Pembangunan Infrastruktur Jadi Untung Apa Buntung?

Sabtu, 25 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh : Zaki Zakaria Zakse
Jurusan Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Telp : 082266095010

Detikkasus.com | Sudah sejak dulu hingga sekarang Indonesia selalu ketinggalan dalam hal pembangunan infrastruktur. Inftastruktur itu suatu hal yang tidak pernah berakhir, negara manapun selalu membutuhkannya. Apa yang dirasakan masyarakat Indonesia terutama di Jawa Timur sampai saat ini belum banyak berubah, Masih banyak Tempat Pembuangan Akhir (TPA) belum dikelola dengan baik sehingga menyebabkan tumpukan sampah yang berlebihan.
Oleh karena itu langkah Gubernur Jawa Timur Dra. Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. dan Wakilnya Dr. H. Emil Elestianto Dardak, M.Sc. akan untuk membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berteknologi tinggi. Meskipun sepele, pembangunan diperlukan karena jika di hiraukan dampak yang akan diterima tidak secara langsung, namun bisa memiliki dampak yang berkelanjutan seperti penumpukan sampah yang bisa dengan mudah menjadi perkembangbiakan penyakit. Dalam hal ini Gubernur Jawa Timur menciptakan program bernama Nawa Bhakti Satya berarti sembilan janji kerja untuk berbakti ke Jatim agar mulia. salah satu progam tersebut untuk menciptakan pembangunan infrastruktur yang baik dan berteknologi tinggi.
Pertama akan membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) berkonsep robotik, yang nantinya akan mengirim sinyal kepada truk-truk pengangkut sampah, yang akan memberitahu mana saja yang sampahnya sudah menumpuk tinggi dan memberikan jalur mana saja yang akan di lalui agar lebih efisien. Sudah kita ketahui bahwa banyak TPA yang sudah menumpuk sampahnya, namun belum kunjung juga di angkut. Malah ada truk pengangkut sampah berhenti di TPA yang belum waktunya untuk di bersihkan. Dengan dibangunnya infrastruktur ini pekerjaan akan lenih efisien dan tidak membuang-buang tenaga dan waktu. Tujuannya agar pengemudi truk sampah tahu titik-titik mana saja yang sampahnya sudah waktunya diambil dan akan diberikan jalur-jalur alternatif. Jadi sampah yang sudah menumpuk akan segera dibersihkan dan sopir truk tidak bolak-balik ke TPA yang belum waktunya diambil sekaligus akan memangkas biasa bensin.
Namun dengan diberikan teknologi apakah permasalahan sampah di Jawa Timur akan teratasi semua? Tentu saja tidak. Sekarang ini masuk era Revolusi Industri 4.0 yang dimana semua bisa dilakukan dengan bantuan teknologi dan bisa di pantau dari jarak jauh, namun bukan berarti tidak memiliki kelemahan. Salah satunya adalah mahalnya biaya untuk membangun teknologi dalam Tempat Pembuangan Akhir yang belum diterapkan di Indonesia jadi harus impor teknologi tersebut. Dan masih banyak sekali tangan-tangan nakal yang penasaran dengan teknologi tersebut yang malah merusak teknologi tersebut, ditambah sudah jadi rahasia umum jika ada anggaran yang besar pasti tidak lepas dari tikus-tikus koruptor di pemerintahan, sehingga kualitas pengerjaan proyek infrastruktur tersebut akan menurun dan tidak memenuhi standar yang mengakibatkan kerugian di pemerintahan dan tidak akan bertahan lama teknologi tersebut.
Untuk membangun TPA, pemerintah tentu memerlukan banyak lahan. Selain itu sangatlah penting untuk memperhatikan tempat mana saja yang akan di bangun infrastruktur tersebut. Dalam berbagai aktivitas pembangunan tersebut masyarakat memiliki hak untuk terlibat aktif, artinya dalam berbagai aktivitas pembangunan mulai dari tahap perencanaan, pemanfaatan, sampai pengawasan memerlukan peran aktif masyarakat sebagai kontrol sosial. Karena setiap pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakatlah yang nantinya akan merasakan dampaknya baik positif maupun negatif. Jangan sampai proyek tersebut sudah dilaksanakan tapi tidak mempertimbangkan tempat-tempat dibangun proyek tersebut, seperti dekat dari permukiman, tempat kerja, sekolah karena kita tahu bau sampah yang menyengat akan mengganggu aktivitas sehari-hari.
Di balik semua itu masyarakatlah yang memiliki peran penting. Jangan sampai pemerintah sudah melakukan hal sebaik mungkin untuk kesejahteraan masyarakat tapi malah masyarakat itu sendiri yang merusaknya. Perlu dilakukan sosialisasi agar masyarakat tahu bahwa sekarang era Revolusi Industri 4.0 dimana semua bisa dilakukan dengan bantuan teknologi dan bisa di pantau dari jarak jauh agar masyarakat tidak merusak infrastruktur yang sudah memerlukan anggaran besar, untuk kesejahteraan masyarakat malah masyarakat itu sendiri yang merusaknya.
Namun pada akhirnya permasalahan sampah belum berhenti disini saja, banyak persoalan yang menunggu di depan mata seperti harus diapakan sampah tersebut, bagaimana jika volume sampah kian hari semakin bertambah. Dari persoalan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun Tempat Pembuangan Akhir sudah berteknologi namun jika sampah-sampah tersebut hanya dibuang begitu saja akan hanya membuat gunung sampah yang baru. Alangkah baiknya sebelum membuat teknologi tersebut kita harus berkaca pada Negara Swedia. Di negara tersebut justru menginginkan sampah, bahkan harus impor sampah dari negara lain. Swedia memang handal dalam pemilahan dan daur ulang sampah, sebanyak 50 persen sampah itu diolah menjadi energi di Swedia, mengjhasilkan listrik bagi 250 ribu rumah dan pemanas bagi 950 ribu rumah di saat musim dingin. Budaya daur ulang telah diterapkan di Swedia sejak lama, dan Swedia adalah negara pertama yang menetapkan pajak tinggi untuk penggunaan bahan bakar fosil. Hasilnya saat ini hampir setengah dari kebutuhan listrik dipenuhi oleh bahan bakar terbarukan.
Jadi akan lebih baik jika penggunaan sampah plastik dikurangi dan memanfaatkan sampah menjadi bahan daur ulang. Dari pada menciptakan terkologi mahal-mahal di TPA, pasti akan lebih baik menciptakan alat untuk mendaur ulang sampah-sampah tersebut menjadi energi yang manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia terutama Jawa Timur. Meskipun tidak akan mengurangi sampah secara cepat namun teknologi mendaur ulang sampah menjadi energi akan lebih efisien dan pastinya ramah lingkungan.

Baca Juga:  Penggunan Media Sosial Marak Penyebaran Hoax

Berita Terkait

Nurul Alfida Fakultas Hukum UBB Angkat Bicara Soal Pengamen Di Jalanan
“Mengapa Pernikahan Dini Masih Marak?” Sebuah Pertinjauan terhadap Remaja dan Masyarakat Indonesia
Kepengurusan DPK Maliku, Sektor Desa Talio & Sektor Desa Dandang Resmi di Kukuhkan DPD Fordayak Pulang Pisau
SAPA “Fauzan Adami”, Menyampaikan Keprihatinannya Terhadap Fenomena Keterlibatan Oknum PNS.
Dugaan Sistem Management Rumah Sakit Umum PT Cut Mutia Medica Nusantara Regional 1 Langsa.
Hasil Pekerjaan Proyek Pengaspalan Peningkatan Jalan Damai Gampong Baroe
Dit-Samapta Polda Aceh, Kembali Bagi Sembako Dalam Kegiatan “Jum’at Berkah”
Waka Polda Aceh, Hadiri Peringatan Maulid Raya Dan Peringatan 20 Tahun Tsunami Aceh
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 17 November 2024 - 12:25 WIB

Nurul Alfida Fakultas Hukum UBB Angkat Bicara Soal Pengamen Di Jalanan

Minggu, 17 November 2024 - 11:57 WIB

“Mengapa Pernikahan Dini Masih Marak?” Sebuah Pertinjauan terhadap Remaja dan Masyarakat Indonesia

Minggu, 17 November 2024 - 11:09 WIB

Kepengurusan DPK Maliku, Sektor Desa Talio & Sektor Desa Dandang Resmi di Kukuhkan DPD Fordayak Pulang Pisau

Minggu, 17 November 2024 - 00:39 WIB

SAPA “Fauzan Adami”, Menyampaikan Keprihatinannya Terhadap Fenomena Keterlibatan Oknum PNS.

Minggu, 17 November 2024 - 00:37 WIB

Hasil Pekerjaan Proyek Pengaspalan Peningkatan Jalan Damai Gampong Baroe

Berita Terbaru