Indonesia – Propinsi Jatim – Kabupaten
Banyuwang, Detikkaus.com – Minggu, 24/09/2017. Kegiatan yang dikenal dengan istilah Barikan sudah menjadi budaya sebagian ummat muslim di Banyuwangi setiap memperingati Tahun Baru Islam 1 Muharam.
Barikan dilakukan oleh warga dengan cara selamatan dan makan bersama di sepanjang jalan lingkungan depan rumah masing – masing. Sebelum makan bersama warga melakukan dzikir, ngaji Qur’an Surat Yasin bersama, baca tahlil, dan diakhiri dengan do’a dibawah panduan tokoh agama setempat.
Begitulah yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Wijenan Lor yang menurut sejarah adalah sebuah wilayah pernah ada kerajaan yang dipimpin oleh” Agung Wilis ” ( Ratu Wijenan ), Desa Singolatren Kecamtan Singojuruh Rabo malam bakdo sholat maggrib 20 / 9 / 2017.
Setelah menjalani sholat maghrib berjamaah di Masjid langsung semua bergeser menuju lingkungan yang sudah tersedia gelaran tikar / karpet di sepanjang jalan dusun dan siap dengan warna warni tumpeng selamatan.
Dipandu oleh Ketua Takmir Ustad Mangsur dan jajaran pengurus Takmir yang lain berkumandanglah bacaan sholawat dan takbir. Sekira 10 menit stelahnya dilanjutkan hadif fatihah, baca qur’an surat yasin, baca tahlil, berdoa dan selanjutnya makan bersama.
Jalan dusun yang kurang lebih sepanjang 500 meter itu dipenuhi warga. Kakek, nenek, bapak, ibu, kakak, adik,cucu, cicit, kumpul jadi satu di depang rumah masing – sing yang sudah siap dengan alas tikar / karpet.Juga dipasang pengeras suara dengan posisi berlawanan arah barat dan timur agar warga mendengar suara panduan Ustad Mangsur memimpin doa bersama tersebut.
“Di tahun sebelumnya acara Barikan dilakukan secara berkelompok tak beraturan, ini kali pertama kami seragamkan agar lebih teratur dan meriah, tahun depan acara Barikan ini akan kami gelar lebib meriah lagi,” tutur Ustad Mangsur.
Sekertaris Takmir Wiwit menyambung penuturan Ustad Mangsur, “Kegiatan – kegiatan tradisi warga yang secara turun – temurun dilakukan, tetap akan kami fasilitasj selama tidak menyimpang dari ajaran agama ” sambungnya.
Begitu pula Hanadi Penasehat Ketakmiran mengapresiasi terhadap pengurus Takmir yang bisa memfasilitasi kegiatan tradisi masyarakat yang dikenal dengan istilah weluri. Namun Hanadi juga himbau kepada masyarakat agar tidak salah kaprah mewariai weluri. Katanya, weluri yang tidak sejalan dengan ajaran agama dan menyesatkan jangan sampai diwarisi.
“Saya apresiasi kepada pengurus Takmir yang sekarang, tanggap terhadap tradisi – tradisi masyarakat, namun saya juga berharap tradisi atau weluri yang tidak sejalan dengan ajaran agama dan menyesatkan jangan dituruti bahkan harua dihilangkan ” tegas Hanadi. ( Ted ).