Detikkasus.com | Indonesia merupakan negara dimana dengan tingkat jumlah penduduk terbanyak ke-4. Hampir setiap harinya lahir generasi-generasi penerus bangsa yang sampai-sampai melebihi kapasitas dari jumlah penduduk yang di tentukan. Dengan jumlah penduduk yang banyak di perlukan juga jumlah bangunan tempat tinggal dan bangunan kantoran untuk mejalankan perekonomian negara, bisnis bagi kaum borjuis serta bangunan-bangunan lainnya. Akibat dari melonjaknya jumlah penduduk serta pembangunan yang di butuhkan, hampir tidak tersisa sedikit lahan kosong untuk penyerapan air pada musim hujan sehingga menyebabkan terjadinya banjir yang hampir merendam beberapa wilayah di Indonesia salah satunya adalah Jakarta.
Banjir tentunya sudah tidak asing lagi untuk masyarakat ibu kota Jakarta, karna hampir setiap tahunnya bahkan dalam setahum bisa terjadi 2 kali banjir dalam setahun. Tetapi di tahun 2020 ini banjir terjadi 2 kali dalam 3 hari. Saya menghitung jumlah banjir terjadi dari era Jokowi, Ahok dan Anies. Hampir setiap awal tahun di mulai dari bulan januari sampai pertengahan februari sudah tercatat pada januari 2013 di bawah kepimpinan Jokowi, banjir tergenang selama 15 hari yang tingginya mencapai 10 – 400cm, dengan jumlah pengungsi mencapai 83.554 jiwa dan tercatat korban yang meninggal mencapai 38 jiwa.
Sedangkan pada masa kepemimpinan Ahok di tahun 2015 banjir tergenang selama 2 hari yang tingginya mencapai 10 – 150cm, dengan jumlah pengungsi mencapai 3.255 jiwa serta tidak ada tercatat korban yang meninggal pada saat itu.Ini merupakan peningkatan yang baik dari pemimpin yang sebelumnya karena bisa kita lihat jumlah pengungsian sampai dengan jumlah korban jiwa mulai menurun.
Kemudian di masa kepemimpinan Anies Baswedan tercatat banjir tergenang 1 – 6 hari yang tingginya mencapai 5 – 350 cm, dengan jumlah pengungsi mencapai 15.558 jiwa dan terdapat 1 korban jiwa. Di tahun 2020 tercatat jumlah pengungsi 11.474 jiwa dan korban jiwa mencapai 9 orang. Hingga tercatat di bulan februari banjir masih menggenangi beberapa daerah di ibu kota Jakarta. Dari data-data yang dikumpulkan dapat kita simpulkan bahwa dari tahun ke tahun banjir masih sering terjadi di daerah Jakarta. Sebenarnya ada apa dengan Jakarta? Apakah hanya pemimpin tertentu yang dapat mengatasi banjir? Ataukah belum ada pemimpin yang mampu mengatasi banjir? Harapan masyarakat, tentunya mereka ingin banjir segera dapat diatasi melalui seorang pemimpin yang mampu mencari solusi untuk mengatasi banjir atau pun membuat rasio banjir semakin rendah. Ini sebenarnya cita-cita sederhana dari masyarakat Indonesia terkhusus di ibu kota Jakarta.
Dan semoga harapan itu dapat segera tercapai. Karna masyarakat tidak butuh sekedar janji-janji manis dari pemimpin-pemimpin yang akan memimpin Jakarta berikutnya. Tetapi masyarakat membutuhkan aksi nyata yang dapat membawa Jakarta jauh lebih baik. Kita nantikan saja hal tersebut.