Bojonegoro l Detikkasus.com – Paguyuban Peternak Rakyat Bojonegoro (PPRB) ‘ngadu’ (mendatangi_red) Komisi B DPRD Kabupaten Bojonegoro pada Rabu (10/11) pagi, guna menyampaikan keluhan terkait problematika peternak ayam ras telur.
Saat ‘hearing’ dihadapan Komisi B yang juga dihadiri Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Kadisnakkan) serta Kepala Dinas Sosial (Kadinsos), Didik Prioman Ketua PPRB mengatakan, Peternak lokal di Bojonegoro saat ini merugi karena harus bersaing ketat dengan perusahaan peternakan.
“Peternak telur di Bojonegoro menjerit, merugi, bahkan hampir gulung tikar,” katanya.
Dikesempatan yang sama, Isbandi Sekretaris Paguyuban Peternak Rakyat Bojonegoro menegaskan, ada 3 poin penting yang diharapakan para peternak lokal di Bojonegoro.
“Kami memohon kepada Dinas terkait untuk mengupayakan stabilnya harga telur lokal, peternak dimudahkan mendapat jagung dengan harga terjangkau, serta terserapnya telur lokal sebagai bantuan pangan non tunai,” paparnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Bojonegoro, Catur Rahayu mengatakan, pihaknya sangat men’support’ para peternak untuk tetap berusaha.
“Mungkin ini karena pandemi Covid-19, sehingga penyerapan ayam petelur kurang atau over supply. Mestinya, pakan naik harga telur juga naik, namun ini malah kebalikannya karena itu tadi, permintaan domainnya yang kurang. Alhamdulillah, saat ini harga telur sudah naik lagi sekitar Rp.22.500,-,” katanya.
Catur juga berharap, BPNT/BPNTD supaya bisa menyerap telur peternak lokal.
“Mungkin kekurangannya nanti bisa diarahkan membeli dari luar kota,” harapnya.
Terkait penyerapan telur lokal untuk pengadaan BPNT maupun BPNTD, Kepala Dinas Sosial, Arwan menjelaskan, “Tentang mekanisme pengadaan barang, Dinas Sosial dilarang mengarahkan agen,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro, Sally Atyasasmi menanggapi persoalan yang dirasakan para peternak lokal di Bojonegoro. Menurutnya, persoalan ini kompleks tidak hanya menyangkut penjualan, sehingga solusi ini harus komperhensif.
“Artinya harga pakan terjangkau, kebutuhan dasar peternak tersedia tanpa bergantung dengan Program Pemerintah,” terangnya.
Sally juga mendorong dinas-dinas terkait untuk mencari solusi terbaik baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
“Kita harus mengerjakan dan menyelesaikan dari hulu sampai hilirnya,” pungkasnya. (Imam)