Warga Samin Jepang Bojonegoro Adakan Ritual Gumbregan Dibulan Suro

BOJONEGORO l Detikkasus.com – Gumbregan adalah merupakan salah satu ritual yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Samin Dusun Jepang Desa /Kacamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur.
Jum’at 19/7/2024 pagi.

Upacara adat Gumbregan salah satu bentuk selamatan atau syukuran yang dilakukan masyarakat pemilik hewan ternak seperti kambing, dan sapi. Upacara selamatan ini dimaksudkan untuk wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesejahteraan yang diberikan olehnya dalam wujud Rojokoyo atau hewan-hewan ternak yang banyak guna membantu dan memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Baca Juga:  Bersama Warga, Bhabinkamtibmas Desa Bestala Laksanakan Kerjabakti

Acara Gumbregan dilaksanakan di perempatan Dusun Jepang Desa setempat. Turut hadir dalam acara Bambang Sutrisno Generasi ke lima Samin Surosentiko, Sukijan Kepala Dusun Jepang, Salam Tokoh masyarakat, ketua RT. 01 /RW.05, Adi Sutarto pemerhati Samin, Mahasiswa Unesa Surabaya, dan juga semua warga Dusun Jepang.

Bambang Sutrisno Selaku penerus ajaran Samin Ke 5 kepada media ini menyampaikan,
Bahwa Kegiatan kupatan atau Gumbregan adalah wujud Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rizki dari Ternak atau Rojokoyo yang di pelihara para masyarakat Samin, seperti Sapi, dan kambing. Hal tersebut dilakukan rutin setiap Jum’at Pahing di bulan Suro, (Bulan Jawa, Red*) yang sudah dilakukan leluhur Samin turun temurun dari nenek moyang.

Baca Juga:  Raih Juara II, Kapenrem 081/DSJ Apresiasi Prestasi Kodim Trenggalek Pada TMMD 105

 

“Kegiatan kupatan atau Gumbregan adalah rasa wujud Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rizki dari Ternak atau Rojokoyo yang di pelihara para masyarakat Samin, seperti Sapi, dan kambing. Hal tersebut dilakukan rutin setiap Jum’at Pahing di bulan Suro dalam bulan Jawa, yang sudah dilakukan dari leluhur Samin turun temurun dari nenek moyang kita,” Tuturnya.

Baca Juga:  Pengamanan dan Pengawalan Jalan Santai HUT PGRI Ke 72 Oleh Sat Lantas Polres Buleleng.

Masih Bambang Sutrisno,
“Makanya kita menguri – uri budaya salah satu kearifan lokal yang diwariskan leluhur terdahulu,” Pungkasnya.
(Andri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *