu kota Jawa Barat didominasi usia produktif, dengan jumlah sebanyak 410 permasalahan dari total 3. 744 permasalahan yang terdampak virus, Perihal itu bersumber pada informasi dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada bulan Januari-Juni 2022, dikumpulkan berdasarkan laporan 30 tahun terakhir dari tahun 1991-2022 virus HIV yang masih berkembang hingga saat ini di lingkungan masyarakat. Mayoritas yang terdampak penyakit tersebut merupakan mahasiswa. pemicu ratusan mahasiswa terserang penyakit HIV disebabkan hubungan seks bebas, pemakaian narkoba suntik yang dipakai secara bergantian, hubungan heteroseksual, homoseksual, serta biseksual, Tetapi paling banyak faktor risikonya yakni hubungan heteroseksual.
Dari data yang dikumpulkan Dinkes Kota Bandung sepanjang 30 tahun terakhir, usia paling banyak yang terkena HIV/AIDS adalah 20-29 tahun. Pemkot Bandung pun merespons soal data yang dirilis KPA tersebut. Pasalnya penyakit HIV/AIDS meski bisa diobati, tetapi pengidapnya mustahil sembuh. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Ira Dewi Jani mengatakan, “jika seseorang telah terdiagnosa HIV dan tercatat, serta terlaporkan dalam Sistem Informasi HIV (SIH), maka datanya akan terus ada sampai meninggal. Data itulah, sambungnya, yang tercatat terus hingga kini. HIV ini perjalanan penyakitnya 3-10 tahun. Kalau daya tahan tubuhnya tidak baik, 3 tahun dia sudah menunjukkan gejala ke arah AIDS. Kalau daya tahan tubuhnya bagus, baru bisa kelihatannya 10 tahun kemudian”
Kisah seseorang mantan PSK di kota bandung yang terinfeksi virus HIV/AIDS
Seseorang pemuda berisial E yang berusia 20 tahun dari kelompok LSL serta pula menderita HIV/ AIDS( ODHA). Status selaku ODHA semenjak januari 2015 yang dikala itu masih masa kuliah. E menceritakan penyebabnya menderita status ODHA merupakan tertular HIV/ AIDS dari salah satu pelanggannya, tetapi tidak ketahui yang mana orang tepatnya. E mengaku salah satu aspek yag buatnya jadi PSK merupakan keadaan keluarga yang kurang harmonis. Dikala masih aktif jadi pekerja seks, E sadar kalau pekerjaannya berisiko terinfeksi HIV/ AIDS. Sebab takut, dia juga kesimpulannya berupaya uji HIV di Rumah Sakit Hasan Sadikin( RSHS) Bandung.
” Awal mulanya tuh sebab aku sepanjang jadi pekerja seks sesama pria, tertular dari sesama hanya enggak ketahui dari yang mana,” ucap E
” Aku baca- baca di internet nyatanya perihal itu berisiko tertular virus HIV/ AIDS, dari situ aku pernah takut terus aku cari uji penyembuhan gitu, kesimpulannya tiba ke RSHS. Terus katanya kalo ingin uji wajib terdapat referensi dari dokter, kesimpulannya tiba selang seminggu buat cek,” jelas E seraya mengingat masa- masa awal mulanya terinfeksi HIV/ AIDS.
Sehabis melaksanakan pengecekan, E hadapi indikasi gatal- gatal di bagian anus yang mana ada bakteri papiloma. Sehabis itu, E ditawarkan buat melaksanakan uji HIV/ AIDS serta dinyatakan positif. E mengaku telah mengira hendak terinfeksi HIV/ AIDS. Bukan tanpa alibi, uraian E menimpa HIV/ AIDS buatnya tersugesti terinfeksi virus mematikan tersebut.
E pula mengaku pemahamannya terhadap HIV/ AIDS sebagian besar mencari ketahui sendiri. Dia tidak memperoleh bimbingan maupun sosialisasi terpaut indikasi maupun resiko HIV/ AIDS.
Identitas indikasi orang terserang penyakit HIV ialah, pada stadium awal terinfeksi HIV tidak terdapat indikasi khusus, umumnya berlangsung beberapa tahun. Tetapi pada stadium akhir terinfeksi AIDS, biasaynya timbul indikasi semacam:
– Penyusutan berat tubuh secara drastis
– Demam di malam hari
– Keletihan yang tidak bisa dijelaskan
– Peradangan paru- paru serta bisa jadi kelainan neurologis yang lain.
– Diare berkepanjangan
Untuk saat ini terdapat obat ARV( antiretroviral) yang merupakan bagian dari penyembuhan HIV, yang bisa kurangi efek penularan HIV, membatasi perburukan peradangan oportunistik, tingkatkan mutu hidup pengidap penyakit HIV, serta bisa merendahkan jumlah virus dalam darah hingga tidak ditemukan walaupun mengomsumsi obat tersebut. Walaupun mengomsumsi obat tersebut terdapat sebagian efek samping yang terkadang timbul dikala mengomsumsi ARV. Beberapa efek samping dari obat ARV, antara lain seperti, mual, muntah, kendala tidur, gampang letih, sakit kepala serta lain- lain.
Selain itu, WHO telah merekomendasikan obat dolutegravir merupakan obat yang bekerja sebagai Integrase Inhibitor (INIs) yang akan menghambat integrase. Obat ini dapat digunakan untuk mengobatan HIV sebagai altenatif pada terapi yang menggunakan obat efavirenz. . Cara kerja obat dolutegravir yaitu dengan menghambat integrase, enzim protease yang dibutuhkan oleh HIV untuk memasukkan virus ke dalam DNA dari sel T CD4. Saat HIV menulari sebuah sel dalam tubuh manusia, DNA HIV dipadukan dalam DNA sel induk. Panduan ini dibantu oleh enzim integrase. Dolutegravir menghambat pekerjaan enzim, dengan akibat DNA HIV tidak dipadukan pada DNA sel induk. HIV dapat menulari sel tersebut, tetapi tidak mampu menggandakan diri.
Aktivitas penanggulangan HIV serta AIDS terdiri atas promosi kesehatan, penangkalan penularan HIV, pengecekan penaksiran HIV, penyembuhan, perawatan serta sokongan; dan rehabilitasi. Pelayanan konseling yang diketahui dengan voluntary counseling and testing( VCT), sesuatu layanan konseling serta uji HIV yang diperlukan oleh klien secara aktif serta individual menekankan pada pengkajian serta penindakan aspek resiko, diskusi keinginan untuk menempuh uji HIV serta penularan, resiko, pengecekan, penyembuhan serta penangkalan, uraian manfaat mengenali status HIV.