Indonesia, Propinsi jatim, kabupaten
Bojonegoro, detikkasus.com – MA (26), yang diduga mengalami gangguan kejiwaan, warga Dusun Candi Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro, pelaku pembunuhan ibu kandungnya sendiri Muawanan binti Wakijan (52), pada Selasa (12/09/2017) pagi ini oleh penyidik Polsek Kanor diperiksakan kejiwaannya di dokter jiwa RSUD Bojonegoro.
Sementara pada Senin (11/09/2017) kemarin, penyidik Polsek Kanor bersama pihak keluarga dan kepala desa setempat, berupaya mendapatkan rekam medis pelaku MA, dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Kalitidu, mengingat sebelumnya pelaku pernah menjalani rawat inap di RSJ Kalitidu.
“Pada tahun 2013 lalu, pelaku pernah menjalani rawat inap selama tujuh hari di RSJ Kalitidu,” ungkap AKP Imam Khanafi SH Kapolsek Kanor, Selasa (12/09/2017) pagi.
AKP Imam Khanafi menuturkan bahwa mulai hari ini pelaku MA, akan menjalani serangkaian tes kejiwaan dan untuk itu pelaku harus rawat inap di RSUD Bojonegoro.
“Pagi tadi saya bersama anggota dan mantri Puskesmas Kanor bagian kejiwaan membawa pelaku ke RSUD Bojonegoro, untuk menjalani tes kejiwaan,” terang AKP Imam Khanafi.
AKP Imam Khanafi menambahkan bahwa untuk pengamanan terhadap pelaku selama rawat inap guna menjalani serangkaian pemeriksaan tersebut, Kapolsek telah memerintahkan anggotanya untuk piket bergantian di RSUD Bojonegoro.
“Untuk pengamanan telah kami tugaskan anggota Polsek Kanor untuk piket di RSUD Bojonegoro secara bergantian.” terang AKP Imam Khanafi.
Kapolres Bojonegoro AKBP Wahyu S Bintor SH SIK MSi, ketika ditanya terkait proses hukum terhadap pelaku tersebut mengungkapkan, bahwa dalam ilmu hukum pidana dikenal alasan penghapus pidana yaitu alasan pemaaf menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).
“Alasan Pemaaf adalah alasan yang menghapus kesalahan dari si pelaku suatu tindak pidana, sedangkan perbuatannya tetap melawan hukum.” terang Kapolres.
Jadi, dalam alasan pemaaf dilihat dari sisi orang atau pelakunya (subjektif).
“Misalnya, lantaran pelakunya tidak waras atau gila sehingga tak dapat mempertanggung-jawabkan perbuatannya.” imbuhnya.
Kapolres menambahkan, sebagaimana dimaksud Pasal 44 ayat 1 KUHP yang berbunyi: Tiada dapat dipidana barangsiapa mengerjakan suatu perbuatan yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan kepadanya, sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal.
Kemudian, pada Pasal 44 ayat (2) KUHP, berbunyi: Jika nyata perbuatan itu tidak dapat dipertanggungjawabkan kepadanya sebab kurang sempurna akalnya atau sakit berubah akal, maka dapatlah hakim memerintahkan memasukkan dia ke rumah sakit jiwa selama-lamanya satu tahun untuk diperiksa.
“Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, pada dasarnya setiap tindak pidana kejahatan pembunuhan yang dilakukan oleh setiap orang, baik yang memiliki gangguan kejiwaan atau tidak, maka dapat dikenakan hukuman.” jelas Kapolres.
Namun demikian, dengan pertimbangan-pertimbangan yang meringankan bagi tersangka atau terdakwa, yaitu karena keadaan tersangka yang tidak mampu bertanggung-jawab, diantaranya gangguan kejiwaan. “Hukuman tersebut harus disertai dengan keterangan saksi ahli dan proses pemeriksaan.” imbuh Kapolres.
Dalam kasus MA tersebut diatas, berkenaan dengan kondisi kejiwaan tersangka, nantinya hakimlah yang berkuasa memutuskan tentang dapat tidaknya terdakwa mempertanggung-jawabkan perbuatannya.
“Namun penyidik dapat pula meminta nasehat dari dokter penyakit jiwa.” pungkas Kapolres.
(Her).