Papua |Detikkasus.com -Jika alasan transmigrasi adalah papua kekurangan SDM, kenapa 8.300 karyawan yang di PHK Freeport di papua. Masih terlantar?, ada 16 ribu pencaker provinsi papua. Pegunungan? 10 ribu pencaker di provinsi PBD? 10.953, pencaker di papua tengah?. 9 ribu masih mengadu nasib di mimika, di merauke 13 ribu. Coba data daerah yang lain di papua?.
Masih banyak anak-anak papua di tolak bekerja atau dipecat, dengan tindakan rasis dari toko/mal. Hotel, pramugari. Bandara, dan sebagai lainnya.
Sementara, yang tersisa pinang dan sagu saja. Diambil alih penjual pendatang, penjual minuman lokal (saguer/bobo) saja di tangkap. Sementara, ruko-ruko minuman alkohol yang merupakan sumber utama kematian. OAP justru berjamur, dan di lindungi di tanah papua, karena rajin setor ke aparat.
Lalu, ketika orang papua di hina tidak mampu. Tidak punya daya saing, bukankah negara swastanisasi sekolah/perkuliahan yang mahal itu. Di jakarta ikut juga batalkan, 3000 lebih mahasiswa/pelajar penerima beasiswa Otsus di luar negeri, sementara negara gagal alih teknologi ke tangan rakyat papua. Menciptakan ketergantungan akut, produksi dan pasar di ambil alih seutuhnya oleh warga penjajah.
Ketika satu-satunya, kemampuan orang papua muncul. Justru dijadikan ancaman, lalu di incar. Di hancurkan, di tangkap atau dibunuh. Muai dari mambesak, persipura. Media JUBI. Hingga orang-orang pro eksistensi papua di teror, dipenjara atau dibunuh. Status konflik papua di pertahankan berdarah-darah, tanpa solusi. Karena tujuannya penaklukan dan genosida, tapi juga sebagai kebun atau arena bisnis militer serta perebutan pangkat dan jabatan.
Jadi, sudah jelas dan tidak terbantahkan. Bahwa transmigrasi adalah jalan cepat, penaklukan dan pemusnahan bangsa papua.
(Pasukan Ghoib/Sumber : https://www. facebook.com/share/p/19qtT4BpvF/)