Artikel l Detikkasus.com – Perempuan dalam media tentu saja pada masa sekarang tidak menjadi suatu yang mengherankan karena setiap lini media masa tentunya selalu ada berita tentang perempuan.
Jika dilihat dari beberapa berita yang terdapat pada media massa nasional narasi yang dibangun untuk perempuan selalu dengan kata cantik dan selalu menampilkan foto dengan baju yang menonjol kan bentuk badan yang gemulai ataupun bak “gitar spayol” kata orang awam.
Hal ini tentu menjadi suatu hal yang biasa tapi bagaimana jika dibahas pada kajian gender?.
Dalam beberapa literatur yang dibaca media massa merupakan suatu alat yang sangat memperdulikan komsumsi pasar karena media massa memiliki 3 komponen penting yang itu pemilik modal,isi dan audiens jika bisa dihubungkan ketiga hal itu dalam narasi akan menjadi seperti berikut.
Pemodal tentu mengeluarkan modal untuk mendirikan suatu perusahaan media massa untuk meraup keuntungan dalam media massa tentu media massa harus memiliki konten yang menarik, menarik siapa? Tentu saja menarik audiense agar melihat, membaca atau pun membeli media yang pemodal buat.
Disinilah yang menjadi malapetaka pada media massa.
Banyak pemberintaan yang diterbitkan di media massa mengikuti keinginan publik salah satunya soal perempuan, jika perempuan disini diberitakan karena prestasi tentu saja tidak masalah akan tetapi kebayakan pemberitaan yang ada selalu ada imbuhan yang membuat semakin langgeng stereotype yang ada pada semisal kata cantik.
Cantik disini banyak diartikan oleh orang awam sebagai perempuan yang berbadan langsing, berkulit putih dan bertubuh sintal hal ini yang memperkuat stereotype perempuan cantik dan juga membuat perempuan menjadi obyek seksualitas semata bagi beberapa laki-laki.
Mengapa bisa begitu?. Karena secara tidak langsung hal itu yang ditonjolkan dan membuat tertarik masyarakat untuk membaca atau melihat berita yang ditampilkan.
Belum lagi jika ada pemberitaan tentang perempuan “ cantik “ tadi soal kehidupan pribadinya, disini hal yang paling riskan terjadi karena secara tidak langsung sosok perempuan tadi dijadikan barang komuditi dalam media massa.
Hal inilah yang disebut sebagai suatu hal yang menarik bagi audience.
Salah satu faktor terjadinya hal ini karena kurangnya wartawan atau reporter dari media massa yang sangat sedikit mengambil pekerjaan dalam bidang itu dan faktor yang kedua steritype masyarakat masih melihat perempuan menjadi objek sexsualitas saja. (*)