“Ojo Mati sakdurunge Nglakoni Urip sajroning pati”

Penyusun : Supriyanto /Ilyas Ketua Umum (Pendiri) Pondok Pesantren Raja Muhammad Hafidz Yayasan Generasi Muda Indonesia Cerdas Demokrasi (Gemindo) Nomor AHU : 00111013.AH.01.04 Tahun 2020.

Detikkasus.com | Mati sajroning urip, Urip sajroning pati adalah salah satu ajaran dalam filsafat Jawa. Ungkapan ini dalam bahasa Indonesia bermakna mati dalam hidup, hidup dalam mati. Ajaran ini mengajak manusia untuk mengesampingkan kenikmatan duniawi dan hawa nafsu dan mengutamakan kepentingan yang bersifat rohani atau jiwa. Kenikmatan duniawi di sini termasuk makanan dan minuman, tidur, kesenangan, kepentingan diri, kepemilikan, atau perbuatan yang merugikan orang lain.

Nah’ Hal-hal tersebut adalah ego yang harus dimatikan agar dapat mencapai kebahagiaan dan ketentraman sejati.

Didalam pandangan Islam, Muslim dapat menafsirkan mati sajroning urip sebagai upaya untuk mendapatkan kehidupan yang bahagia di akhirat kelak.

Baca Juga:  “Pemeriksaan Siklus Investasi”

Seseorang harus senantiasa mengingat kematian, bahwa dirinya suatu saat nanti akan mati. Seseorang juga harus mengorbankan kesenangan duniawinya untuk beramal saleh agar mendapatkan pahala yang akan mengantar orang tersebut mendapatkan ganjaran surga.

Kematian adalah sebuah jembatan yang menghubungkan dua kehidupan, yaitu kehidupan dunia dan akhirat. Dunia adalah tempat kita menanam bekal menuju kehidupan yang kekal nan abadi, apa yang akan kita panen di akhirat merupakan hasil dari apa yang kita tanam di dunia.

Dalam sebuah firman-Nya, Allah subhanahu wata’ala menegaskan: “Barang siapa yang mengharapkan bertemu Tuhannya maka hendaklah melakukan amal shalih dan janganlah menyekutukan ibadah terhadap Tuhannya dengan suatu apapun.” (QS al-Kahfi: 110).

Kematian adalah ketetapan bagi setiap makhluk-Nya yang memiliki ruh, sekalipun makhluk yang paling mulia yaitu para nabi dan rasul, Mereka pun menemui ajal yang telah Allah l tentukan. Allah memberitakan kepastian itu dalam firman-Nya:

Baca Juga:  Mahasiswa PMM UMM Membuat Handsanitizer Bersama Ibu-Ibu Dusun Junggo

Kematian merupakan sebuah kepastian, namun Tiada yang Mengetahui masalah Ghaib Kematian ini kecuali Sang pemilik Jiwa, Tiada Manusiapun yang pernah tahu kapan dan bagaimana dia akan berpulang keharibaanNya.

“Di manapun kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu berada di dalam benteng yang tinggi dan kukuh. Jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan, Ini dari sisi Allah, dan jika mereka ditimpa suatu keburukan mereka mengatakan, Ini dari engkau (Muhammad). Katakanlah, Semuanya (datang) dari sisi Allah. Maka mengapa orang-orang itu (orang-orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (sedikit pun)?”(QS. An-Nisa’ 4: Ayat 78)

Kematian pasti datang, walaupun bersembunyi dalam benteng yang tinggi dan kukuh.

Baca Juga:  Apa Keuntungan Menerapkan Mudharabah dalam Perbankan Syariah di Indonesia?

Supriyanto/ ilyas Pendiri Pondok Pesantren Raja Muhammad Hafidz Yayasan Generasi Muda Indonesia Cerdas Demokrasi (Gemindo) : Ojo Mati Mati disek Nek Ruh mu belum ketemu tuhan (Allah SWT). Meski kita berada di Zona Innalilahi, harapnya kita beriman di Zona Wainnailaihi Rojiun netepi iman kepada Allah SWT, melakukan perbuatan yang di perintahkan oleh Allah’ termasuk Berzdikir supaya Ruh dapat bertemu Allah SWT.

Innalillahi Wainnailaihi Rojiun
Artinya: “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali. Dan sesungguhnya kepada Tuhan kamilah kami kembali. Ya Allah, tuliskanlah ia di sisi-Mu termasuk golongan orang-orang yang baik. Jadikanlah catatannya di ‘illiyyin.

Artina Zona Innalillahi adalah Alam semesta beserta seluruh isinya merupakan Ciptaan Allah, dan Wainnailaihi Rojiun, sesungguhnya kepada Allah seluruh ciptaannya akan kembali..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *