Indonesia – Propinsi Jatim – Kabupaten Banyuwangi, Detikkasus.com – Senin, 25/09/2017, Menurut ketua lembaga adat Desa Aliyan Bpk:Drs BUDIYONO asal usul keboan Pada jaman dahulu ada sebuah Desa/dukuh yang bernama KARANG MUKTI ,Karang yang berati TANAH sedangkan Mukti yang artinya SUBUR Orang yang pertama kali mendiami Dukuh/Desa karang mukti yaitu: Ki buyut dan Nyi buyut wongso kenongo dan mempunyai dua orang putra yang bernama: RADEN PRINGGO dan RADEN PEKIK Dukuh karang mukti dahulu merupakan tanah yang subur dengan penghasilan pertanian yang sangat melimpah dan pada suatu ketika Dukuh karang mukti mengalami musibah dan bencana di mana mana terutama pada tanaman petani warga di serang hama,wereng,tikus,dan pageblug selaku sesepuh di Dukuh karang mukti Ki buyut wongso kenongo sangatlah prihatin melihat keadaan warganya.
Di suatu ketika Ki buyut wongso kenongo mendapatkat sebuah petunjuk untuk menyuruh kedua anaknya untuk melakukan tirakat dan bertapa di hutan sekitar Dukuh karang mukti Raden PRINGGO di tigaskan bertapa di hutan arah barat dukuh karang mukti yang sekarang di kenal Dusun SUKODONO dan Raden PEKIK di tigaskan di hutan arah selatan Dukuh karang mukti yang sekarang di kenal Gumuk SUKO PEKIK.
Hari berganti hari minggu berganti minggu Raden PRINGGO dan Raden PEKIK melakukan pertapaan dan sampai akhirnya sang maha pencipta mengabulkan permohonanya Dan pada saat itulah di luar alam kesadaran ya secara bersamaan Raden PRINGGO dan Raden PEKIK keluar dari pertapaanya yang berbeda tetapi mengalami kejadian yang sama Raden PRINGGO dan Raden PEKIK berlari ke arah persawahan yang penuh lumpur dan berguling guling layaknya seekor kerbau, melihat kejadian ini penduduk Dukuh karang mukti serentak keluar rumah dan tak ada seorangpun yang. mengenali terhadap kedua pemuda tersebut yang sekujur badanya di penuhi dengan lumpur sehinga kedua pemuda tersebut di arak oleh semua warga menuju ke rumah Ki Buyut wongso kenongo dan di saat yang bersamaan datanglah seseorang yang mirip orang gila tetapi kelakuanya sangat sopan orang tersebut menuju ke rumah Ki Buyut wongso kenongo orang tersebut minta kepada Ki Buyut empat ikat padi jawa,anak pisang Raja, Janur kuning dan bibit kelapa, sekaligus syarat untuk menyembuhkan kedua pemuda yang kesurupan layaknya seekor kerbau dengan menyiramkan air kesekujur tubuhnya.
Akhirnya masyarakat baru mengenali siapa kedua pemuda tersebut yang ternyata adalah Raden PRINGGO dan Raden PEKIK.
Ki Buyut wongso kenongo akhirnya mengerti dengan apa yang di maksud permintaan orang tua tersebut untuk melakukan sebuah upacara,Akhirnya upacara di awali dengan bersih dukuh yang sekarang di kenal dengan kata bersih Desa kemudian mendirikan Lawang kori, lawang artinya pintu sedangkan kori artinya bambu yang sekarang di sebut Gapuro yang harus di dirikan di setiap pintu masuk dan keluar di Dukuh/Desa, dan adapun hiasan lawang kori atau Gapuro tersebut yaitu: hasil dari pertanian seperti: padi, jagung, tebu, buah buahan, kelapa, Pokoknya hasil dari pertanian yang melambangkan atau simbul kesuburan Desa serta bentuk rasa syukur masyarakat akan rijki yang di berikan oleh Tuhan yang Maha Esa, dan selanjutnya kegiatan tersebut di jadikan tradisi oleh masyarakat Desa Aliyan untuk mengadakan ritual atau selamtan di makam Buyut wongso kenongo, yang di kenal dengan tradisi adat masyarakat Desa Aliyan yang di sebut KEBOAN. ( Ted/Her ).