Antara Ilmu VS Adab

Detikkasus.com | Hikmah Islami

•┈•◎❀❦❖? *﷽* ? ❖❦❀◎•┈•
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Apa dahulu yang harus kita pelajari dalam kehidupan ini..?

ilmu dulu atau adab dulu..?

Kita telah banyak melihat anak-anak sekolah yang tidak bisa menghargai seorang gurunya terkadang sampai melawan dan mengajak berantem

Ada pula Menantu yang merasa pintar agama ataupun berpendidikan hingga kurang bisa menghargai mertuanya / orang yang lebih tua

Adapula karena sudah merasa sering ikut pengajian keilmuan agama, sudah merasa muslimah dari cara berpakian (syar’i ) akan tetapi sikap dan sifat ( Adab ) terkadang tidak bisa menghargai mertuanya / orang tua, dan kurang nya rasa Tawaddu’ / Rendah diri (Adab)

?

Para ulama berpendapat bahwa yang pertama kita pelajari, terkait adab.
Baru kemudian ilmu lainnya.

Baca Juga:  "Sesungguhnya Allah Tidak Menyukai Orang yang Melebihi Batas”.

Nabi Muhammad saw diutus untuk menyempurnakan akhlak.
Lihatlah firman Alloh berikut ini:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ

“Sungguh engkau (Muhammad) berada di atas tataran Akhlak yang Tinggi, Agung.”
(Al Qur’an, Al-Qalam 68:4)

Perhatikan sabda Rosululloh saw berikut ini:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ

“Sungguh aku diutus menjadi Rosul tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak yang saleh (baik).”
(HR. al-Imam Ahmad)
Perhatikan perkataan para ulama berikut ini:

قال الإمام عبدالله بن المبارك-رحمه الله-:«طلبتُ الأدبَ ثلاثين سنةً , وطلبت العلمَ عشرين سنة-وكانوا يطلبون الأدبَ قبلَ العلم-،كاد الأدبُ يكونُ ثُلُثَي العلم

Berkata Imam Abdulloh bin Mubarok ra. :
“Saya belajar sopan santun selama tiga puluh tahun dan mencari ilmu selama dua puluh tahun.
Mereka belajar sopan santun sebelum belajar ilmu.
Sopan santun menjadi dua pertiga dari ilmu

Baca Juga:  Kecantikanmu Bukan Jaminan

و…أَشرفَ الإمامُ الليث بن سعد-رحمه الله-على أصحاب الحديثِ ، فرأى منهم شيئاً! فقال: « ما هذا ؟! أنتم إلى يَسيرٍ مِن الأدب أَحوجُ منكم إلى كثيرٍ من العلم».

Suatu kali, Imam Laits melihat para santrinya melakukan sesuatu.
Beliau lalu berkata, “Apa ini.?
Kalian lebih membutuhkan sopan santun meski sedikit, dibandingkan dengan banyaknya ilmu”.

وقال الإمامُ عبد الله بن وَهْب -رحمه الله-:«ما تعلَّمناهُ مِن أدبِ مالكٍٍ أكثرُ ممّا تعلّمناه مِن علمِه».

Imam Abdulloh bin Wahab ra berkata ;
“Apa yang kami pelajari dari tata kramanya Imam Malik, jauh lebih banyak daripada apa yang kami pelajari dari ilmunya”.

وقال الإمام سفيان بن سعيد الثوري-رحمه الله-: «كانوا لا يُخرجون أبناءَهم لطلب العلم حتى يتأدَّبوا

Baca Juga:  Peran otonomi daerah di tengah pandemi yang melamda negara indonesia

Berkata Imam Sufyan bin Said Ats-Tsauri ra berkata :
“Mereka tidak akan mengizinkan anaknya untuk mencari ilmu sebelum mereka punya etika baik.

وقال الإمام محمد بن سيرين -رحمه الله-:«كانوا يتعلّمون الهَدْيَ كما يتعلَّمون العلمَ».
Imam Muhammad bin Sirin ra berkata ;
“Mereka belajar hidayah sebagaimana mereka belajar ilmu”.

وقال الحافظُ أبو زكريا يحيى بن محمد العنبري -رحمه الله- :«عِلمٌ بلا أدب كَنارٍ بلا حَطَب ، وأدبٌ بلا عِلم كجِسم بلا رُوح».
Al-Hafidz Abu Zakaria bin Muhammad al-Anbari ra berkata :
“Ilmu tanpa etika bagaikan api tanpa kayu. Etika tanpa ilmu bagaikan jasad tanpa ruh

 

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
۩ Smoga bermanfaat ۩
( Amr / A.R )
❖?◎❅◎❦۩? *﷽*?۩❦◎❅◎?❖

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *