Detikkasus.com | “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah Allah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (karena ) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari Karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. An-Nisa’ : 32)
“Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinngi, Mahabesar” (QS. An-Nisa’ : 34)
Dari QS. An-Nisa ayat 32 dan 34 dijelaskan bahwasannya perempuan dan laki-laki itu berbeda kedudukannya dan sudah diatur oleh Allah tugas dari seorang laki-laki dan perempuan itu sendiri. Kesetaraan gender yang dihembuskan sebetulnya tidak sesuai dengan satu ajaran bahwa seorang wanita adalah madrasah bagi anak. Sampai kapanpun bahkan sampai kiamatpun tidak bisa bahwa perempuan disetarakan dengan laki-laki dan perempuan tidak boleh menuntut kesetaraan dengan laki-laki.
Dewasa ini dengan adanya isu kesetaraan gender itu membuat para perempuan seolah berubah pikiran. Dalam artian mereka sudah mulai menduduki beberapa ruang-ruang publik sehingga ketika mereka pulang karena ranah domestik. Dan perempuan terkadang lupa bahwa laki-laki yang di minta untuk mengerjakan apa yang tidak seharusnya tidak dilakukan oleh seorang laki-laki kecuali sebelumnya sudah ada perjanjian, jika sebelumnya ada perjanjian perempuan tidak boleh melakukannnya kepada laki-laki karena itu akan menyalahi kodrat dari seorang wanita yang sudah dijelaskan di QS. An-Nisa’ ayat 32 dan 34 diatas.
Kasus-kasus yang biasa terjadi di kehidupan modern seperti sekarang ini yaitu seorang wanita yang lebih mengedepankan pekerjaan daripada harus mengasuh anaknya, sehingga anaknya akan menjadi perilaku yang tidak diinginkan oleh para orang tua.
Pada dasarnya agama sudah mengajarkan bahwa perempuan bekerja maupun tidak sebetulnya rejekinya sama saja. Jika laki-laki dan perempuan bekerja maka sama-sama mendapat tingkatnya. Tetapi jika laki-laki bekerja dan perempuan tidak bekerja maka rejeki itu datang dari laki-laki. Pada dasarnya apapun yang dilakukan oleh seorang laki-laki adalah kerja keras untuk keluarga yang bermanfaat dan berfaedah untuk keluarga. Tugas perempuan pada dasarnya adalah Bagaimana menjadi madrasah yang baik untuk anak-anaknya, bagaimana menjadi baju yang baik untuk psangannya dalam artian jika pasangannya mempunyai aib maka harus ditutupi, harus mampu menjaga harta milik laki-lakinya, harus izin kepada laki-laki ketika akan melakukan sesuatu, dan masih banyak lagi kewajiban seorang wanita yang harus dilakukan sesuai syari’at islam. Maka dari situ bisa dikatakan berbuahnya surga bagi wanita, itu adalah salah satu karir yang mungkin dewasa ini sedikit sekali orang yang berminat di bidang itu dan mereka lebih memilih atau ambisius untuk mengejar materi, padahal materi tidak akan pernah cukup jika kita bawa dalam kehidupan kita sehari-hari kalau semata-mata hanya diukur dari segi materi saja. Konsep seperti inilah yang sudah terbiasa di kehidupan kita sekarang ini. Jika yang dikejar adalah materi saja maka tidak akan menjamin suatu keberkahan rumah tangga.
Dalam hal pendidikan seorang wanita bisa dikatakan setara dengan laki-laki karena wanita juga di dukung untuk menuntut ilmu agar berpengetahuan luas karena anak yang membesarkan adalah seorang ibu, kalau ibunya tidak berpendidikan maka konsep yang dimiliki anak juga kurang. Maka dari itu dapat dijelaskan bahwa sorang wanita yang berpendidikan tidak harus bekerja mengejar materi saja tetapi dengan berpendidikan akan membesarkan anak dengan berbagai konsep yang luas. Lalu wanita yang akan tetap bahagia dengan fitrahnya sebagai “pemelihara” dimana mereka bisa memastikan kondisi rumahnya tetap terjaga dengan aman, mengandung hingga mengantarkan sendiri bagaimana tumbuh kembang anak-anaknya hingga menjadi dewasa dan membanggakan berkat didikannya. Dari segi psikologis juga dijelaskan bahwa seorang ibu yang lebih luas kondisi hatinya daripada seorang ayah karena seorang ibu lebih lembut sikapnya dalam menghadapi seorang anak. Sudah dapat dipastikan bahwa kondisi fitrah wanita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan pria dan wanita, apalagi jika harus dipaksakan sama atau bahkan bertukar peran antar keduanya, maka yang pasti terjadi adalah kehidupan yang menyiksa dan tidak produktif sebagaimana mestinya. Dapat dikatakan bahwa pria dan wanita memang memiliki kehidupan yang berbeda dan tidak dapat di setarakan.
Dalam islam wanita merupakan nikmat Allah SWT yang paling mulia, apabila ia bertaqwa kepada Allah SWT dia adalah wanita shalihah yang diibaratkan sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia. Dan tak hanya itu, wanita dinilai sangat istimewa karena wanita dinobatkan sebagai tonggak peradaban dunia. Hal ini, disebabkan karena dari rahim wanitalah para generasi-generasi penerus terlahir di dunia dan berkat didikan wanita pula lah para generasi tersebut mengarahkan kemana peradaban dunia ini akan dibawa.
Selayaknya jika ingin berkarir maka harus memilih karir yang seharusnya dimiliki oleh seorang wanita agar tidak menyalahi kodrat sebagai wanita dan pilihlah karir yang yang paling tepat dan berbuah surga seperti yang sudah saya sapaikan diatas. “Tinggalkan kenikmatan semu, raih mahkota kemuliaanmu” –Ust. Felix Y. Siauw-
“DUNIA ITU PERHIASAN DAN SEBAIK-BAIKNYA PERHIASAN DUNIA ADALAH WANITA SHALIHAH” (HR. Muslim)