Detikkasus.com | Hikmah Islami
Part 2
Ketika Nabi Musa Berguru kepada Nabi Khidir sang pemilik ilmu Hakekat
Ilmu, pengetahuan, kecerdasan, kepandaian, dan segalanya di dunia ini adalah milik Alloh Swt.
Tiada seorang pun yang lebih mengetahui kecuali Tuhan nya dan ilmu datang melalui berbagai perantara, bisa dari teman, atau seseorang yang terlihat hina juga kehidupan ini.salah satunya adalah Guru ( Ulama )
Tetapi, terdapat ilmu yang diberikan Alloh Swt kepada manusia tanpa harus melalui Guru sebagai perantaranya.
Ilmu tersebut disebut dengan ilmu Laduni. Pemilik ilmu Laduni adalah orang-orang pilihan seperti nabi dan Rosul dan kita tak tau pada siapa ilmu laduni di Alloh berikan kepada siapapun yang ia Kehendaki
Sebagai pencari ilmu, terkadang kita diterjang kesombongan dn merasa lebih paham dan lebih tau
Pelajaran untuk tidak sombong bisa kita petik dari kisah antara Nabi Musa dan gurunya yang bernama Nabi Khidir.
Suatu ketika, Nabi Musa ditanya oleh salah satu pengikutnya dari Bani Israil, “ Siapakah yang paling berilmu..?” Kemudian Nabi Musa menjawab “Saya.”
Atas jawaban Nabi Musa tersebut, Alloh Swt menegurnya bahwa masih ada orang yang lebih berilmu dari pada Nabi Musa.
Ia pun menanyakan siapa orang itu dan memohon agar dipertemukan dengan orang yang dimaksud Alloh Swt.
Dialah Nabi Khidir yang atas izin Alloh Nabi Musa dipertemukan dengannya untuk berguru.
Nabi Khidir yang menerima permintaan Nabi Musa pada awalnya ragu dan mengatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup berguru dengannya. Hingga akhirnya Nabi Musa diterima menjadi Murid Nabi Khidir dengan syarat agar Nabi Musa dilarang bertanya atas apapun yang dilakukan oleh gurunya itu.
Satu perjalanan Akhir nya di Mulai..
Nabi Musa dan Nabi Khidir menaiki sebuah perahu dalam perjalanan dan di tengah jalan, Nabi Khidir justru melubangi perahunya.
Sontak, Nabi Musa bertanya-tanya atas apa yang dilakukan gurunya dan terpancing emosi nya,karena hal itu bertentangan dengan ilmu syariat yang ia pahami
Nabi Khidir hanya menegur muridnya tersebut agar sesuai kesepakatan, tidak boleh bertanya apapun.
Dan akhirnya perjalanan berlanjut. Sesampainya di daratan, dalam perjalanan tiba-tiba Nabi Khidir membunuh seorang anak kecil.
Tidak heran jika Nabi Musa tak bisa menahan marah kemudian bertanya kembali kepada Nabi Khidir.
Sang Guru pun menegur dan mengingatkan kembali akan janjinya yang tidak akan bertanya apapun.
Setelah kejadian itu, mereka sampai di suatu wilayah di mana penduduk setempat tidak memperlakukan mereka dengan baik.
Mereka tidak ramah, juga terkesan acuh tak acuh satu sama lain.
Di tempat itulah Nabi Khidir melihat salah satu rumah penduduk yang hampir roboh.
Nabi Khidir pun memperbaikinya dan kembali mengundang tanya Nabi Musa.
Ketiga kalinya bertanya, Akhir nya Nabi Musa di anggap tidak mampu melanjutkan berguru pada Nabi Khidir karena telah dianggap gagal total.
Sebagai gantinya, Nabi Khidir menjelaskan maksud dari kejadian-kejadian yang sudah mereka lalui bersama
Pertama : Ketika melubangi perahu Nabi Khidir mengatakan bahwa perahu itu milik seseorang yang miskin Dan di daerah itu tinggallah seorang raja yang suka merampas perahu bagus milik rakyatnya.
Kedua : Tentang membunuh anak kecil. Menurut Nabi Khidir, anak tersebut merupakan anak dari kedua orang tua yang beriman.
Namun setelah menginjak dewasa kelak, anak itu dapat membuat kedua orang tuanya menjadi tak beriman.
Maka, Nabi Khidir pun membunuhnya. Dan Alloh akan memberikan kembali seorang anak yang saleh yang akan lebih mengasihi kedua orang tuanya.
Ketiga : Tentang memperbaiki rumah yang hampir roboh.
Nabi Khidir menjelaskan bahwa sebab ia memperbaiki rumah itu karena rumah itu dimiliki oleh anak yatim yang masih kecil.
Di bawah rumah itu terdapat harta peninggalan dari ayahnya sedangkan anak itu belum bisa merawat harta tersebut.
Jika rumah itu roboh, maka orang lain akan tahu bahwa di rumah itu ada harta dan akan mencuri dan merampasnya.
Apa yang diketahui Nabi Khidir tersebut tidak lain datangnya murni dari Alloh Swt dan hal apa yang di lakukan Nabi Khidir sepintas tentulah sangat bertentangan dengan Huku Syari’at atau Hukum Sosial
Hikmah dari kejadian tersebut bahwa kita sebagai manusia awan pengetahuan atau pencari ilmu tidak boleh sombong terhadap ilmu yang dimiliki dan merasa sudah paham betul atas segala ilmu agama ataupun hukum syariat
Karana hanya Alloh yang mempunyai segala hukum di dunia ini secara Adil
( Amr/A.R/A.R.F/A.M.R )