Pemerhati Aceh: Perlu Upaya Internalisasi Nilai-nilai Keadaban dan Humanisme di Aceh

Minggu, 22 Juli 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Detikkasus.com | LANGSA – Kasus pembunuhan siswa SMA Negeri 2 Langsa oleh seorang pelajar SMK Aceh Tamiang baru-baru ini membuat Wilson Lalengke, pencinta dan pemerhati Aceh, merasa amat prihatin, galau dan sedih. Hal tersebut diungkapkannya kepada redaksi media ini sebagai respon atas kasus pembunuhan yang dilakukan oleh anak di bawah umur itu, Jumat, 20 Juli 2018.

“Saya sangat sedih mendengar kejadian pembunuhan tersebut, seorang siswa dibunuh oleh siswa lainnya yang sudah direncanakan pelakunya, saya ikut berduka cita atas kematian korban, innailaihi wa innailaihi rojiun… Semoga khusnul khotimah, keluarga korban kiranya tabah dan sabar menghadapi cobaan ini,” ujar lulusan PPRA-48 Lemhannas RI tahun 2012 itu melalui pesan WhatsApp messenger-nya.

Peristiwa tragis tersebut, lanjut Ketua Umum PPWI (Persatuan Pewarta Warga Indonesia) Nasional ini, merupakan cerminan adanya kondisi darurat nilai di masyarakat Aceh. “Bagi saya, kejadian itu mencerminkan keadaan darurat nilai yang sangat serius di wilayah Aceh lon sayang (red – Aceh kusayang),” imbuh Wilson, lelaki kelahiran Morowali Utara, Sulteng ini.

Baca Juga:  Pimpinan CV Putra Phoenna Temui Wartawan, Lakukan Klarifikasi Terkait Pemberitaan Media Online

Dirinya mengaku sangat galau melihat fenomena seseorang yang masih anak-anak sudah berpikir dan merencanakan pembunuhan terhadap orang lain. Sungguh ironis lagi karena terjadi di wilayah Aceh yang menerapkan Syariat Islam sebagai aturan hukum positif dalam mengatur kehidupan bermasyarakatnya.

“Hal ini sangat menghawatirkan, usia anak-anak sudah melakukan tindakan pidana berat, melakukan pembunuhan berencana terhadap orang lain, di wilayah yang menggunakan sistem nilai syariah yang terkenal amat keras sanksinya (hukum kisas) bagi pelakunya,” jelas lulusan pascasarjana bidang Global Ethics dari Birmingham University, Inggris ini.

Wilson Lalengke yang sempat menjadi guru mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila selama 17 tahun di beberapa sekolah negeri dan swasta di Riau mengatakan bahwa amat mengerikan membayangkan kondisi masyarakat Aceh di generasi berikutnya. Kasus pembunuhan di Aceh hampir tiap hari terjadi, merata di semua daerah kabupaten dan kota di sana. “Saya merasa ngeri membayangkan kondisi masyarakat Aceh pada generasi berikutnya, generasi dengan kecenderungan memilih saling membunuh sebagai jalan keluar dari masalah yang dihadapi. Harus ada upaya sangat serius untuk mengantisipasi keadaan lebih buruk di masa mendatang,” katanya.

Baca Juga:  Diduga Pihak Rekanan Terkesan Kebal Hukum, Diinformasikan serta Dipertanyakan Bungkam 

Aceh dikenal sebagai Serambi Mekkah dan hanya di sini Syariat Islam diterapkan. Masyarakat Aceh dibangun dengan nuansa Islami sejak dahulu kala. “Patut disayangkan jika kejadian pembunuhan demi pembunuhan, dengan beragam motif dan cara, beberapa waktu ini dianggap hal biasa. Saya kira perlu dilakukan penelitian khusus terkait fenomena tersebut yaa. Selanjutnya, harus diusahakan semacam program internalisasi nilai-nilai keadaban dan humanisme berbarengan dengan nilai-nilai Islam yang Rahmatan Lil Alamin,” ujar Wilson Lalengke yang merupakan salah satu pendiri SMA Plus Provinsi Riau 20 tahun silam di Pekanbaru itu.

Baca Juga:  Bhabinkamtibmas Desa Bontihing bersama Pecalang Melaksanakan Pengamanan Upacara Pecaruan di Pura Desa Bontihing

Kondisi ini, tambahnya, sangat memperhatinkan kita semua. Lembaga pendidikan tidak boleh tinggal diam, harus berupaya mencari solusi lewat kegiatan riset secara komprehensif, melibatkan berbagai disiplin ilmu, untuk menelaah dari semua sisi kehidupan kemasyarakatan dalam rangka mengatasi persoalan generasi Aceh.

“Perlu dilakukan penelitian komprehensif terkait fenomena ini. Saya amat sedih mencermati kondisi masyarakat Aceh lon sayang saat ini, dan ngeri membayangkan situasi di generasi berikutnya,” tutup Wilson yang kerap berkunjung ke Aceh dalam rangka melakukan kegiatan diklat jurnalistik bagi berbagai kalangan di Provinsi Aceh.

Sebagaimana diketahui, kasus pembunuhan yang dilakukan pelajar SMK Aceh Tamiang baru-baru ini tehadap siswa SMA Negeri 2 Langsa, yang diduga hanya gara-gara korban sering terlihat berbicara dengan pacar sang siswa terduga pembunuh, menjadi perhatian khusus, terutama oleh dunia pendidikan di Aceh. [Red]

Berita Terkait

Elektabilitas Paslon FAOITA No. Urut 4 Sangat Membanggakan, Ucap Satgas DPP Partai Demokrat Saat Monitoring
Sambut Hari Jadi Humas Polri Ke-73, Polres Bojonegoro Gelar Donor Darah
Pemkab Bojonegoro Gelar Upacara Hari Sumpah Pemuda ke- 96 Tahun
Pemkab Bojonegoro Akan Gelar MTQ 2024, Simak Waktu dan Cara Pendaftarannya
Empat Tim Melaju ke Semifinal Turnamen Futsal Peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke- 347 dan HUT ke- 79 TNI
Tim Relawan Wannur Pos Kota Bagi – Bagi Kaos Dan Siap Menangkan Wahono – Nurul
Diduga Status Produksinya Pabrik Rokok Bermerek Selera 165, Di Pertanyakan Izin Cukai Yang Kini Telah Digunakan.
Waka Polda Aceh Hadiri Rapat Secara Virtual Terkait Rekrutmen Bakom-Sus Dukung Program Ketahanan Pangan
Tag :

Berita Terkait

Kamis, 31 Oktober 2024 - 23:35 WIB

Elektabilitas Paslon FAOITA No. Urut 4 Sangat Membanggakan, Ucap Satgas DPP Partai Demokrat Saat Monitoring

Kamis, 31 Oktober 2024 - 23:17 WIB

Sambut Hari Jadi Humas Polri Ke-73, Polres Bojonegoro Gelar Donor Darah

Kamis, 31 Oktober 2024 - 23:16 WIB

Pemkab Bojonegoro Gelar Upacara Hari Sumpah Pemuda ke- 96 Tahun

Kamis, 31 Oktober 2024 - 23:15 WIB

Pemkab Bojonegoro Akan Gelar MTQ 2024, Simak Waktu dan Cara Pendaftarannya

Kamis, 31 Oktober 2024 - 23:11 WIB

Empat Tim Melaju ke Semifinal Turnamen Futsal Peringatan Hari Jadi Bojonegoro (HJB) ke- 347 dan HUT ke- 79 TNI

Berita Terbaru

Uncategorized

Pemkab Bojonegoro Gelar Upacara Hari Sumpah Pemuda ke- 96 Tahun

Kamis, 31 Okt 2024 - 23:16 WIB