Kal-Bar |Detikkasus.com -Subuh buka Hp. Banyak kiriman video banjir. Saya kira air surut, nyatanya makin tinggi. Sedih melihat banjir di mana-mana. Ngopi pun terasa hambar melihat saudara seprovinsi berjibaku dengan tamu tak diundang. Yok, kita bahas, wak!
Langit runtuh. Air meluap. Tanah merintih. Kalimantan Barat bukan lagi tanah seribu sungai. Kini, ia lautan. Rumah-rumah tenggelam, mimpi-mimpi karam. Rakyat mengungsi. Ada yang selamat. Ada yang hanyut. Sisanya? Berjuang.
Enam daerah terendam. Sambas, 41 desa. 36.262 jiwa. Landak, 28 desa. 2.846 jiwa. Mempawah, 12 desa. 18.103 jiwa. Bengkayang, 4 desa. 129 jiwa. Singkawang, 11 kelurahan. 19.573 jiwa. Kubu Raya, 3 desa. 690 jiwa. Total. 87.661 jiwa.
Mereka bukan angka. Mereka manusia.
Anak-anak menangis. Orang tua kehilangan rumah. Bayi-bayi menggigil di pengungsian. Air pasang membawa penyakit. Demam. Diare. Batuk-batuk. Makan? Sekadarnya. Bantuan? Entah kapan datangnya. Rumah-rumah tenggelam, 10.818 unit.
Sekolah? Ditutup. Pasar? Terendam. Jalan? Hancur. Jembatan? Putus. Belum banjir saja sudah rusak. Sekarang? Tak lagi bisa disebut infrastruktur. Hanya puing-puing, jalanan retak, dan lumpur yang mengendap dalam kenangan pahit.
Penyebab? Hujan deras, kata mereka. Naiknya air laut, ujar yang lain. Tapi kita tahu. Banjir ini bukan sekadar air yang jatuh dari langit. Ia adalah hasil dari tangan-tangan yang merusak bumi. Hutan yang ditebang. Tanah yang dikeruk. Sungai yang dibendung. Demi ekonomi ekstraktif. Demi laba. Demi kekuasaan.
Kalimantan Barat menangis. Tapi siapa yang peduli? Di tengah lautan air mata ini, Ria Norsan dan Krisantus Kurniawan bersiap naik takhta. Enam Februari 2025, mereka akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Sebuah pesta demokrasi. Sebuah perayaan kekuasaan.
Tapi rakyat tidak berpesta. Mereka sibuk mencari tempat tidur yang tidak basah. Mereka sibuk mencari nasi yang tidak basi. Mereka sibuk bertahan hidup.
Norsan-Krisantus, ini ujian kalian. Rakyat tidak butuh janji manis. Tidak butuh retorika. Tidak butuh seremoni. Mereka butuh pemimpin.
Jangan biarkan mereka tenggelam. Jangan biarkan Kalimantan Barat jadi negeri yang habis ditelan air, lalu dilupakan. Jangan biarkan takhta kalian berdiri di atas kuburan basah.
(Jihandak Belang/Team Grop GWI Dan Sumber : Rosadi Jamani/Ketua Satu Pena Kal-Bar)