“Revitalisasi Pendidikan Karakter Dalam Menjawab Tantangan Krisis Moral”

Oleh : Meliani Risdiana
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Muhammadiyah Malang

Detikkasus.com | Karakter bangsa merupakan aspek penting dari kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang menentukan nasib bangsa itu sendiri. Sehingga dalam pelaksanaan pendidikan karakter juga diperlukan adanya revitalisasi. Revitalisasi pendidikan karakter perlu dilakukan karena peran pendidikan memiliki pengaruh besar dalam kemajuan bangsa. Revitalisasi adalah suatu proses atau cara dalam menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya teberdaya. Sehingga revitalisasi berarti menjadikan sesuatu atau perbuatan yang sangat penting sekali dalam kehidupan.
Menurut Dr. Martin Luther King, “kecerdasan yang berkarakter adalah tujuan akhir dari pendidikan yang sebenarnya.” Melalui pendidikan, seseorang akan belajar menjadi seorang yang berkarakter dan memiliki kemampuan ilmu pengetahuan yang mumpuni. Pendidikan karakter menjadi bagian yang integral dari pembangunan bangsa, karena pendidikan karakter berperan besar dalam mempertahankan eksistensi bangsa. Banyak sekali bukti yang menunjukkan bahwa karakter bangsa yang kuat akan menentukan keberhasilan dan kemajuan bangsa. Contohnya adalah negara China. Negara ini dapat dikatakan tidak lebih makmur dari Indonesia di era 70-an. Namun dalam kurun waktu kurang dari 30 tahun, dengan karakter bangsa yang disiplin dan bekerja keras China bangkit dengan mesin produksinya dan memiliki kandungan teknologi menengah dan tinggi. Selain China, India juga mampu berswasembada dalam dunia pangan. Kesanggupan memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri, merupakan salah satu pencapaian yang membanggakan. Keberhasilan ini juga didorong oleh karakter kuat bangsa India untuk maju dan membangun dengan kemampuannya sendiri yang disebut dengan budaya Swadeshi. Oleh karena itu Indonesia harus memiliki semangat tinggi untuk bangkit dan menciptakan inovasi dalam mewujudkan warga negara yang berkarakter dan berbudaya.
Namun sayangnya dalam perkembangan dan laju pendidikan selalu dibarengi dengan permasalahan-permasalahan kompleks dalam pendidikan itu sendiri. Salah satu permasalahan yang menjadi perbincangan publik adalah terjadinya krisis moral pada anak atau peserta didik yang menuntut harus segera diatasi, karena akan menghambat perkembangan bangsa kedepannya dan timbul masalah yang fatal.
Kita semua tahu bahwasanya pendidikan karakter telah dipadukan dengan kurikulum pembelajaran. Tetapi, bukan berarti permasalahan krisis moral sudah berhasil diatasi. Baru-baru ini muncul masalah-masalah yang menghiasi kaca pendidikan seperti tindakan amoral murid kepada gurunya di Gresik serta tindak asusila siswa kelas 4 SD kepada temannya di Pasuruan. Tentu kejadian tersebut menjadi bukti kurang matangnya pembentukan karakter anak. Sehingga karakter anak perlu di godok ulang melalui revitalisasi pendidikan karakter. Karena, permasalahan tersebut tentunya menurunkan mutu pendidikan serta mencederai tujuan dari pendidikan. Saling menyalahkan antar berbagai pihak atas masalah tersebut bukanlah penyelesaian yang tepat. Karena permasalahan tersebut seharusnya bukan hanya menjadi PR untuk lembaga pendidikan, tetapi juga menjadi tugas untuk berbagai pihak.
Pendidikan karakter harus dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan yang harus melibatkan berbagai pihak agar mampu menumbuhkan akar moral yang kokoh dan kuat dalam diri anak. Kolaborasi yang baik antara lembaga pendidikan dengan keluarga, lingkungan serta generasi muda sangat diperlukan untuk stabilisasi pendidikan karakter. Mengapa demikian? Presentase perkembangan peserta didik 35% terjadi di sekolah sedangkan 65% terjadi di dalam keluarga dan lingkungan. Sehingga mindset yang mengakar pada masyarakat untuk menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada lembaga pendidikan perlu dirubah, karena kerjasama berbagai pihak dalam pembentukan karakter anak harus dilakukan secara maksimal.
Peranan Sekolah (Lembaga Pendidikan)
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus terlibat, termasuk kurikulum, proses pembelajaran,pengelolaan sekolah, etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah serta komponen yang lainnya. Pembinaan karakter harus mantap diimplementasikan dalam pembelajaran serta mampu dikuasai dan direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sekolah harus tetap memberikan hak peserta didik dan menjalankan kewajiban secara proporsional termasuk aktif dalam melakukan pembaharuan serta mendukung perkembangan peserta didik baik itu hard skill maupun soft skill.
Peranan Generasi Muda
Esensi peranan generasi muda dalam pengembangan karakter adalah kemauan keras untuk bersinergi dalam poros perubahan, dan komitmen yang besar untuk menjunjung tinggi nilai moral diatas kepentingan sesaat serta menginternalisasi pada kehidupan sehari-hari. Generasi muda dituntut menjadi tokoh utama dalam pemberdayaan karakter serta menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif.
Peranan Keluarga
Kontribusi keluarga dalam perkembangan kompetensi pendidikan karakter sangat berpengaruh pada keberhasilan pembentukan karakter. Keluarga harus menjadi guru terbaik dan ladang pendidikan moral awal bagi anak karena disinilah tempat pendidikan pertama anak. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki komitmen bersama untuk senantiasa memiliki waktu untuk memperhatikan anaknya, memberi keteladanan serta menjadi benteng yang kuat sebagai pelindung anak dari pengaruh negatif pergaulan maupun lingkungan. Pola asuh keluarga juga berperan dalam pembentukan karakter anak, untuk itu keluarga harus memberikan pola asuh yang demokratis dan memberikan pengajaran nilai budi pekerti yang baik untuk anak. Apabila keluarga gagal memberikan pendidikan karakter untuk anaknya, maka akan sulit institusi lain memperbaikinya dan berakibat lahirnya masyarakat yang tidak berkarakter. Oleh karena itu keluarga harus sadar akan peran pentingnya dalam perkembangan dan masa depan anak.
Peranan lingkungan
Dalam menjawab ancaman krisis moral, peran serta lingkungan secara komprehensif dalam penguatan pendidikan karakter juga sangat diharapkan. Apabila lingkungan yang kondusif mampu memberikan ruang dan dukungan penuh terhadap berkembangnya karakter secara intens serta mampu memberikan regulasi pola perilaku anak, maka cita pendidikan karakter dan berbudaya akan tercapai dengan baik.
Dengan demikian keterlibatan seluruh pihak dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan karakter, akan memberikan sumbangsih terhadap lahirnya karakter yang revolusioner. Pembentukan karakter anak tidak hanya berorientasi pada perkembangan kognitif, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan afektif, empati maupun rasa. Apabila hal tersebut terlaksana secara optimal maka besar kemungkinan tujuan pendidikan untuk membangun generasi bangsa yang anggun dalam moral serta unggul dalam intelektual, mampu diraih dengan baik.

Baca Juga:  Maling Toko Resahkan Warga Ponorogo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *