Provinsi Jatim – Kabupaten Lumajang: Detikkasus.com – UPTBPP Kecamatan Klakah bersama Anggota Koramil 0821/05 Klakah mengadakan gerakan Pengendalian Hama/Penyakit Kresek ( Xanthomonas ) bersama petani di Kelompok Tani Hasil Bumi desa. Klakah Kecamatan. Klakah, Kabupaten. Lumajang Jawa Timur. Untuk menyelamatkan tanaman padi terdampak 155 ha agar tercapai swasembada pangan berkelanjutan .
Salah satu hama tanaman padi yang kadang menyulitkan para petani adalah jenis Kresek ( Xanthomonas) memang menjadi kekhawatiran tersendiri bagi para petani padi. Khususnya di Kelompok Tani Hasil Bumi Desa Klakah.
Hal tersebut ditegaskan anggota Koramil 0821/05 Klakah Serda Nehar, pada saat melaksanakan pendampingan pengobatan masal di Kelompok Tani Hasil Bumi Desa Klakah, Rabu (17/01/2018).
Adapun upaya yang dilaksanakan Babinsa bersama petani adalah melakukan pengobatan masal, agar hasil panen di tahun ini bisa maksimal dan sesuai dengan harapan pemerintah yaitu Swasembada pangan berkelanjutan, ” pungkas Serda Nehar.
Dalam kesempatan yang sama, Budi Santoso Kepala UPT Pertanian Klakah mengatakan pentingnya pengobatan Untuk menyelamatkan tanaman padi terdampak sejumlah 155 (Seratus lima puluh lima) ha, agar tercapai swasembada pangan berkelanjutan .
“Masa tanam padi yang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pemeliharaannya, mulai pengairan, pemupukan dan penyemprotan”, kata Budi Santuso Ka UPT Klakah (17/01/2018).
Penyemprotan ini untuk mengantisipasi Penyakit hawar daun bakteri (HDB) yang merupakan salah satu penyakit padi utama yang tersebar di berbagai ekosistem padi di negara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia. Khususnya di kecamatan Klakah, Penyakit disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo). Patogen ini dapat mengenfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lobang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis yang apabila terjadi pada tanaman muda mengakibatkan mati dan pada tanaman fase generative mengakibatkan pengisian gabah menjadi kurang sempurna, Lanjutnya
Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Gejala kresek sangat mirip dengan gejala sundep yang timbul akibat serangan penggerek batang pada fase tenaman vegetatif. Pada tanaman dewasa penyakit hawar daun bakteri menimbulkan gejala hawa (blight). Baik gejala kresek maupun hawar, gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering, Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 persen.
Masih menurut Budi Santuso, Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada musim hujan. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten), Jelasnya.
“Kami bersama anggota Koramil Klakah selaku pendamping pertanian akan selalu membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi petani agar mampu meningkatkan hasil pertaniannya demi terwujudnya swasembada Pangan”, pungkas Budi Santoso, Ka Upt Pertanian Kalah. (RN).