Detikkasus.com | Tanggamus-Lampung
Kaurgading -mengenai rsepsi pernikahan royah binti Rohmudin pada malam jumat hari kamis, 7,agustus,2020 tempat kediaman di rumah bapak rohmudin di desa pekon kaurgading, kecamatan pematang sawa, kabupaten tanggamus,7,agustus,2020.
Dalam budaya Lampung Saibatin, Pada acara pernikahan,di pimpin oleh bapak penghulu kaurgading (zaidi)selaku Penghulu pekonkaurgading,pungkasnya.
Pekon kaurgading -adat sai batin,Kegiatan tersebut yaitu mengisi waktu sembari muli-meghanai dari pihak baya peralatan yang akan digunakan dalam resepsi esok hari.
Sore hari digunakan orang-orang tua untuk menggelar dziker, setelah mereka selesai dan muli-meghanai baya juga selesai membereskan peralatan, barulah dimulai acara nyambai.
Acara dimulai dengan pembukaan oleh “kepala” meghanai di pekon stempat nayuh digelar, kemudian diluncurkan dengan penampilan tari dan pantun penyambutan dari pihak baya.
“Robikum ya robikum, robikum sholiala 2x, Assalamualaikum, assalamualaikum Mula kata ku sapa”.
(Artinya: Robikum ya robikum, robikum sholiala. Assalamu’alaikum, awal mula kata dari kami untuk memberi salam)
Biasanya pantun seperti itu didendangkan kelompok mekhanai atau muli baya menyapa para tamu-hakim dalam nyambai.
Hal itu menjadi bentuk penerimaan dan terima kasih mereka atas integrasi para kelompok muli-mekhanai dari pihak baya atau juga kampung sekitar.
Kelompok itu terus menari dan berpantun yang biasanya berisi tentang terima kasih sampai pada permintaan maaf jika dalam penyambutan tidak berkenan.
Selain itu mereka mengajak para tamu bersuka ria dalam acara itu, jangan sampai ada keributan.
Sembari kelompok itu terus berpantun, panitia lainnya mulai bersosialisasi sebagai alat saling sapa antar peserta yang hadir.
Atau juga perkenalan dan hasrat ingin lebih dekat dengan, biasanya surat dengan jari-jari meghanai.
Untuk pengantar surat itu, panitia menunjuk vendor kurir yang mengambil antar surat. Umpan pantun demi pantun dari kelompok baya terus dikumandangkan, sembari diiringi tabuh terbang.
Setelah berakhir sajian tari dan pantun dari kelompok itu, disusul kelompok kori. Biasa pantun berisi terima kasih telah menyambut.
“Buah ni jambu batu, dibatok di lom talam Buah ni jambu batu, dibatok di lom talam Sambutanni ti halu, sambutanni ti halu manjak kon hati sikam”.
(Artinya: Buahnya jambu batu, ditaruh di dalam nampan. Sambutannya yang berkeinginan hati)
Setelah selesai kelompok baya, barulah kelompok-kelompok muli-mekhanai undangan dari kampung-kampung mengharuskan akan nengah dan menari di tengah lingkaran.
Secara bergiliran kelompok-kelompok itu terus bersahutan nengah. Untuk yang kelompok mekhanai juga biasanya disisipkan pantun yang bunyinya merayu seorang muli yang berada di lingkar arena itu. Seperti pantun:
“Adik sai kawai handak, injuk Evi Tamala Adik sai kawai handak, injuk Evi Tamala Negliak mu nyak panjak, ngeliak mu nyak panjak Api lagi kik cawa”.
(Artinya: Adiknya baju putih, seperti artis Evi Tamala. dia bicara)
“Bismilah cakak buah, Alhamdu cakak jambu. Bismilah cakak buah, Alhamdu cakak jambu.Lapah kham kawin kidah 2x. Cakak lamban penghulu”.
( Artinya : Bismillah naik pohon pinang, alahamdu naik pohon jambu. Mari kita segera menikah, datang ke rumah penghulu)
Dengan Keberadaan pantun ini, pihak muli langsung saja menyahutinya. Bisa dengan jawaban terima kasih, dapat juga dengan jawaban “nakal” berupa penolakan.
“Kik abang ngusung talam, nyak nyambut anjak kudan 2x. Kilu mahap jak sikam 2x. Adu nerima khasan”.
(Artinya : Kalau abang membawa nampan, saya sambut dari belakang. Mohon maaf dari kami, telah menerima lamaran)
Demikian terus sambut pantun antar kelompok peserta, sampai seluruh perwakilan kelompok dapat nengah semua. Dan sampai akhir acara, biasanya panitia menghidangkan makan malam untuk disantap bersama seluruh peserta.
Ini menjadi pertanda budaya, memang sangat berarti untuk mengangkat martabat manusia dan kelompoknya.
Agar tidak saling terpicu keributan, dilakukan sindiran-sindiran dengan pantun. Juga dibuatkan acara pertemuan bujang gadis secara beramai-ramai, tidak boleh fitnah terhadap mereka.
Namun, kegiatan ini semakin lama terus terkikis dengan modernisasi dunia dan terserapnya budaya asing. Siapa yang mampu mempertahankan budaya bangsa
Muli mekhanai pekon kaurgading Berkumpulan di gedung adat pangeran marga pekon Kaurgading, muli mekhanai pekon kaurgading harapannya semoga adat budaya ini di lengkapi dengan peralatan sebagai mana adat budaya pesisir.pungkasnya)
Healry Kgd. /yulinda. kelompok kori. Biasa pantun berisi terima kasih telah menyambut.
“Buah ni jambu batu, dibatok di lom talam Buah ni jambu batu, dibatok di lom talam Sambutanni ti halu, sambutanni ti halu manjak kon hati sikam”.
(Artinya: Buahnya jambu batu, ditaruh di dalam nampan. Sambutannya yang berkeinginan hati)
Setelah selesai kelompok baya, barulah kelompok-kelompok muli-mekhanai undangan dari kampung-kampung mengharuskan akan nengah dan menari di tengah lingkaran.
Secara bergiliran kelompok-kelompok itu terus bersahutan nengah. Untuk yang kelompok mekhanai juga biasanya disisipkan pantun yang bunyinya merayu seorang muli yang berada di lingkar arena itu. Seperti pantun:
“Adik sai kawai handak, injuk Evi Tamala Adik sai kawai handak, injuk Evi Tamala Negliak mu nyak panjak, ngeliak mu nyak panjak Api lagi kik cawa”.
(Artinya: Adiknya baju putih, seperti artis Evi Tamala. dia bicara)
“Bismilah cakak buah, Alhamdu cakak jambu. Bismilah cakak buah, Alhamdu cakak jambu.Lapah kham kawin kidah 2x. Cakak lamban penghulu”.
( Artinya : Bismillah naik pohon pinang, alahamdu naik pohon jambu. Mari kita segera menikah, datang ke rumah penghulu)
Dengan Keberadaan pantun ini, pihak muli langsung saja menyahutinya. Bisa dengan jawaban terima kasih, dapat juga dengan jawaban “nakal” berupa penolakan.
“Kik abang ngusung talam, nyak nyambut anjak kudan 2x. Kilu mahap jak sikam 2x. Adu nerima khasan”.
(Artinya : Kalau abang membawa nampan, saya sambut dari belakang. Mohon maaf dari kami, telah menerima lamaran)
Demikian terus sambut pantun antar kelompok peserta, sampai seluruh perwakilan kelompok dapat nengah semua. Dan sampai akhir acara, biasanya panitia menghidangkan makan malam untuk disantap bersama seluruh peserta.
Ini menjadi pertanda budaya, memang sangat berarti untuk mengangkat martabat manusia dan kelompoknya.
Agar tidak saling terpicu keributan, dilakukan sindiran-sindiran dengan pantun. Juga dibuatkan acara pertemuan bujang gadis secara beramai-ramai, tidak boleh fitnah terhadap mereka.
Namun, kegiatan ini semakin lama terus terkikis dengan modernisasi dunia dan terserapnya budaya asing. Siapa yang mampu mempertahankan budaya bangsa
Muli mekhanai pekon kaurgading Berkumpulan di gedung adat pangeran marga pekon Kaurgading, muli mekhanai pekon kaurgading harapannya semoga adat budaya ini di lengkapi dengan peralatan sebagai mana adat budaya pesisir.pungkasnya)
Nayuh merupakan adat kebiasaan masyarakat Lampung Sai Batin dalam merayakan acara Pernikahan. Dimana dalam perayaan tersebut sering dilaksanakan kebiasaan ngantak bakul dan betetikolan yang kedua duanya merupakan percerminan pelaksanaan Adat Pesetiti, dengan saling membantu baik dalam kebot maupun “bah mekonan” sesuai dengan motto Lampung Barat “Beguai Jejama” .
Dimana prosesi semua kegiatan dilaksanakan hanya untuk menyambut acara pada hari H yaitu prosesi pernikahan yang ditandai dengan “arak-arakan lapah adat”yaitu adik saya Royah binti Rohmudin dan, semoga pernikahan mereka menjadi sakinah wadah amin.. .pungkasnya healry egy kgd.
HEALRY /yulinda