Detikkasus.com | JAKARTA, Pernyataan terdakwa kasus terorisme Bom Thamrin, Aman Abdurrahman, saat membacakan pledoi dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjadi viral.
Pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) itu menyebut hanya orang sakit jiwa dan tidak paham tuntunan jihad yang melakukan serangan bom di Surabaya.
Menanggapi hal tersebut, Bakir Ihsan pengamat politik UIN Jakarta menilai penyataan Aman itu bukanlah suatu bentuk rekayasa atau taktik untuk mendapat hukuman ringan. Sebaliknya, Aman menunjukkan konsistensi ideologisnya yang menentang penyerangan brutal melibatkan anak-anak.
“Itu (pleidoi) semacam petunjuk atau perintah bagi kelompok pro ISIS untuk menghentikan serangan teror. Bahwa mereka salah memahami jihad selama ini,” katanya kepada wartawan, Minggu (27/5).
Menurut Bakir, banyak pengikut ISIS di Indonesia yang menjadi pengikut ajaran Aman setelah membaca tulisan-tulisannya. Bahkan sebagian mengatakan Aman tidak bertemu langsung dengan pengikutnya yang melakukan aksi teror.
“Mereka terpengaruh dari tulisan, tapi semua itu jadi mentah sekarang sehingga mereka ini harusnya insaf,” tegasnya.
Ia mengatakan, ada beberapa kejadian terkait serangan bom terhadap gereja yang terindikasi dipengaruhi oleh ajaran Aman Abdurrahman. Salah satunya, serangan terhadap gereja di Samarinda dan terakhir serangan gereja di Surabaya.
“Tapi pleidoi itu jadi himbauan terbuka agar pengikut Aman ini jangan lakukan seperti itu lagi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia berharap pasca dibacakannya pledoi tersebut para pengikut ISIS di Indonesia betul-betul mengindahkan ajaran pimpinannya. Meskipun di dalam tubuh kelompok pengikut ISIS terdapat friksi, setidaknya, pleidoi Aman mampu meredam aksi terorisme, terutama yang selama ini terpanggil berjihad melalui rekaman kajian dan tulisan Aman.
“Tapi jangan juga hanya terpusat pada kelompok aman. Harus antisipasi juga kelompok lain,” pungkasnya.
Sebelumnya, dalam tulisan pledoi yang tersebar dan dibacakan, Aman Abdurrahman menyatakan serangan bom terhadap orang kafir, seperti tempat ibadah umat Nasrani, yang tidak mengganggu umat Muslim apalagi dengan melibatkan anak-anak jelas melanggar ajaran Islam.
“Rasul kami mengajarkan bahwa umat Islam yang hidup di negara kafir semacam ini yang berdampingan dengan penduduk yang berlainan agama yang tidak mengganggu atau memerangi kaum Muslimin agar tidak mengganggu umat agama lain itu baik jiwa maupun hartanya,” tulis Aman.
Demikian hal tersebut, Koordinator Gerakan Nasional Rakyat Cinta NKRI (GERNAS RCN) Hendrik Yance Udam menyampaikan di Kantornya di jalan Bambu Apus Jakarta Timur, Minggu (27/05/2018) sangat prihatin terhadap suasana kebangsaan yang diwarnai aksi terorisme, kekerasan fisik dan psikologi serta upaya memecah belah berdasarkan politik identitas. GERNAS RCN tidak akan membiarkan sejarah panjang kebangsaan Indonesia dalam memperjuangkan kerukunan, kebersamaan dan persatuan dicederai oleh sejumlah pihak tertentu untuk menjauhkan dan bahkan mengganti dasar negara Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika,” kata Hendrik. Dimana Keduanya merupakan ruh dan alat pemersatu bangsa Indonesia.
Teror dan kekerasan mencabik-cabik komitmen Indonesia menjamin hak hidup, kesejahteraan warga dan perlindungan hukum semua orang yang berada di dalam kawasannya. “Teror dan kekerasan mencabut derajat kita sebagai bangsa yang beradab, berbudi luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan universal yang didasarkan atas nilai agama dan pancasila,” ujar Hendrik. Untuk itu, Gerakan Nasional Rakyat Cinta NKRI menyatakan komitmen setinggi-tingginya menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika, sebagai kesatuan Bangsa Indonesia.
Disatu sisi, Sekjen GERNAS RCN D.Manurung juga menegaskan, akan berkomitmen bergandengan tangan dengan segenap komponen bangsa guna menggelorakan kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan melalui upaya kongkret dan inklusif. Diseluruh Wilayah Indonesia, GERNAS RCN juga akan perhatikan agar paham radikal tak tumbuh subur, ujar Manurung.
“Menentang keras segala bentuk radikalisme dan terorisme, termasuk ujaran kebencian,” kata Manurung. Dia juga mengapresiasi Polri yang cepat mengatasi kerusuhan dan mendukung Polri dan semua aparat penegak hukum sepenuhnya mengusut tuntas terorisme di Mako Brimob dan Surabaya pada khususnya dan Indonesia pada umumnya,” ujarnya.
(M.EXN)