Sebuah Pesta Pernikahan Di Panipahan Masih Memakai Tradisi Melayu.

Sabtu, 19 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Detikkasus.com | Riau – Sabtu 19/1/2019 -, Lain tempat lain pula adatnya, Keanekaragaman adat disetiap daerah menandakan Indonesia kaya dengan adat istiadat, terutama pesta pernikahan masarakat panipahan.


Sebuah Pesta Pernikahan Di Panipahan Masih Memakai Tradisi Melayu.

https://youtu.be/Xd1s29g9YDo
Di Panipahan atau di sebut Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir Riau, memiliki adat unik karena pesta pernikahan hanya dilakukan saat air pasang kecil. Tentunya mereka punya alasan tersendiri, yuk simak tradisi ini.

Kecamatan Pasir Limau Kapas yang dahulunya lebih di kenal daerah Panipahan, sebuah daerah di pesisir Pulau Sumatera yang kaya dengan hasil lautnya. Daerah ini saat ini dihuni oleh berbagai suku, yang mayoritas adalah penduduk asli suku Melayu, Tionghoa, Batak, Jawa dan suku lain.

Juga panipahan di kenal dengan bahasa kota terapung yang berdiri di atas air langsung berbatasan sengan tanah seberang malaysia dan singapura.

Baca Juga:  Bhabinkamtibmas Desa Tunjung Melaksanakan Kegiatan Sambang Desa Sampaikan Pesan Kamtibmas Jelang Pilkada Serentak Tahun 2018

Sampai saat ini daerah Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas masih menjunjung tinggi adat, terutama suku Melayu yang telah lama mendiami daerah ini,Salah satu adat yang unik dan di Indonesia hanya ditemukan di Pasir Limau Kapas, Pesta pernikahan disini, hanya digelar pada musim saat air laut kecil (pasang kecil).

Menurut warga , Mustar manurung salah satu kabiro rokan hilir detikkasus.com disini hanya menggelar pesta pernikahan pada saat musim air pasang laut kecil. “Jika air pasang besar, semua penduduk pergi melaut. Kalau pun pesta tak banyak yang datang. Kalau menghadiri pesta, pasta tak melaut dan mereka tak belaok (tak ada ikan),” kata.

Tradisi pesta pernikahan saat air pasang kecil ini sudah menjadi tradisi, karena sebagian besar penduduk daerah ini bermata pencarian dari hasil laut. “Dah tradis disini, pesta pernikahan saat air pasang kecil,” ujarnya.

Baca Juga:  Bupati Huda Resmikan Sejumlah Proyek Pemkab

Selain itu, adat Melayu daerah ini masih sangat kental terutama saat pesta pernikahan. Tradisi gotong royong terlihat saat menyambut pesta pernikahan salah seorang keluarga.

Mulai mencari kayu sampai menyiapkan keperluan pesta seperti membuat tratak untuk masak sampai membuat tenda untuk para tamu, Mereka menyiapkan dengan gotong royong dan bahan-bahanya dari kayu, demikian juga untuk para undangan.

Daerah ini belum mengenal tenda modern seperti kita dijumpai di kota-kota. Sebagian perlengkapan ada juga yang mereka sewa, namun lebih banyak mereka kerjakan secara bergotong royong dengan warga dan tentangga terdekat

Saat menggelar pesta pernikahan, masyarakat desa di kecamatan Palika, saat malam harinya sebelum pesta biasa digelar adat tari Piring Dua Belas, pada malam pertama pesta pernikahan dan pada malam keduanya tuan rumah biasanya melaksanakan dzikir di ujung teratak pelaminan. Ritual ini dilaksanakan sampai subuh,setelah selesai acara makan malam bersama tamu undangan.

Baca Juga:  GRUP DRUM BAND SDN 4 KRIAN MERAIH JUARA 1 DLM LOMBA DRUM BAND TINGKAT SD DI LAPANGAN KODAM V/BRAWIJAYA.

Pada siang harinya, saat puncak pesta, keluarga pengantin lelaki diiring menuju ke rumah memperlai wanita yang disambut dengan pencak silat sebelum disandingkan di pelaminan.

“Saat pengantin di pelaminan ada acara upah-upah yang dilaksanakan oleh sanak famili dan setelah itu acara berebut bunga yang ada disetiap acara pernikahan,” katanya lebih lanjut.

Setelah selesai acara pesta biasanya para tetangga dan masyarakat setempat akan kembali bergotong royong membongkar teratak secara bersama-sama dan mengembalikan barang-barang yang dipinjam dari para tetangga saat pesta berlangsung. “Alat pecah belah dan peralatan untuk memasak saat pesta semuanya pinjam”.

Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dilakukan oleh masyarakat Melayu Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas Kabupaten Rokan Hilir Riau. Kekompakan dan gotong royong masih sangat kental dan selalu menjadi ajang silaturahmi masyarakat***[M.manurung]

Berita Terkait

Eho Baluta Nias Selatan Dikunjungi Pasangan FAOITA No. Urut 4
Paslon FAOITA NO. 4 kukuhkan Kordes Dan Kartini FAOITA Se-Kecamatan Hibala Kabupaten Nias Selatan
Pelaksanaan Bimtek, Terus Bergulir Menjelang Akhir Tahun, Dan Terus Kerap Menguras Dana Desa.
Telan Korban Kecelakaan, Ormas LAKI, Minta Kantor Dinas PUPR Aceh Timur, Segera Perbaiki Badan Jalan Yang Telah Rusak 
SAPA : Tekankan Bahwa Syariat Islam Aceh, Sering Kali Hanya Menjadi Janji Tong Kosong Nyaring Bunyinya.
80 Persen Pelanggar Syariat Islam Di Banda Aceh Mahasiswa Asal Luar Kota.
SDM Polda Aceh, Melaksanakan Pelatihan Peningkatan Kemampuan Konselor Psikologi
Waka Polda Aceh Hadiri Syukuran HUT Ke-79 Korps Brimob Polri Tahun 2024

Berita Terkait

Sabtu, 16 November 2024 - 10:55 WIB

Eho Baluta Nias Selatan Dikunjungi Pasangan FAOITA No. Urut 4

Sabtu, 16 November 2024 - 10:54 WIB

Paslon FAOITA NO. 4 kukuhkan Kordes Dan Kartini FAOITA Se-Kecamatan Hibala Kabupaten Nias Selatan

Jumat, 15 November 2024 - 21:28 WIB

Pelaksanaan Bimtek, Terus Bergulir Menjelang Akhir Tahun, Dan Terus Kerap Menguras Dana Desa.

Jumat, 15 November 2024 - 21:27 WIB

SAPA : Tekankan Bahwa Syariat Islam Aceh, Sering Kali Hanya Menjadi Janji Tong Kosong Nyaring Bunyinya.

Jumat, 15 November 2024 - 21:26 WIB

80 Persen Pelanggar Syariat Islam Di Banda Aceh Mahasiswa Asal Luar Kota.

Berita Terbaru

Uncategorized

Eho Baluta Nias Selatan Dikunjungi Pasangan FAOITA No. Urut 4

Sabtu, 16 Nov 2024 - 10:55 WIB