Tingkat Konsumtif yang Tinggi Tanpa Dibarengi dengan Pengolahan Sampah

Penulis : Meliana Risdiyanti
Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Universitas Muhammadiyah Malang

Detikkasus.com | Di era globalisasi ini semua negara berlomba – lomba untuk meningkatkan pemasukan bagi negaranya, tak terkecuali Indonesia yang bergerak di berbagai sektor perdagangan seperti ekspor-impor dan sebagainya. Tak ayal, masyarakat Indonesia memiliki tingkat konsumtif yang tinggi pula.

Tak terasa kita telah melewati bulan Ramadhan. Bulan yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah SWT. Bulan Ramadhan menjadi Momen spesial yang diidam-idamkan dan didambakan seluruh umat islam di muka bumi. Mengulas kembali tentang bulan Ramadhan yang baru saja kita lewati ini, pasti semua tak asing lagi. Di bulan ini selalu identik dengan makanan. Dari mulai menu buka puasa, menu sahur ,ta’jil dan kue-kue lebaran sudah marak dijajakan di berbagai tempat.

Di Indonesia, khususnya menjelang buka puasa para penjual ta’jil sudah memadati pinggir jalan raya atau stand-stand yang sudah disediakan. Mereka menjual beraneka macam minuman, kue-kue, sayur matang, hingga lauk pauk. Hal ini menjadi budaya umat muslim di Indonesia saat menyambut buka puasa dengan ngabuburit dan belanja ta’jil. Tak jarang dengan adanya bazar Ramadhan seperti ini menimbulkan kemacetan yang cukup parah di berbagai titik. Tanpa kita sadari dibulan Ramadhan ini sampah makanan naik sebesar 10%. Hal ini terjadi akibat kurang bijaknya masyarakat dalam membeli makanan.

Yakni membeli tanpa memperhitungkan proporsi yang dibutuhkan. Dari data yang diperoleh dari Ecnomic Intelligence Unit (EIU) tahun 20116 menempatkan Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar ke-2 di dunia. Di sisi lain dari data Global Hunger Index tahun 2018 menunjukkan bahwa angka kelaparan di Indonesia sendiri sebesar 21,9%, angka ini cukup besar karena masuk dalam angka kelaparan serius. Sangat paradoks memang, menjadi penyumbang sampah makanan terbesar ke-2 tetapi angka kelaparannya masih tinggi. Ketimpangan seperti inilah yang seharusnya menjadi perhatian semua pihak.

Baca Juga:  Bhabinkamtibmas Desa Mengening Tingkatkan Kemitraan Demi Terciptanya Kamtibmas di Desa Mengening

Di bulan Ramadhan ini misalnya, terlihat begitu tamaknya orang Indonesia. Dalam membeli ta’jil satu orang bisa membawa 3-4 kresek makanan. Padahal belum tentu makanan yang dibeli ini bisa habis satu malam. Karena yang telah kita ketahui sebelumnya ketika kita berbuka puasa makan sedikitpun sudah kenyang, jadi janganlah berlebihan seakan- akan akan disantap semua karena perut itu punya kapasitasnya sendiri.

Pastilah jika tak habis ujung- ujungnya makanan ini akan berakhir di tong sampah. Memang suda menjadi karakter orang Indonesia kalau tidak membeli banyak kurang marem. Ironisnya budaya tak habiskan makanan sudah menjamur di kalangan kaum millennial, anak-anak muda zaman sekarang begitu bangganya jika tak habiskan makanan. Dengan berbagai macam argumen seperti berangapan makanannya tidak enak, gengsi kalau dihabiskan, malu, takut gendut dan berbagai macam alasan lainnya. Kaum muda saat ini dengan mudahnya membeli makanan apapun yang terlintas di fikiran mereka tanpa memperhatikan apa yang jadi kebutuhan mereka. Inilah segelintir hal kecil yang dapat menjadi pemicu makanan terbuang sia-sia.

Baca Juga:  Kapolsek Tapung Lakukan Anjangsana ke Panti Asuhan Jelang HUT Polri ke-73

Sudah sepatutnya kita bijak dalam hal makanan. Di bulan Ramadhan ini orang kerap kali mengutamakn nafsunya, makan sepiring penuh, ambil ta’jil berlebih dan belum ngemil- ngemilnya. Sebaiknya hal ini harus kita hindari. Karena sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Hendaknya makan secukupnya jangan berlebih. Kemungkinan yang terjadi jika makan berlebihan akan mengakibatkan perut begah dan hal ini dapat mengganggu kelancaran dalam ibadah. Baginda rasul nabi Muhammad SAW juga telah mengajarkan umtanya tatacara makan

yang baik, beliau mengajarkan hendaknya umatnya makan minum secukupnya yani cukup menguatkan tulang rusuknya saja dengan aturan 1/3 untuk makanannya, 1/3 untuk minumannya dan 1/3 nya lagi untuk pernafasannya. Hal ini dapat kita jadikan rujukan dalam upaya pencegahan food waste yang terjadi di Indonesia. Kondisi seperti ini seharusnya tidak boleh terjadi lagi, makanan yang terbuang di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun saja sejumlah 13 ton. Padahal jika ini dikelola dengan baik dapat menghidupi lebih dari 28 juta orang. Dan secara otomatis akan berdampak pada penurunan angka kelaparan di Indonesia. Sudah sewajarna kita menjadi warga negara yang bijak dalam hal sekecil apapun. Membuang makanan memang hal sepele namun dampaknya sangat luar biasa. Jika hal kecil dapat merubah sesuatu hal yang besar mengapa tidak?

Baca Juga:  Amankan Wilayah di Malam Hari Reskrim Polsek Singaraja Lakukan Kring Serse

Kita dapat meminimalisir hal ini dimulai dari hal yang paling kecil dahulumisalnya, ketika kita makan di rumah makan atau restaurant trlbih dahulu kita memisahkan di awal makanan yang hendak kita makan. Kita pisahkan nasi, sayur dan lauk pauknya jika merasa berlebih. Yang kedua kita dapat bungkus makanan yang telah kita pisahkan tersebut jika tidak habis. Sehingga makanan tidak langsung dibuang begitu saja dan dapat dikonsumsi kembali sesampainya dirumah,

Merencanakan dengan seksama sebelum membeli juga sangat penting. Dengan begitu kita dapat memilah makanan yang kita butuhkan yang mana dan mana makanan yang tidak kita butuhkan sehingga tidak mubadhir. Memasak bahan makanan dalam jumlah yang sesuai dan menyimpan makanan dengan baik agar dapat dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama juga mampu meredam kondisi yang memprihatinkan ini.

Sudah sepatutnya kita sebagai warga negara turut serta dalam upaya pencegahan kenaikan sampah makanan di Indonesia. Kita harus makan dengan bijak. Jangan mengutamakan hawa nafsu semata karena hawa nafsu adalah bisika-bisikan syetan. Kita jangan membuang-buang makanan namun disisi lain sudara-saudara kita diluar sana sangat butuh sekali makanan. Kesadaran diri warga negara untuk peka terhadap segala permasalahan sosial dan turut serta dalam upaya-upaya penanganan masalah sosial sangatlah penting bagi bangsa ini kedepannya. Karena jika bukan sekarang kapan lagi? Dan jika bukan kita siapa lagi?.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *