Bojonegoro l Detikkasus.com – Batik merupakan salah satu kebudayaan di Indonesia yang sudah dikenal sejak masa lalu. Budaya membatik diyakini sudah ada di Indonesia sebelum abad ke-10. Hal tersebut berdasarkan pada temuan artefak kuno seperti patung maupun relief candi yang memperlihatkan sosok yang mengenakan pakaian dengan ornamen batik.
Sugeng Wardoyo, S.Sn., M.Sn. Dosen Fakultas Seni Rupa Jurusan Kriya ISI Yogya Kandidat Doktor yang merupakan pemerhati Samin dan Sekaligus Pencetus Batik “Paseksen Luhur” Tersebut Menjelaskan Jika “Proses menemukan ide pembuatan batik Paseksen Luhur ini merupakan rangkaian konsep nguri-uri pitutur luhur Samin Surosentiko. Konstruksi awal yang dibangun ialah berempati pada esensi pitutur luhur Samin Surosentiko, didasari rasa menep semeleh keikhlasan niat untuk ikut nguri-uri.” Ungkapnya saat di konfirmasi melalui Pesan Singkat WhatsApp (16/09/22).
“Berpatokan pada paugeran siji kanggo selawase, dimensi yang dibangun lebih pada kekuatan hati untuk selalu memegang teguh nilai-nilai luhur yang diugemi dalam hal ini adalah adat pernikahan. Kesepakatan kedua belah pihak ini merupakan janji luhur, bermuara pada ketentraman jiwa yang bersinergi dengan keselarasan alam semesta.” Imbuhnya.
“Makna filosofi batik “Paseksen Luhur”
Bunga cempaka mulya merupakan perlambang simbol kesetiaan cinta kasih meneguhkan niat untuk laku nyawiji rasa dalam melangkah membangun rumah tangga. Motif “Paseksen Luhur” mengandung falsafah tinggi, ada janji suci yang terikrar dengan memohon doa dan harapan yang dipanjatkan kepada Yang Maha Kuasa semoga dalam mengarungi bahtera rumah tangga mendapatkan kebahagiaan ketentraman lahir batin. Dan Bentuk visual struktur pola batik Paseksen Luhur terdiri dari stilasi bunga cempaka mulya sebagai center of interest motif utama, dikombinasi susunan motif pendukung visual mimi dan mintuno, motif isen-isen visual daun jati yang disusun menyebar mengisi ruang. Pola batik Paseksen Luhur termasuk dalam pola ceplok dengan pewarnaan sogan, kombinasi antara motif utama, motif pendukung dan motif isen-isen terangkum menjadi satu kesatuan dinamis, unik berkarakter. Teknik pembuatan menggunakan teknik lorodan, proses awal dari sketsa yang terpilih dibuat desain dengan skala 1:1, kemudian proses pola memindahkan ke kain, proses pelilinan pertama klowongan, tembokan, cecekan, berikutnya proses pewarnaan pertama wedelan warna biru tua, berikutnya proses lorodan pertama, dilanjutkan proses mbironi mengambil atau menutup bagian yang dikehendaki, berikutnya proses pewarnaan kedua sogan, proses mbabar dengan pelorodan kedua, terakhir proses finishing”. Ungkap Pria Asal Solo Tersebut.
“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh masyarakat Bojonegoro yang teleh bisa menerima Batik “Paseksen Luhur” dan tidak Lupa saya juga mengucapkan Banyak – Banyak terima kasih kepada keluarga Besar Mbah Harjo Kardi yang telah memberikan saya ide untuk pembuatan Batik “Paseksen Luhur” Tersebut, dan tidak lupa juga kepada Ibu Camat Margomulyo yang telah mengundang saya dalam acara Launching Bunga Mawar yang berada di Desa Kalangan sehingga saya bisa menyuguhkan Batik “Paseksen Luhur” tersebut kepada warga, dan satu lagi yang tidak akan saya lupakan untuk mengucapkan Terima Kasih Kepada Ibu Bupati Bojonegoro Ibu Hj. Anna Mu’awanah yang telah memberikan ruang kepada saya dalam kegiatan Launching tersebut dan menjadi Peminat pertama Batik dengan motif “Paseksen Luhur” yang dimana telah saya jelaskan diatas bahwasanya batik denga motif “Paseksen Luhur” tersebut adalah Batik yang ide nya memang berasal dari Budaya Samin”. Imbuhnya.
(Andri)