Detikkasus.com | Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi-Selatan yang terdiri dari atas SDN Bahuluang dan SMPN 7 Bontosikuyu, menanti perhatian serius pemerintah kabupaten dan instansi tekhnis terkait.
Pemangku kepentingan di lingkungan dunia pendidikan diharapkan dapat memberikan perhatian extra terhadap upaya pembenahan ruang kelas SDN Bahuluang yang terlihat kian memprihatinkan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari kondisi beberapa bagian bangunan sekolah yang mulai ambrol dan mengancam keselamatan siswa serta tenaga pengajar di sekolah bersangkutan. Kerusakan parah juga terlihat pada beberapa bagian plafon ruangan dalam, dan luar kelas yang mulai nampak bolong, akibat termakan usia.
Kondisi yang tak kalah miris juga terlihat pada beberapa bagian dinding, lantai, dan jendela ruang kelas tak berkaca, serta bangunan pagar sekolah yang masih menggunakan bahan baku bambu dan kayu seadanya.
Ironis, karena sejak didirikan pada tahun 1961 silam, kondisi bangunan ruang kelas, dan pagar sekolah, nyaris tak pernah menunjukkan perubahan. Situasi serupa juga terjadi pada bangunan perumahan guru di SDN Bahuluang yang dari hari ke hari, terlihat kian memprihatinkan dan bahkan mulai membuat tidak betah para tenaga pengajar untuk tinggal mendiami kompleks perumahan sekolah yang pada musim penghujan nyaris tak pernah kering.
Tak banyak hal yang mampu diperbuat oleh pihak sekolah, terkecuali menunggu uluran bantuan tangan pemerintah, DPRD, serta instansi tekhnis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk bisa segera menggelontorkan anggaran rehabilitasi bangunan ruang kelas, pembangunan pagar, dan sanitasi pembuangan sekolah yang sudah bertahun-tahun tidak lagi dapat difungsikan.
Keadaan yang hampir sama juga ikut dialami dan dirasakan oleh para siswa SMPN 7 Bahuluang yang selama bertahun-tahun harus belajar dan menempati ruang kelas tak berlantai, berjendela tirai bambu, dan tak berplafon.
Selain harus menempati ruang kelas darurat yang tak kunjung rampung tahapan pembangunannya, para siswa di SMPN 7 Bahuluang juga terpaksa mengikuti rangkaian proses belajar mengajar di tengah keterbatasan ruang kelas, setelah salah satu ruang kelas, dialihkan menjadi perumahan untuk guru dan tenaga pengajar, sebagai bias dari masih sangat minimnya perumaha guru di sekolah itu.
Sementara di luar ruang kelas, terlihat bangunan pagar kayu yang sangat tidak safety, baik bagi keselamatan siswa maupun tenaga guru di sekitar kompleks perumahan, terutama guru wanita. (fadly syarif)