Detikkasus.com | Artikel
Bank Syariah Indonesia (BSI) bertekad tahun 2025 masuk sebagai daftar 10 bank di dunia berdasarkan market cap. Gabungan bank syariah milik negara ini akan melakukan berbagai upaya agar nilai saham perusahaan bisa dinilai dari harga pasar.
“Tahun 2025 kita ingin menjadi top 10 global berdasarkan market cap, bagaimana nilai saham kita dinilai harga pasar,” kata Wakil Direktur 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (11/6/2021).
Untuk mewujudkan visi tersebut perusahaan perlu melakukan tiga hal. Antara lain menjadi bank yang memberikan solusi akses keuangan. Menjadi tempat berinvestasi atau memberikan nilai investasi yang paling optimal kepada siapapun. Menjadi pilihan bagi talenta terbaik negeri agar mereka mau berkarir bersama membangun industri syariah.
Selain itu, perusahaan membuat strategi dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini ada berbagai macam tantangan yang sudah terlihat di depan mata seperti persaingan antar bank dan perusahaan pembiayaan (fintech).
“Tantangan kita pertama kita ke depan tidak hanya bersaing dengan bank tetapi kita bersaing dengan fintech,” kata dia.
Di era serba perkembangan teknologi, transaksi berbasis digital menjadi tantang lain. Pandemi Covid-19 nyatanya mendorong industri perbankan untuk bergerak lebih cepat dalam transformasi digital.
Lebih lanjut Firman menjelaskan, di masa mendatang tonggak kepemimpinan sudah menjadi jatahnya generasi milenial. Maka sejak dini perusahaan sudah harus bisa menggarap segmen milenial karena mereka yang generasi potensial yang sangat menentukan.
“Bagaimana kita bisa menggarap milenial karena akan menjadi potensi yang sangat menentukan. Jumlah milenial lebih dari 80 persen dan milenial ini akan taking over leadership,” kata Wakil Direktur BSI ini.
Bukan hanya milenial, perusahaan juga harus bisa menggarap potensi dari ekosistem industri halal di Indonesia. Sebab dari potensi yang Rp 3.000 triliun, hanya 6 persen yang sudah bisa dimanfaatkan. Masih banyak sektor-sektor yang belum digarap secara optimal seperti industri makanan halal, ekosistem ekonomi halal, farmasi halal hingga farmasi halal.
“Ini menjadi tantangan kita bagaimana menggarap itu,” kata dia.
Di sisi lain, literasi keuangan syariah baru berada di level 8 persen dengan inklusi keuangan 11 persen. Hal ini akan menjadi tantangan baru bagi BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.
Terakhir, tantangan lainnya yakni membangun kekuatan keuangan sosial dari produk syariah. Sebab dalam keuangan syariah terdapat ada yang disebut keuangan komersial dan keuangan sosial.
“Komersial finance seperti yang kita lakukan saat ini ada pembiayaan ada penyimpanan,ada jasa lainya. Sedangkan sosial finance sumbernya dari zakat, infaq, dan shodaqoh. Ini sangat berat kalau digarap,” kata dia.
Lebih rinci dia memaparkan berdasarkan Global Islamic Economy Report tahun 2019 potensi terbesar ada pada industri makanan halal yang mencapai Rp 2.422 triliun.
Disusul industri fesyen muslim sebesar Rp 294 triliun, dan industri media halal Rp 140 triliun. Lalu industri perjalanan wisata halal Rp 154 triliun, kesehatan Rp 70 triliun, kosmetik halal Rp 56 triliun dan haji/umroh Rp 56 triliun.
Sementara itu saat ini keberadaan Bank Syariah Indonesia (BSI) direspon positif masyarakat. Tercermin dari meningkatnya pembukaan rekening baru dan transaksi digital melalui aplikasi BSI mobile.
“Keberadaan BSI di masyarakat ini luar biasa, terlihat dari meningkatnya pertumbuhan pembukaan rekening baru dan digital transaksi,” kata dia.
Sampai Maret 2021, jumlah pengguna BSI mobile tercatat 1,68 juta dengan total transaksi 5,4 juta. Meningkat dari kuartal sebelumnya tahun 2020 yakni 1,5 juta pengguna dengan total transaksi 5,3 juta.
Selain itu, dalam menjalankan bisnisnya, bank syariah secara umum memiliki konsep yang berbeda dalam pemberian pembiayaan. Pembiayaan diberikan berdasarkan perjanjian atau model kontrak yang beda.
Pun dengan investasi, BSI tidak menanamkan modal kepada perusahaan besar. Inilah yang menyelamatkan BSI karena tidak berinvestasi kepada perusahaan besar yang mengalami penurunan kinerja karena pandemi Covid-19.
“Alhamdulillah ini juga jadi penyelamat, karena ada beberapa industri besar yang mengalami kontraksi luar biasa,” kata dia.
Untuk itu dia optimis kinerja BSI akan tetap lebih baik dari bank konvensional.
“Kedepan bank syariah performingnya tahun ini masih tetap baik dibandingkan konvensional. Tidak hanya BSI saja tetapi juga bank syariah pada umumnya,” kata dia mengakhiri.
PT Bank Syariah Indonesia Tbk membuka program pengembangan talenta Officer Development Program (ODP) yang terbuka untuk seluruh insan terbaik di Indonesia. Program ini untuk menjaring SDM berkualitas unggul yang akan menjadi pimpinan Bank Syariah Indonesia di masa mendatang.
Wakil Direktur 2 Bank Syariah Indonesia, Abdullah Firman Wibowo mengatakan program ODP BSI pada tahun 2021 ini, akan menitikberatkan pada ODP spesialis karena menitikberatkan pada penguasaan, pemahaman dan keterampilan pada fungsi kerja yang spesifik dan kritikal terhadap bisnis bank secara keseluruhan.
“ODP yang akan berlangsung di tahun 2021 ini dikategorikan sebagai ODP Specialist IT & Risk. Diharapkan ODP tahun 2021 untuk Specialist IT & Risk ini bisa menambah jumlah SDM khususnya di unit kerja Risk dan IT, sekaligus merupakan strategi untuk memperkuat kualitas pembiayaan dan digitalisasi dalam sektor pelayanan keuangan syariah untuk mendukung peningkatan bisnis agar bisa memberikan manfaat yang lebih besar untuk Indonesia,” kata Firman, Jumat (11/6/2021).
Adapun terkait syarat-syaratnya, Bank Syariah Indonesia dalam pengumuman resmi yang diluncurkan dalam akun resminya di kanal Linkedin menyebutkan bahwa syarat mengikuti program ini adalah lulusan sarjana sederajat atau master, lalu memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang baik, selain itu nilai akademik diatas rata-rata, dan belum menikah.
Abdullah menerangkan, dalam penerimaan ODP ini, pengumuman administrasi akan dilakukan pada 18 Juni 2021 dan selesai awal akan berlangsung dari 21 – 23 Juni 2021. Assessment dilakukan pada 28 – 30 Juni 2021 dengan wawancara berlangsung pada 12-30 Juli 2021 dan tes kesehatan 10-11 Agustus 2021.
Persyaratan tersebut diharapkan membentuk puluhan talenta program ODP yang akan benar-benar menjadi sumber daya yang kompetitif dan siap membangun ekonomi dan perbankan syariah.
Firman menambahkan, bahwa selain syarat administrasi tersebut, yang paling utama adalah memiliki kemampuan komunikasi dan analisa yang baik.
“Karena lulusan ODP ini akan ditempatkan di beberapa titik seperti Penempatan ODP IT di Provinsi DKI Jakarta dan untuk ODP specialist Risk di seluruh Indonesia, maka kita membutuhkan talenta yang memiliki kemampuan komunikasi dan analisa yang baik, dapat bekerja secara team/individu, cepat beradaptasi dan memiliki motivasi yang tinggi dalam berkarir dibidang ekonomi & risiko,” ujarnya.
Selain meluncurkan program ODP, Bank Syariah Indonesia juga meluncurkan program literasi Ekonomi Syariah dengan tujuan untuk memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat umum, akademisi dan generasi muda Indonesia.
“Hal ini dikarenakan literasi masyarakat Indonesia yang baru mencapai 8 persen terhadap ekonomi dan keuangan Syariah,” imbuhnya.
Adapun program literasi ini berkolaborasi dengan sejumlah pihak dalam rangka memperbesar keberhasilan dari program. Sejumlah pihak yang digandeng oleh BSI dalam program ini antara lain 21 universitas di Indonesia, KNEKS, Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, dan Lembaga nirlaba Syafieq NU.
“BSI juga bekerjasama dengan organisasi islam dan menyelenggarakan seminar yang sifatnya menyampaikan informasi mengenai BSI dan pengetahuan mengenai perbankan Syariah,” pungkasnya.
Bank Syariah Indonesia (BSI) menyadari literasi keuangan bank syariah di Indonesia masih kurang dari 40 persen. Berdasarkan catatan OJK literasi keuangan bank konvensional lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan syariah.
Wakil Direktur 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo mengatakan pihaknya melakukan banyak upaya untuk meningkatkan literasi keuangan perbankan syariah kepada masyarakat. Caranya dengan memanfaatkan ribuan kantor cabang yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
“Kita lakukan strategi yang sifatnya memanfaatkan sumber daya yang ada. Kita punya kantor cabang yang banyak sekali dan tersebar di wilayah yang luas,” kata Firman dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (11/6).
BSI juga bekerja sama dengan dunia pendidikan melalui berbagai universitas. Mulai dari memberikan kuliah umum, webinar, tawaran magang untuk mahasiswa hingga masuk ke ranah kurikulum agar bisa menjadi salah satu mata kuliah di beberapa jurusan.
“Kita tawarkan ke kampus buat mahasiswanya magang dan itu bisa kasih pemahaman literasi secara langsung,” kata dia.
Sejumlah pihak yang digandeng BSI dalam program ini antara lain 21 universitas di Indonesia, KNEKS, Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, dan Lembaga nirlaba Syafiq NU.
BSI juga bekerjasama dengan organisasi islam dan menyelenggarakan seminar yang sifatnya menyampaikan informasi mengenai BSI dan pengetahuan mengenai perbankan syariah.
Program akan dilakukan hingga akhir 2021 dengan berbagai macam kegiatan edukasi seperti webinar, kuliah umum, pengadaan kurikulum ekonomi syariah di beberapa universitas, hingga bincang santai dengan format podcast.
Berbagai upaya tersebut diklaim Firman mulai menunjukkan hasil karena sudah ada beberapa kelompok masyarakat yang membuka rekening baru di BSI.
“Terbukti dampaknya ke kita banyak yang hijrah dan buka rekening di kita,” kata dia.
Diharapkan, dengan program literasi ini tingkat literasi publik terkait ekonomi dan perbankan Syariah akan meningkat sehingga ekosistem ekonomi Syariah dan industri halal di Indonesia bisa semakin berkembang.
Tingkat literasi keuangan perbankan syariah masih jauh tertinggal dibandingkan literasi keuangan bank konvensional. Hal ini disadari Bank Syariah Indonesia (BSI) sebagai bank syariah terbesar di dunia.
Berbagai upaya pun dilakukan BSI untuk mempercepat literasi keuangan perbankan syariah di masyarakat. Salah satunya dilakukan melalui masjid-masjid yang ada di Indonesia. Dalam hal ini BSI memberikan pelatihan manajemen masjid kepada para pengurus masjid.
“Ada 5.000 masjid yang kita kasih manajemen masjid dan kita kasih sertifikatnya juga,” kata Wakil Direktur 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (11/6/2021).
Dalam pelatihan tersebut BSI memberikan sejumlah materi pelatihan tentang pengelolaan manajemen masjid. Materi tentang keuangan syariah menjadi tema besar dalam sesi pelatihan. Termasuk juga tentang perbankan syariah. “Jadi kita berikan pelatihannya itu seperti membuat semacam RBB (rencana bisnis bank syariah),”.
Literasi juga diberikan kepada masyarakat dan para UMKM di sekitar masjid. Agar pengetahuan tentang keuangan syariah dan perbankan syariah lebih familiar.
“Ada juga kegiatan inklusi keuangan, syukur-syukur kalau mau melakukan transaksi syariah bisa kita fasilitasi,” tuturnya.
Lebih dari itu, BSI berupaya melakukan literasi ke berbagai wilayah sasaran agar terliterasi dan bisa menghasilkan ekspansi inklusi keuangan syariah. Tentunya hal ini tidak bisa dikerjakan sendiri. Butuh pihak lain untuk bisa terlibat dalam literasi dan inklusi keuangan syariah.
Bank Syariah Indonesia (BSI) bertekad tahun 2025 masuk sebagai daftar 10 bank di dunia berdasarkan market cap. Gabungan bank syariah milik negara ini akan melakukan berbagai upaya agar nilai saham perusahaan bisa dinilai dari harga pasar.
“Tahun 2025 kita ingin menjadi top 10 global berdasarkan market cap, bagaimana nilai saham kita dinilai harga pasar,” kata Wakil Direktur 2 BSI, Abdullah Firman Wibowo dalam konferensi pers, Jakarta, Jumat (11/6/2021).
Untuk mewujudkan visi tersebut perusahaan perlu melakukan tiga hal. Antara lain menjadi bank yang memberikan solusi akses keuangan. Menjadi tempat berinvestasi atau memberikan nilai investasi yang paling optimal kepada siapapun. Menjadi pilihan bagi talenta terbaik negeri agar mereka mau berkarir bersama membangun industri syariah.
Selain itu, perusahaan membuat strategi dengan menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Dalam hal ini ada berbagai macam tantangan yang sudah terlihat di depan mata seperti persaingan antar bank dan perusahaan pembiayaan (fintech). “Tantangan kita pertama kita ke depan tidak hanya bersaing dengan bank tetapi kita bersaing dengan fintech,”.
Di era serba perkembangan teknologi, transaksi berbasis digital menjadi tantang lain. Pandemi Covid-19 nyatanya mendorong industri perbankan untuk bergerak lebih cepat dalam transformasi digital.
Lebih lanjut Firman menjelaskan, di masa mendatang tonggak kepemimpinan sudah menjadi jatahnya generasi milenial. Maka sejak dini perusahaan sudah harus bisa menggarap segmen milenial karena mereka yang generasi potensial yang sangat menentukan.
“Bagaimana kita bisa menggarap milenial karena akan menjadi potensi yang sangat menentukan. Jumlah milenial lebih dari 80 persen dan milenial ini akan taking over leadership,” kata Wakil Direktur BSI ini.
Bukan hanya milenial, perusahaan juga harus bisa menggarap potensi dari ekosistem industri halal di Indonesia. Sebab dari potensi yang Rp 3.000 triliun, hanya 6 persen yang sudah bisa dimanfaatkan. Masih banyak sektor-sektor yang belum digarap secara optimal seperti industri makanan halal, ekosistem ekonomi halal, farmasi halal hingga farmasi halal.
“Ini menjadi tantangan kita bagaimana menggarap itu,” lanjut Firman.
Di sisi lain, literasi keuangan syariah baru berada di level 8 persen dengan inklusi keuangan 11 persen. Hal ini akan menjadi tantangan baru bagi BSI sebagai bank syariah terbesar di Indonesia.
Terakhir, tantangan lainnya yakni membangun kekuatan keuangan sosial dari produk syariah. Sebab dalam keuangan syariah terdapat ada yang disebut keuangan komersial dan keuangan sosial.
“Komersial finance seperti yang kita lakukan saat ini ada pembiayaan ada penyimpanan,ada jasa lainya. Sedangkan sosial finance sumbernya dari zakat, infaq, dan shodaqoh. Ini sangat berat kalau digarap,” beliau melanjutkan.
Biodata:
Nama : Rischa Rahma Wati
Tempat dan Tanggal Lahir : Jombang,19 Januari 2000
Kewarganegaraan : Indonesia
Asal Instansi : Universitas Muhammadiyah Malang
Agama : Islam