Pekan Baru, detikkasus.com – Sabtu malam (7/10/2017) sekitar pukul 19.30 Wib, warga dari 4 RW di Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota Pekanbaru menggelar dialog bertema melawan radikalisme dan mengantisipasi ancaman terorisme.
Acara yang diadakan di Masjid Istiqomah Perum Panam ini diprakarsai oleh perwakilan dari Mabes Polri AKBP Suhaimi. Selain itu juga hadir juga tokoh-tokoh masyarakat setempat serta pengurus Masjid Istiqomah.
“Agenda ini kita lakukan untuk meningkatkan kewaspadaan ancaman terorisme yg semakin meluas hingga ke Indonesia tak terkecuali Riau. Hal ini berkaca dari beberapa negara yg sudah dirusak oleh paham radikalisme. Semoga ini dapat menjadi pengetahuan baru kita bersama terhadap ancaman terorisme ini” kata AKBP Suhaimi Sabtu malam (7/10/2017).
Pada kesempatan tersebut dialog juga di-isi Tausiyah oleh Ustadz Zulhusni Domo SAg yang juga Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (Sekum MUI Riau). Ia dalam tausiyahnya mengajak anak muda agar memahami ajaran Islam secara utuh dan jangan mudah terprovokasi oleh paham-paham radikalisme atas nama agama.
“Pelajarilah Islam secara utuh secara Kaffah jangan setengah-setengah. Jangan mudah terjebak ajaran yang menyesatkan, karena Islam itu damai dan tidak suka perang kita justru harus bersatu melawan paham paham yang bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri” pesannya.
Acara ini tambah menariknya lagi, hadirnya Ustadz Khairul Gazali. Ia adalah mantan teroris yang bertobat. Ia banyak bercerita tentang latar belakang dan hal-hal yang mengungkapkan tak diketahui orang banyak soal terorisme ini.
“Radikalisme itu karena intoleran. Lahirnya orang-orang yang akhirnya menjadi terorisme ini berawal dari banyak pemuda yang berangkat ke Afganistan atas nama Jihad di era 1980 an, mereka berlatih perang, dan pendoktrinan bahwa membunuh diluar keyakinan itu benar” papar Ustadz Khairul.
Doktrinnya lanjut Khairul adalah kebencian terhadap orang berbeda pandangan tentang keyakinan mereka. “Baik itu polisi, hakim berbeda agama semua Thogut, darahnya halal untuk dibunuh” terangnya.
Dan katanya lagi, berbagai aksi kekerasan dilakukan hingga melakukan pengeboman semua itu bagian dari doktrinisasi terorisme.
“Hal ini tentu berlawanan yang diajarkan Nabi Muhammad Saw. Padahal sesungguhnya Jihad itu luas pengertiannya seluas langit dan bumi. Berjihad untuk menjaga keutuhan keluarga, menjaga ibu itu jihad, mencari nafkah itu jihad. Menafkahi keluarga itu jihad”paparnya.
“Untuk itu kepada anak anak muda dan orang tua hati-hati atas doktrin tersebut. Jika sudah di doktrin akan sangat berbahaya bagi kita untuk menyadarkannya kembali, payah, payah kita menghadapi nya” tegasnya.
Selain itu, Khairul juga mengungkapkan pengalamannya setelah tidak terlibat lagi dengan terorisme. Khairul Gazali memulai kehidupan baru dengan membangun pesantren. Anak didiknya banyak mantan teroris dan ia menggratiskan bagi anak didiknya. Pesantrennya ia bangun di Sumatera Utara.
“Untuk membiayai pesantren secara swadaya, kami membangun pertanian dan kolam ikan untuk mendapat pendanaan”terangnya.
Acara dialog ini selain diisi dengan ceramah, juga dilakukan tanya jawab bagi para jemaah yang hadir. Usai acara dialog ini, dilakukan photo bersama dan bercengkerama sesama jemaah. (Dirianus).