Detikkasus.com | Sabtu, 01/12/2018 – Detik detik ritual bakar tongkang di panipahan,Ribuan warga mulai berdatangan dari berbagai provinsi dan mancanegara, khususnya etnis Tionghoa, dipastikan akan memadati panipahan kecamatan pasir limau kapas kabupaten rokan hilir riau.
Ada pun kedatangan tamu dari berbagai daerah tersebut tepat nya pada kamis tgl 29 november 2018 pukul 00,13wib siang.
Kedatangan bagi wisatawan kepanipahan dari daerah luar melalui jalur laut yang menggunakan kapal besi tujuan dari tanjung balai asahan menuju wilayah panipahan.
Hampir ribuan warga tionghoa hadir akan mengikuti
Sebuah replika kapal atau disebut warga setempat Tongkang akan dibakar dalam Festival Bakar Tongkang.
Ada pun kedatangan bagi wisatawan tampak memadati pelabuhan panipahan.
Dalam pengamanan tersebut langsung di pimpin Kanit Reskrim IPDA Suwandy di dampingi kanit patroli IPDA Faisal
Juga kanit propos Bripka kristoni, Brigadir Gunawan saputra, dan personel lain nya yang bertugas wilayah hukum pasir limau kapas
Di bawah kepemimpinan kapolsek panipahan Iptu ZULMAR SH.
Selanjut nya acara ritual bakar tongkang hanya menghitung hari saja.
Ritual Bakar Tongkang sebuah tradisi sejak ratusan tahun lalu dan salah satu wisata andalan Bumi Lancang Kuning Di Riau, festival tahunan ini menjadi salah satu destinasi andalan dan masuk 10 besar agenda wisata Kementerian Pariwisata,acara ini mulai tersiar hingga Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan sampai ke Tiongkok daratan.
Jumlah ini memberikan dampak positif terhadap masyarakat tionghoa panipahan terutama pertumbuhan ekonomi.
Terpisah, Tokoh masarakat Tionghoa Obak lausin pada tahun lalu menceritakan, Bakar Tongkang merupakan tradisi memperingati kehadiran masyarakat Tionghoa ke Bagansiapiapi pada tahun 1820 silam.
“Melalui ritual ini, masyarakat Tionghoa juga berjanji untuk mengembangkan diri di kota yang punya julukan Hong Kong Van Andalas,” terangnya.
Lebih lanjut Tongkang lalu diarak ke lokasi yang ditentukan hingga berlanjut pada prosesi pembakaran,” kata Obak pada pada tahun lalu.
Berikut impormasi yang di himpun di lapangan oleh detikkasus, Sebelum acara ini Bakar Tongkang dilakukan terlebih dahulu pesta rakyat, mulai dari pertunjukan barongsai hingga karnaval fashion.
“Malam harinya digelar seperti nya malam ini 1/12/2018 jam 20.00wib acara kesenian, yaitu Pentas Pada 1 /11/2018 malam di vihara budi bhakti yang terletak di jalan bijaksana kepenghuluan panipahan kota kecamatan palika kabupaten rokan hilir riau.
Di iringi beberapa artis di datang kan dari berbagai daerah.
Awal kisah tradisi bakar tongkang di laksanakan.
karena dulunya perantau dari China membakar kapal terakhir agar tak kembali lagi ke daerah asalnya.
Festival ini juga dikenal dengan nama Go Gek Cap Lak dalam bahasa Hokkien, yang berasal dari kata Go berarti ke-5 dan Cap Lak yang berarti ke-16, sehingga ritual tersebut dirayakan setiap tahun pada hari ke-16 bulan ke 5 sesuai dengan Kalender China.
Kisah Kepercayaan bagi warga tionghoa.
Pada puncak festival akan dilihat ke mana tiang utama tongkang akan jatuh. Warga setempat percaya bahwa arah di mana tiang utama jatuh (apakah menghadap ke laut atau menghadap ke darat) akan menentukan nasib mereka di tahun yang akan datang.
Jika tiang laut jatuh ke laut, mereka percaya bahwa keberuntungan akan datang sebagian besar dari laut. Ketika jatuh ke darat, maka keberuntungan tahun ini sebagian besar akan berasal dari daratan.
Replika kapal bisa berukuran sampai 8,5 meter, lebarnya 1,7 meter dan beratnya mencapai 400 kilogram. Kapal itu akan disimpan beberapa malam di Klenteng sebelum pelaksana puncak nya, diberkati, dan kemudian selanjut dibawa dalam sebuah prosesi ke tempat di mana kapal ini akan dibakar.
Prosesi tongkang juga melibatkan atraksi Tan Ki di mana sejumlah orang menunjukkan kemampuan yang luar biasa dengan menusuk diri dengan pisau tajam atau tombak, namun tetap tidak terluka, agak mirip dengan tradisi Tatung di Singkawang di Kalimantan Barat.
Ribuan potongan kertas permohonan berwarna kuning akan dilekatkan pada kapal yang membawa doa dari orang-orang untuk nenek moyang mereka, sebelum kapal tersebut akhirnya dibakar.
Ritual ini juga merupakan manifestasi ucapan terima kasih oleh rakyat kepada para dewa Ki Ong Ya dan Tai Su Ong yang telah membawa nenek moyang mereka dengan selamat ke Bagansiapi-api. Para dewa Ki Ong Yan dan Tai Su Ong mewakili keseimbangan antara kebaikan dan kejahatan, kebahagiaan dan kesedihan, serta keberuntungan bersambung puncak acara ritual bakar tongkang akan di laksanakan di panipahan hanya menghitung hari saja.**[M,manurung]