MADIUN KOTA I detikkasus.com – Disadari atau tidak, sebagai umat muslim di Indonesia, kita hidup dalam penuh keberagaman, mulai dari suku, ras, agama, budaya, dan adat istiadat.
”Keberagaman semacam itu sudah menjadi identitas kita sebagai bangsa yang besar, bangsa Indonesia,” kata Kapenrem 081/DSJ, Mayor Arm Nurwahyu Sujatmiko dalam khutbah jumatnya di Masjid Jenderal Sudirman Makorem, Jl. Pahlawan No. 50 Kota Madiun, Jumat (13/8/2021).
Meskipun terdapat perbedaan semacam itu dan perbedaan epistemoligis dalam kata, etika, moral, budi pekerti dan akhlak, namun dia tetap mengajak untuk saling menghormati dan menghargai dalam beinteraksi di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Ditambahkannya, sebagai umat muslim Indonesia kita juga dibesarkan dan dididik dengan banyak nilai-nilai luhur, seperti sikap saling gotong-royong dan hormat-menghormati.
Namun dia mengaku ironis, karena kini nilai-nilai tersebut seolah-olah telah lenyap, bergeser, dan tergantikan oleh nilai-nilai lainnya yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia.
Kapenrem menyoroti, hal itu dipengaruhi oleh adanya kemajuan teknologi dan informasi yang telah mampu menggeser dengan dalih modernisasi dan individualisme.
“Seperti acara talk show yang sekedar entertainment bisa merubah rona wajah bangsa kita yang sudah tidak mengindahkahkan etika. Nauzubillahiminzalik,” terangnya memberi contoh.
Oleh karena itu, dia mengingatkan untuk senantiasa bertawadhu’ sesuai yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan selalu bersikap rendah hati, mengerti kondisi orang, serta menghormati sesama dengan tidak merasa lebih dari orang lain.
Menjadikan hidup bertawadhu’ dapat dimulai dengan membiasakan diri untuk saling memberi salam atau bertegur sapa dengan orang lain. “Itu sebagai cara kita untuk melatih lebih tawadhu’ tidak sombong dan angkuh terhadap sesama,” pungkasnya.(Ang).