Labuhanbatu Sumut | Detikkasus.com – Mulai dari humas bahkan para petinggi perkebunan kelapa sawit, Perseroan Terbatas Daya Labuhan Indah (PT. DLI) Kebun Wonosari, yang berada diwilayah Kecamatan Bilah Hilir Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara, diduga kuat “lebih memilih bertahan dalam bungkam dari pada berkenan, memberi tanggapan tentang kisah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap Subeni.” Selasa (15-4-2025)
Dikutip dari sebagian edisi (9-4-2025) yang lalu, “mandor transport F Rambe diduga melakukan PHK terhadap Subeni lewat chat whatsapp, kisah pilu yang dirasakan Subeni sontak bikin heboh mungkin, karena melampaui cara pandang sehat dalam nalar logika berpikir atau seakan meriwayatkan, manajemen PT DLI takluk patuh dan taat terhadap ketentuan seorang mandor transport”.
Apa lagi setelah diperkuat manajer perusahaan melalui cara beliau, yang tidak mau melaksanakan perundingan bipartit, walau berulang kali sudah diajukan perundingan bipartit terhadap manajamen PT DLI, “padahal untuk dapat menyelesaikan perselisihan hubungan industrial bisa, di upayakan melalui Perundingan Bipartit.”
Menyikapi kisah pilu PHK yang dialami Subeni dan sudah terlanjur viral, awak media berupaya menjalin konfirmasi kepada si “A” Humas PT.DLI Wilmar Grup, kemudian “S Sinurat” Pimpinan Wilmar Grup, inisial “S” Pemilik Kebun dan yang terakhir kepada si “A” General Manajer Wilmar Grup Sumut, diduduga beliau-beliau lebih memilih bertahan bungkam.
Ditempat terpisah Evendy M mengatakan “dari sudut pandang atau dalam logika cara saya untuk berpikir tidak tertutup kemungkinan, para petinggi perkebunan kelapa sawit PT.DLI ini jadi bungkam boleh jadi mungkin, “dari prinsip beliau-beliau itulah yang akan menguatkan jika disebut sebagai bagian dari para bintangnya oligarki”.
Mungkin karena beliau-beliau sudah punya prinsip yang sangat kuat, yang akan dengan mudah berbuat penindasan terhadap karyawan, apa bila sudah mampu mencampuri sampai mengatur bagian persendian Birokrasi. Dugaan ini akan semakin kuat dan semakin terasa bangat dari cara, atau prinsip beliau yang terhormat itu kompak bertahan dalam bungkam untuk menghindari konfirmasi. Sebut Evendi M (J. Sianipar)