Kaur l Detikkasus.com – Sejarah yang merupakan warisan dari leluhur terdahulu alias kebiasaan yang di tinggalkan nenek moyang dahulu kala yaitu melemang buluh (masak lemang) terutama dalam rangka menyambut hari raya idul fitri dan idul adha dan hari² besar keagamaan baik di rumah ibadah (Masjid/Mushola) ataupun di rumah masing².
Kepala Desa Umbul Pornomo Soehedi mengatakan,kebiasaan masyarakat terutama masyarakat transos Luas keturunan dari nenek moyang yang pernah tinggal di Lubuk Ling,Pulau Tengah,Matang Kace,Pijian (Dusun Lama) masak lemang buluh atau masak lemang bambu
Lemang bambu atau lemang buluh sendiri terbuat dari bahan ketan putih dan dicampur pati/santan kelapa,di tegakan berjejer panjang kemudian di bakar memakai bara api.Kebiasaan masak lemang seperti ini (melemang) di adakan pada hari² tertentu seperti hari raya idul fitri dengan hari raya idul adha
Masyarakat Umbul berangkat ke hutan untuk mengambil bambu muda yang akan di pakai untuk wadah lemang dengan kayu bakar yang akan digunakan untuk memasak lemang,demikian juga pada saat melemang,masyarakat selalu kompak
Masakan lemang & tapai di suguhkan saat hari lebaran dengan para tetamu pada waktu bersilaturahmi kerumah selain itu adapula yang dibagikan dengan keluarga & sanak famili (tetangga) biasanya lemang berpasangan dengan tapai,adapun tapai terbuat dari bahan ketan putih atau ketan hitam yang sudah dicampur bahan pemanis (Ragi).Demikian Pornomo Soehedi
(Reza)