“Perjanjian Nafta Selamatkan Harga Minyak Indonesia.

DI RILIS : TSABITAH PUTRI DESI.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG.
NIM : 201810160311112
KELAS ; 1C.

Detikkasus.com | Sebelum membahas dari judul artikel di atas, berikut akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian dari NAFTA. Pengertian NAFTA adalah perjanjian perdagangan bebas Amerika Utara, sebuah perjanjian antara Kanada, Meksiko dan Amerika Serikat. NAFTA didirikan pada tanggal 12 Agustus 1992 di Washington DC oleh wakil-wakil dari pemerintahan Kanada serta pemerintahan tuan rumah yaitu Amerika Serikat dan diresmikan pada tanggal 1 Januari 1994. Salah satu tugas dari NAFTA adalah mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, misalnya mengatasi masalah harga minyak bumi.
Harga minyak melonjak lebih dari US$ 2 per barel pada akhir perdagangan, mencapai angka tertinggi sejak bulan November 2014, sebagai akibat dari diterapkannya sanksi-sanksi Amerika Serikat terhadap Iran serta kesepakatan perdagangan Amerika Utara untuk mendorong pertumbuhan. Minyak mentah Brent untuk pengiriman pada bulan Desember naik US$ 2,25 per barel atau 2,7 % menjadi US$ 84,98 per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara itu, minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate ( WTI ) pada pengiriman bulan Desember, meningkat US$ 2,05 per barel menjadi US$ 75,30 per barel di New York Mercantile Exchange, tertinggi sejak bulan November 2014.Data bursa menunjukan net long positon gabungan para hedge funds dalam minyak mentah Brent dan minyak mentah Amerika Serikat serta opsi berada di posisi terbesar sejak akhir bulan Juli, setara dengan 850 juta barel.
Beberapa pembeli besar di India dan China telah mengisyaratkan bahwa mereka akan mengurangi pembelian minyak Iran. Sinopec dari China mengatakan pihaknya mengurangi setengah dari pasokan minyak Iran pada bulan September. Harga minyak yang lebih tinggi dan dolar yang kuat dapat menekan pertumbuhan permintaan pada tahun depan.

Baca Juga:  Mendikbud Nadiem Makarim Hapus Ujian Nasional 2021

Dilansir dari Reuters, Selasa ( 28/8/2018 ), harga minyak mentah Brent meningkat US$ 0,39 per barel atau 0,5% menjadi US$ 76,21 per barel. Peningkatan juga terjadi pada harga minyak mentah Amerika Serikat Barat Texas Intermediate ( WTI ) sebesar US$ 0,5 atau 0,2% menjadi US$ 68,87 per barel. Sepanjang pekan lalu, harga WTI menguat 4,3% per minggu, sementara itu, harga minyak mentah Brent naik 5,6%.
Sumber Reuters mengumumkan, komite pengawas Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC ) dan non-OPEC mencatat negara produsen minyak telah mengurangi produksinya sebesar 9% atau lebih banyak dari yang disepakati sebelumya.
Harga minyak telah meningkat beberapa minggu terakhir, karena persepsi pasar akan menguat seiring berlakunya sanksi Amerika Serikat terhadap Iran mulai bulan November mendatang.
Sementara itu, pelaku pasar menyatakan kenaikan harga pada perdagangan kemarin tertahan setelah perusahaan market Intellegence Genscape menginformasikan data persediaan minyak mentah di hub pengiriman Cushing, Oklahaoma, naik sekitar 740.000 barel sejak pada tanggal 21 sampai 24 Agustus 2018.
Faktor yang menyebabkan meningkatnya harga minyak mentah adalah reli di pasar modal Amerika Serikat, dimana indeks saham S&P dan Nasdaq menyentuh level tertingginya sepanjang sejarah. Sebagai catatan, pasar minyak berjangka dan pasar modal cendeung bergerak beriringan.

Baca Juga:  Skenario Kebijakan Keuangan COVID-19

Dilansir dari Reuters, Selasa (2/10/2018), harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik US$ 2,2 atau 2,7% di level US$ 4,98 per barel di awal pekan ini. Pada perdagangan pasca penutupan ( post – settlement ), harga Brent semakin meningkat hingga menyentuh level US$ 85,45 per barel, pertama kali berada di level di atas US$ 85 sejak bulan November 2014.Peningkatan juga terjadi pada harga minyak mentah berjangka Amerika Serikat West Texas Intermediate ( WTI ) sebesar US$ 75,3 per barel tertinggi sejak bulan November 2014. Analisis Price Phil Flynn menilai perjanjian NAFTA dapat mendorong harga minyak karena meningkatkan prospek pertumbuhan tidak hanya untuk Kanada dan Amerika Serikat tetapi untuk Amerika Utara secara keseuruhan.
Data pertukaran menunjukkan, manajer investasi menggabungkan posisi beli bersih untuk minyak mentah Brent dan WTI dan opsi dengan jumlah terbesar sejak bulan Juli 2018 atau setara dengan sekitar 850 juta barel minyak. Para analis menilai semakin tinggi harga minyak dan semakin perkasanya kurs dolar dapat meningkatkan pertumbuhan pada tahun depan.
Beberapa pembeli utama minyak mentah Iran seperti India dan China telah memberikan sinyal akan mengurangi pembelian minyak dari Iran. Perusahaan kilang China Sinopec menyatakan telah mengurangi pengiriman minyak dari Iran sekitar setengah pada bulan September 2018 lalu.
Para analis juga menjelaskan lebih lanjut, dibukanya penghambat perdagangan akan mendorong pertumbuhan dan meningkatkan ekspektasi permintaan minyak.
Solusi untuk mengatasi meningkatnya harga minyak, yaitu :
1. Diperlukan suatu kriteria yang jelas terhadap penggunaan BBM bersubsidi seperti dengan melakukan pembatasan penggunaan BBM jenis premium untuk kendaraan pribadi.
2. Pemerintah melakukan fungsi pengawasan dan audit yang benar, khususnya mengenai kegiatan eksplorasi, eksploitasi minyak dan gas sehingga tidak terjadi KKN.
3. Perlu adanya peraturan yang mewajibkan setiap perusahaan migas untuk menyisihkan dana yang diproleh dari energy minyak bumi untuk pengembangan migas.
4. Melakukan efisiensi konsumsi minyak dan menggalakkan pemakaian sumber energi alternatif. (***).

Baca Juga:  Mahasiswa UMM Berikan Motivasi Murid SDN 266 Gresik, Belajar Tatap Muka

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *