Medan | Ddetikkasus.com -,
Islam di nusantara adalah me¬nyu¬ruh untuk hidup bersama-sama yakni Is¬lam de¬ngan Islam adalah ukuwah is¬la¬miah, dengan di luar Islam adalah uku¬wah watoniah atau basyariah maka Impelentasi dari Islam Nusantara ada¬lah, jika dalam ajaran aga¬ma me¬me¬rintahkan sedekah, dan zikir maka di-implementasikan da¬lam Islam Nu¬santara dengan istilah tahlilan, begitu juga perintah aga¬ma untuk ber¬si¬la¬tu¬rahmi, saling memberi maaf satu sama lain dan da¬lam Islam Nusantara di ¬je¬wan¬tahkan dengan istilah mudik dan h¬a¬lalbihalal.
Demikian halnya perintah agama untuk memberikan nama ke¬pada anak dengan sebutan yang baik-baik. Ahmad, Abdul¬lah, nusan¬taranya jika di Suma¬tera Utara adalah Nasution, Hasi¬buan, Tambu¬nan, dan lainnya,“Inilah berbagai contoh sederhana tentang pema¬haman Islam Nusantara, jadi Islam Nusantara bukanlah agama baru, tetapi penguatan khasanah bu¬daya bangsa”, kata Ketua Pengu¬rus Be¬¬sar Nahdlatul Ulama (PBNU) Dr Mar¬sudi Syuhud, dalam Pelantikan Pe¬ngurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Sumatera Utara periode 2017-2022, di halaman Kam¬¬pus Universitas Nahdlatul Ulama Su¬¬matera Utara (UNUSU) Jalan HA Ab¬dul Ma¬naf Lubis, Gaperta Ujung, Medan.
Di tegaskan Marsudi Syuhud, Islam Nu¬santara adalah Islam ya¬ng meng¬har¬gai budaya, kare¬na budaya adalah fi¬trah, budaya la¬hir mela¬lui pikiran yang berlan¬das Alquran dan hadis maka jika bu¬daya sudah menjadi kultur wa¬lau¬pun tidak di perintah menjadi ke¬ha¬rusan yang harus dilaksanakan,“Dasar inilah para pendahulu bang¬sa membuat kultur budaya di nu¬san¬tara, bagi Nahdlatul Ulama me¬nyi¬kapi budaya seperti Rasu¬lullah me¬nyi¬kapinya”. Rasulullah, menurut Mar¬sudi, melestarikan budaya lang-sung diadopsi jika sudah sesuai de¬ngan syariat Islam, tapi ada kalanya di¬modifikasi jika sebahagian budaya be¬lum sesuai syariat, di contohkan aki¬kah sudah ada sebelum Islam da¬tang, namun ketika itu budaya ja¬hi¬liyah terhadap akikah itu me¬nyem¬belih domba, dan darah domba itu di¬oleskan di kepala sang bayi yang baru lahir kemudian ditabalkan namanya.
Rasulullah melihat budaya ini di¬lihat dan dimodifikasi dengan tetap me¬nyembelih kambing, tetapi meng¬oleskan darah kambing di¬ganti dengan mi¬nyak wangi. “Inilah yang ditiru Nah¬dlatul Ulama dalam menghi¬dup¬kan budaya-budaya di nusantara,” ujar Marsudi.
Di tegaskan, budaya yang ber¬ten¬tangan dengan Islam dimodi¬fi¬kasi. Zaman dahulu orang ingin menanam padi mengimp¬lemen¬tasi¬kan untuk me¬minta keselamatan dengan mem¬bawa tumpeng kecil dan jajan pasar diletakkan di pojok sawah. Dengan ha¬rapan ha¬¬sil panennya melimpah dan jauh dari serangan hama penyakit dan para wali mengetahui hal ini ke¬mu¬dian diluruskan dengan acara tum¬¬¬pe-ngan di rumah dibarengi dengan se¬de¬kah mengundang para te¬tangga ser¬ta membaca doa bersama dengan ha¬ra¬pan mendapat ba¬¬rakah dari Allah, jadi budaya yang belum sesuai syariat di¬mo¬di¬fi¬kasi.
“Inilah khasanah Islam di Nusan¬tara yang tidak ada di negara-ne¬¬ga¬ra Isl¬am lainnya. Begitu juga peringatan Maulid Nabi meru¬pa¬kan khasanah nusantara, yang merupakan kreativitas para ulama. Kha¬sanah-khasanah semacam inilah yang harus terus dijaga,” tegasnya.
Di sebutkan, Nahdlatul Ulama me¬nyayangkan media sosial yang mem¬prese¬ntasikan Islam Nusantara dengan berbagai pemikiran yang pada akhir¬nya membenturkan ukuwah is¬lami¬yah, di harapkan masyarakat lebih cer¬das dalam memahami persoalan de¬ngan ber¬lan¬daskan ilmu pengetahuan dan mencari tahu dari sumber yang be¬¬nar.
Kembali ditegaskan Marsudi, Is¬lam Nusantara mem¬punyai khasanah atau kebaikan-kebaikan tersendiri yang negara-negara lain tidak me¬mi¬li¬kinya. Maka Islam Nusantara akan tetap mem¬bawa kebaikan di tengah-te¬ngah umat,“Adat bersendi syarak, sya¬rak bersendi kitabullah, juga ba¬gian dari nusantara. Jadi kita ja¬ngan mau dipecah belah karena persoalan pe¬mahaman nu¬santara yang salah,” ujarnya.
Sebelumnya Ketua PWNU Sumut, Drs H Afifuddin Lubis me¬nyam¬pai¬kan, sebelum pelantikan ini pengurus wi¬layah sudah meng¬gelar Madrasah Kader NU, dan berbagai kerja sama untuk pe¬nguatan lembaga. Berharap NU ke depan memberi kontribusi be¬sar bagi bang¬sa dan pengurus dan lem¬baga-lembaga NU yang baru dilantik da¬¬pat bersinergi untuk membesarkan or¬ganisasi.
Ketua Panitia H Adlin Damanik me¬laporkan, rangkaian kegiatan pe¬lan¬tikan PWNU Sumut ini diisi de-ngan Musyawarah Kerja Wilayah (Mu¬¬kerwil) yang diikuti pengurus NU Su¬mut dan pimpinan cabang NU se¬luruh kabupaten dan kota, Banom, dan Lembaga se-Sumut dan dalam Mukerwil peserta mendapat pembekalan dari PBNU, Pangdam I Bukit Barisan, dan Kapolda Sumut.
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ula¬ma Sumut yang dilantik di an¬ta¬ranya, Ketua H Afiuddin Lubis, Sekretaris H Mu¬hammad Hatta Sire¬gar, Sekretaris Ir Baharuddin Berutu, dan para wakil-wakil serta lem¬baga-lembaga, pada acara itu juga di lakukan peletakan batu pertama pem¬¬ba¬ngu¬nan kampus serta masjid UNUSU
(Alexander, Kabiro Medan)