Detikkasus.com | Provinsi Jawa Tengah-Kabupaten Jepara, Jumat 11,Agustus 2018 Pukul 29.30 Wib, Tim mengunjungi rumah tempat tinggal Mbah SARTAS. Dan tampak mereka terkejut akan kedatangan tim, tapi setelah dijelaskan tentang tujuan kepada mereka dan mereka baru faham dan menyambut dengan ramah dan berbincang-bincang dengan santai.
Tampak dalam rumah itu berjumlah 5 orang yaitu Isteri Mbah SARTAS bernama YASMI, puterinya Dewi Shinta, ibu mertuanya SURIPAH dan satu orang cucunya yang masih Balita.
Rumah sederhana Mbah SARTAS terbuat dari batu, tapi masih berlantai dengan tanah. Saat tim ngobrol-ngobrol dengan mereka, dan menceritakan kisah kehidupan sehari-hari dengan penuh kesederhanaan dan keterbatasan. Dan menjelaskan kalau Mbah SARTAS adalah sebagai tulang punggung keluarga nrreka, dengan menjual kerupuk keliling Jepara dengan menggunakan sepeda ontel.
Yasmi menjelaskan bahwa keluarga kami telah mendapatkan Progran Keluarga Harapan (PKH) setiap 3 bulan kami mendapatkan 500 ribu rupiah dan juga beras. Kata Yasmi dengan bahasa jawa. Dan Puteri kami yang masih sekolah juga mendapatkan Kartu Indinesia Pintar (KIP), tapi sampai sekarang masih belum cair, jelasnya dengan penuh tanda tanya. Sambil puterinya Dewi Shinta mengiyakan penuturan ibunya. Ia Om, ini kartu tersebut, tapi sampai sekarang tak pernah cauir. Tambah Dewi.
Jadi sesuai dengan hasil perbincangan dengan keluarga Mbah SARTAS tersebut menyimpulkan bahwa mereka itu termasuk orang yang sangat terbatas, apalagi Mbah SARTAS sudah lanjut usia, jadi perlu perhatian dari Pemerintah untuk menyalurkan program-sosial dari pemerintah supaya keluarg itu benar-benar jadi keluarga harapan. Jadi sesuai dengan pemberitaan sebelumnya, dan Video wawancara dengan mbah Sartas bahwa dia sangat mengharapkan bantuan kepada pemerintah, supaya tidak lagi keliling menjual kerupuk tapi beliau ingin memproduksi kerupuk tersebut dengan alat penggorengan yang sederhana.
Salah seorang warga tetangganya mengatakan kalau memang dah lama mbah itu menjadu penjual kerupuk. Walaupun dia telah usia lanjut, lihat sendirilah nampak kalau beliau itu sebetulnya sudah tak samggup lagi, tapi demi keluarganya beliau tiap hari selalu mendayung sepeda ontelnya untuk menjual kerupuk. Ujar salah seorang warga.
Sesuai dengan pemberitaaan sebelumnya, salah seorang yang sudah tua renta menyusuri kota Jepara untuk mencari nafkah sehari-hari. Sesuai dengan penelusuran di Kota Jepara, sosok yang sudah berusia 74 tahun yang berprofesi sebagai penjual kerupuk.
Beliau bernama SARTAS lahir pada tahun 1944, mempunyai 9 orang anak dan satu orang lagi puterinya bernama Dewi Shinta yang masih Sekolah Aliyah kelas 3 serta isteri tercinta yang bertempat tinggal di Desa Banjarsari Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara.
Dalam pertemuan dengan mbah Sartas ini saat pagi sekitar jam 08.00 Wib pagi tiba-tiba dijalan menuju pantai pungkruk melihat sosok orang tua renta yang mendayung sepeda ontel untuk menjual kerupuknya. Maka Jurnalis bersama Ketua LSM GMBI Distrik Jepara Hasbullah, meminta Mbah Sartas untuk mampir dikantor sebentar untuk ngobrol-ngobrol, dan beliau kelihatan sangat senang dan mau bercerita panjang lebar dengan kisahnya agar bisa dipublikasikan.
Hasbullah (Ketua GMBI Distrik Jepara) mengatakan kalau itu adalah seorang penjual ulet dan perlu diperhatikan Pemerintah supaya orang yang sudah usia senja seperti itu tidak lagi jualan kerupuk keliling, tapi diperhatikan dengan program sosial yang ada oleh pemerintah. Harap Hasbullah yang biasa dipanggil Mbah Kabul.
Mbah Sartas bercerita tentang aktivitasnya setiap hari yang mendayung ontel setiap hari mencapai seratus kilometer. Beliau menyampaikan kalau tiap hari berangkat subuh dari rumah dan pulang malam kadang sampai jam 9 malam sampai jualan kerupuknya laku semuanya. Dari Banjarsari menyusuri keliling Kota Jepara, Kembang, Keling, Sambung Oyot, Benteng Portugis, Denorojo, Puncel Wilayah Tayu. Tuturnya sambil minum air aqua gelas yang.
Dulu saya mulai jual kerupuk ini saat saya masih lajang dari tahun 1975 sampai sekarang, demi mencari nafkah sehari-hari sampai saya mempunyai 10 orang anak, tapi yang satu telah meninggal dan tinggal 9 orang yang masih hidup sampai sekarang. Kisah mbah Sartas. Tapi masih ada tiga orang lagi anak saya yang masih bersama saya dan isteri. Yang diantaranya masih ada puteri saya masih kelas 3 Aliyah setingkat SLTA. Sambungnya sambil menghela nafas.
Saya berharap, bisa mendapat perhatian dari pemerintah supaya saya bisa mempunyai usaha membuat kerupuk sendiri, supaya saya jangan lagi jualan keliling yang saya ambil dari orang lain. Imbuhnya. “kira-kira tiap hari mbah mendapatkan hasil berapa setiap penjualan kerupuk itu mbah?”
Kadang saya dapat Rp. 40.000 sampai Rp. 50.000.jawabnya.
Tiap bungkus saya setor Rp. 9000 sama yang punya kerupuk dan saya jual Rp 10.000 kepada para pembeli. Jadi saya dapat untung seribu setiap bungkusnya. Terang mbah Sartas.
Itulah kisah seorang sosok seorang penjual ulet di usia senja, tapi tetap menjalaninya demi kebutuhan sehari-hari untuk anggota keluarga. Masih banyak sebetulnya yang mau diceritakan Mbah Sartas, tapi karena mengingat waktu dia mohon izin untuk melanjutkan perjalanannya menjual kerupuk dengan sepeda ontelnya,yang kadang-kadang kalau menanjak dia turun dan mendorong sepedanya. Jadi mungkin ada lagi di seluruh penjuru Nusantara yang masih menjalani kisah seperti diatas. Dan semoga Pemerintah bisa memperhatikan Sosok seperti ini supaya beliau tidak lagi menjadi penjual kerupuk keliling yang sekitar 40 tahun digelutinya sampai sekarang, dengan program pemerintah yang ada khususnya Kabupaten Jepara. Semoga saja Mbah SARTAS ini bisa menikmati masa tuanya. (Tim)