Detikkasus.com | Politik adalah sebuah adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara konstitusional maupun nonkonstitusional. Namun masih saja Banyak orang yang memahami kalau politik itu kotor, politik itu jelek, politik itu gak baik. Sangat disayangkan dengan pemahaman yang demikian terhadap arti politik atau pengertian tentang politik. Padahal politik itu tidak seperti yang di bayangkan, politik menjadi kotor, jelek dan tidak baik itu ketika ada segelintir orang yang bisa kita sebut merupakan oknum yang menggunakan politik hanya untuk kepentingan pribadi dan kepentingan sebuah kelompok, itulah yang terjadi jika seseorang tidak mengetahui dan mau mencari tahu apakah sebenarnya tujuan dan manfaat berpolitik dalam kehidupan bernegara.
Milenial, itulah sebutan yang melekat pada kami yang merupakan sebuah label generasi yang memiliki makna sebgai generasi yang memiliki andil besar dalam kehidupan di dunia ini. Generasi ini sekarang akrab di sebut dengan “Kids Zaman Now” oleh kalangan Masyarakat Indonesia. Generasi milenial ini memiliki tugas dan beban yang berat untuk kedepannya dalam kehidupan, banyak aspek yang harus di kuasai generasi milenial. Berbagai survei menunjukan bahwa kaum milenial akan menjadi penentu dalam pemilu tahun depan. Tak tanggung-tanggung, menurut berbagai survei, jumlah suara kelompok milenial mencapai 40% dari keseluruhan pemilih. Maka tidak heran jika kemudian banyak politisi menggarap serius suara dari kelompok ini. Milenial sendiri mengacu pada kategorisasi yang berbeda-beda. Misalnya, dari segi usia dan tahun kelahirannya. Keterhubungan ini membuat generasi milenial menjadi lebih canggih dan modern, baik dalam segi fisik maupun dari segi nilai dan pemikiran. Selain kemajuan teknologi, meluasnya demokrasi dan mulai runtuhnya komunisme membuat perbedaan besar antara milenial dengan generasi sebelumnya. Demokrasi berarti masyarakat makin mempunyai nilai keterbukaan dan kesetaraan. Ini berbeda dengan generasi Old yang hidup pada era perubahan, di mana terjadi lonjakan pemikiran kritis. Era yang demokratis mungkin merupakan kelanjutan dari periode kritis. Namun pada saat yang sama juga menimbulkan adanya suatu independensi yang lebih individualistis, di mana milenial mempunyai nilai kemandirian dan keunikan tersendiri.
Konsep milenial juga sebenarnya merupakan bagian dari upaya pakar-pakar marketing untuk menemukan metode yang lebih baik dalam melahairkan desain produksi maupun penjualan. Maka, tidak heran jika kemudian nuansa marketing-nya menjadi sangat terasa. Karena nuansanya adalah nuansa marketing, bisa dipastikan bahwa milenial yang kita maksud dalam berbagai pembicaraan lebih mengacu pada suatu objek yang akan menjadi sasaran bagi penjualan, propaganda, dan atau kampanye. Dengan tanpa sadar kita menempatkan milenial sebagai objek, dan itulah yang terlihat dari berbagai kajian tentang milenial di dunia politik, termasuk survei-survei oleh berbagai lembaga. Padahal, sejatinya, milenial untuk era saat ini bukan hanya sebagai objek politik tetapi juga sebagai subjek. Sekali lagi, jika mengacu pada kategorisasi usia dan tahun kelahiran, milenial sudah banyak yang menjadi anggota parlemen atau bahkan kepala daerah. Ini artinya sebenarnya milenial telah lama menjadi pelaku utama dari politik nasional. Namun, sampai saat ini juga belum ada nuansa khusus yang dibawa oleh politisi generasi milenial. Mungkin nuansa khususnya terletak pada upaya-upaya marketing politik, tetapi pada aspek politik kebijakan masih kurang. Milenial yang sering mengkritik generasi sebelumnya sebagai generasi yang cerewet, korup dan tak efektif, ternyata belum mampu mewarnai Politik Indonesia dengan nuansa yang baru. Ini bisa dimaklumi karena memang secara relasi kekuasaan, generasi milenial belum menguasai politik Indonesia. Partai-partai politik kita masih sangat dikuasai oleh politisi senior. Bukan hanya senior dari aspek fisik, tetapi juga senior dari aspek pemikiran.
Bagaimana dengan milenial Indonesia ? Tampaknya, kita memang harus menempuh jalur yang lain untuk mewarnai politik dan pemerintahan. Generasi yang lebih senior di Indonesia masih terlalu kuat. Namun desakan dari generasi muda juga semakin diperhitungkan. Mudah-mudahan terjadi alih generasi yang baik di Indonesia. Bagi pemilih milenial, tentu ini saat yang baik untuk ikut mendorong alih generasi itu. Menghadapi politik di negara ini, milenial seharusnya mulai menyeleksi siapa yang akan mereka pilih. Idealnya, mereka bisa memilih wakil yang juga milenial, bukan hanya dari sisi fisik tetapi juga pemikirannya.