Riau|detikkasus.com Selasa(23/4/2019) Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto yang diwakili Sekretaris Daerah Yusri menghadiri Tabligh Akbar dalam rangka peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad Saw dengan tema kita jadikan momentum untuk meningkatkan kwalitas dan kwantitas ibadah sholat, di Masjid Al Ihsan Islamic Center Bangkinang.
Selain Sekretaris Daerah Yusri juga terlihat Ketua DPRD Kampar Ahmad Fikri, Kapolres Kampar AKBP Andri, Dandim 0313 Aidil, Asisten, Staf Ahli, Kepala OPD, ASN dan masyarakat yang mengikuti secara khidmat.
Prof. Dr. H. Said Agil Al-munawwar, MA yang hadir sebagai penceramah menyampaikan bahwa Isra Mi’raj merupakan mukjizat yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang merupakan kejadian inrasional karena sepintar dan secanggih apapun teknologi tidak dapat mengukur perjalanan Isra dan Mi’raj. Isra merupakan perjalanan diwaktu malam yang singkat dari satu tempat suci ke tempat suci lainnya dalam waktu singkat,
“Perjalanan tersebut menunjukkan sebagian kecil dari kebesaran Allah SWT, setelah melampaui Masjidil Aqsha, Nabi langsung diangkat naik sampai ke langit tujuh, lalu Sidratul Muntaha dan Baitul Ma’mur.” Ungkap Said
Imam Al-Bukhari meriwayatkan, pada saat peristiwa Mi’raj, Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Ma’mur, Allah SWT mewajibkannya beserta umat Islam yang dipimpinnya untuk mengerjakan shalat limapuluh kali sehari-semalam. Nabi Muhammad menerima begitu saja dan langsung bergegas.
Namun Nabi Musa AS memperingatkan, umat Muhammad tidak akan kuat dengan limapuluh waktu itu. ”Aku telah belajar dari pengalaman umat manusia sebelum kamu. Aku pernah mengurusi Bani Israil yang sangat rumit. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mitalah keringanan untuk umatmu.”
Nabi Muhammad kembali menghadap Sang Rabb, meminta keringanan dan ternyata dikabulkan. Tidak lagi lipapuluh waktu, tapi sepuluh waktu saja. Nabi Muhammad pun bergegas. Namun Nabi Musa tetap tidak yakin umat Muhammad mampu melakukan shalat sepuluh waktu itu. ”Mintalah lagi keringanan.” Nabi kembali dan akhirnya memeroleh keringanan, menjadi hanya lima waktu saja.
Sebenarnya Nabi Musa masih berkeberatan dengan lima waktu itu dan menyuruh Nabi Muhammad untuk kembali meminta keringanan. Namun Nabi Muhammad tidak berani. “Aku sudah meminta keringanan kepada Tuhanku, sampai aku malu. Kini aku sudah ridha dan pasrah.”(DiskominfoKampar/izul)