Negeri Tak Bermoral Oleh : Arifudin

Detikmasus.com | Bagaimana bisa berkemajuan jika suatu negeri semakin krisis moralitasnya. Apa yang mau di “banggakan”, negara indonesia sejak orde baru “orba” sampai era reformasi masa kini. Terus mengalami pelbagaimacam “insiden”, mulai dari kasus pembunuhan, seksualitas, perjudiha, korupsi serta diskriminalisasi suatu kutub politik.

Negara menjadi “sawah” untuk bertumbuhnya orang-orang tidak bermoral. “Suasana semakin panas persia seperti nyalakan, api yang membakar bangunan-bangunan kokoh, megah di seluruh negeri”. Ditengah hiruk-pikuk gelombang bencana yang melanda masyarakat Palu sulawesi tengah. Di situ muncul para premanisme yang mengkroyok seorang aktivis yang mencintai “NKRI” atas nama Ratna sarumpaet Kasus-kasus terus berkelanjutan di “negeri aneh”. Semacam “singga” yang mau memangsa “hewat buas” itu sesuka hatinya; begitu kondisi kebangsaan masa kini.

Pergolakan negeri semakin mencapai titik keruntuhan negara. Kita yang sadar atau yang mau disadarkan harus disadarkan terlebih dahulu. Supaya negeri yang indah, cantik bisa berdiri diatas nilai-nilai moralitas, bukan malah menjauh. Kita bukan anak kecil yang terus di urus. Bangsa ini sangat besar, bahkan menurut hasil penelitian negara indonesia menduduki peringkat ke tiga terbesar disisi sumber daya alam “SDA” dan sumber daya manusianya “SDM”. Entah-lah.

Baca Juga:  Kades Cimahi Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Digua Korupsi Dana Desa Tahun 2015/ 2016.

Apa mungkin kita terus-terus membuat kebenaran yang tak bermoral dinegara kita. Suatu ketika kemungkinan bangsa, secepatnya menyadarkan dirinya. Kalau tidak. Maka kita menunggu ajab yang menimbah bangsa, dengan gelombang yang sangat besar.

Korupsi itu menular pada Mereka yang “tak bermoral”. Kalau kita mengerucut pada divinisi “moralitas maka dasarnya sesuatu hal utama yang harus di dapatkan oleh setiap anak, sebagai bekal masa depan yang gemilang”.

Ada pendapat yang mengatakan pendidikan tidak menentukan seorang akan hidup dalam kesenjangan atau tidaknya, namun pendidikan hanya lebih kepada pembangunan karakter dan moral, ketika setiap anak bangsa Indonesia telah memiliki karakter yang kuat dan moral tinggi di seimbangi juga dengan skill “apapun skill tersebut selama positif” dijamin tidak bakalan ada yang namanya, korupsi, perjudian, seks bebas, korupsi.

Baca Juga:  Anggaran Pengibaran Bendera Berkurang

Sehingga nantinya negara bisa menjadi negara makmur kerena setiap orang telah memiliki pekerjaan yang jelas.

Percaya atau tidak yang jelas “moralitas” begitu amat sangat menentukan cerita masa depan suatu bangsa. Kedepannya bangsa harus bisa mengedepankan “moral” tanpa moral negeri tidak akan “kokoh”, belum ‘lagi” fenomena pejabat menjadi tersangka koruptor di Indonesia sejak beberapa bulan belakangan begitu amat sangat mencengangkan.

Apakah para koruptor, lupa dengan perjuangan para pahlawan Indonesia masa lalu dalam memperjuangkan negeri ini sehingga begitu mudahnya melakukan hal yang memaluka demikian, “ataukah” mereka telah terlena oleh jabatan sehingga memegang prinsip-prinsip yang “amoral” ekspetasi penulis “lakukan apapun saat engkau memiliki jabatan karena suatu saat jabatan akan tinggalkan engkau” sehingga menghalalkan korupsi hanya untuk kesenangan semata?

Baca Juga:  Babinsa 0816/13 Wonoayu Laksanakan Komsos Di Kantor Kepala Desa Karangpuri

Negara makin kacau balau, didalamnya manusia melakukan hal yang ‘serakah” demi kemauan “hawa nafsunya”. Mari membangun negeri yang gagah, tangguh, dan bermoral. Karena itu akan menentukan kemajuan negeri. Jangan kau merusak nilai-nilai perjuangan para pahlawan demi sikap kesenangan, keserakahanmu semata.

Mari satukan gagasan, pikiran yang sehat, demi negeri tercita. Kalau bukan kita, siapa lagi. Hal tersebut bukan tidak mungkin ketika semua pihak mau berupaya bekerja keras untuk menyukseskan cita-cita bangsa, tetap berantas koruptor, kekerasa, seksual, perjuan hari ini, jangan sisakan satupun, karena ini mungkin akan fatal akibatnya ketika akar-akar “amoral” masih menjalar, maka kita harus terberjaga-jaga jangan sampai akar tersebut sampai ke generasi muda sehingga mereka generasi muda mengikuti bahkan menjadikan ini sebagai tradisi di kemudian hari, yang jelas adalah moralitas dan karakter untuk menjauhi “kebiadaban” harus terur di tanamkan. Aamiin***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *