Oleh: Millenia Machda Mahasiswa UMM.
Detikkasus.com | Sekarang banyak yang sudah kita ketahui bahwa moral itu adalah suatu tata cara atau tingkah laku baik dan buruk seseorang berdasarkan pandangan hidup dan agamanya. Secara umum, tujuan dan fungsi moral adalah untuk mewujudkan harkat dan martabat kepribadian manusia melalui pengamalan nilai-nilai dan norma. Wujud moral dalam diri seseorang dapat terlihat dari penampilan dan perilakunya secara keseluruhan. Adapun beberapa macam moral adalah sebagai berikut: Moral Ketuhanan, Moral Ideologi dan Filsafat, Moral Etika dan Kesusilaan, dan Moral Disiplin dan Hukum. Moral itu sangat penting bagi setiap orang. Mengapa penting? Karena apabila moral seseorang itu hancur, maka orang tersebut akan ikut hancur juga. Namun dewasa ini kebanyakan orang cenderung mengabaikan perilaku yang mencerminkan sikap bermoral. Karena moral tercermin dari diri pribadi kita masing-masing. Khususnya kita sebagai wanita harus bisa menjaga moral kita.
Peranan wanita dalam membina kehidupan moral sangatlah penting. Karena pembinaan kehidupan moral lebih banyak terjadi melalui pengalaman hidup daripada pendidikan formal dan pengajaran, karena nilai-nilai moral yang akan menjadi pengendali dalam kehidupan manusia adalah nilai-nilai yang masuk dan terjalin dalam pribadi seseorang. Semakin cepat nilai-nilai itu masuk ke dalam pembinaan pribadi, akan semakin kuat tertanamnya dan semakin besar pengaruhnya dalam pengendalian tingkah laku dan pembentukan sikap.
Tetapi perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi telah banyak menyumbangkan perubahan-perubahan dalam tatanan kehidupan masyarakat dengan membentuk peradaban baru, seperti ideologi, dan gaya hidup. Tatanan baru itu seakan ingin menggeser tatanan lama yang telah membudaya. Sehingga akibat dari itu perilaku masyarakat juga semakin berubah, pengamalan nilai moralitas semakin kabur. Manusia modern cenderung berfikir materialistis hedonistis, sehingga aspek-aspek humanis cenderung diabaikan, nilai-nilai religius tidak lagi menjadi referensi yang diyakini, padahal didalamnya terkandung nilai yang sangat eksistensial dan humanis. Implikasinya terjadi jarak antara setiap kelompok dalam tata sosial kehidupan masyarakat yang sangat memberikan pengaruh dalam menata pola pergaulan masyarakat, baik individu, kelompok, maupun dalam komunitas berbangsa dan bernegara.
Perkembangan zaman ini, menjadikan moral wanita milenial tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Apalagi moral yang sudah dicerminkan oleh Ibu Kartini, tidak sama sekali diterapkan oleh wanita milenial saat ini. Siapa yang tidak kenal pahlawan wanita Indonesia, Raden Ajeng Kartini? Pasti semua orang mengenalnya. Dedikasinya yang tinggi terhadap kemajuan bangsa, terutama perempuan Indonesia, membuat namanya terus terkenang hingga kini. Seperti yang sudah kita ketahui, beliau adalah sosok yang semasa hidupnya memperjuangkan harkat dan martabat kaum wanita pada jamannya saat itu. Perjuangannya tak luput dari suka maupun duka, banyak rintangan yang harus dilaluinya. Sudah banyak perjuangan yang dilakukan oleh Ibu Kartini salah satu contohnya yaitu, perjuangannya mendirikan sekolah khusus untuk mendidik para perempuan dan anak-anak. Meskipun mendirikan sekolah tersebut tidaklah mudah dan terhimpit oleh sistem saat itu, tetapi Ibu Kartini tidak begitu saja menyerah untuk memajukan kaum wanita pribumi di Indonesia. Atas tekadnya yang tak tergoyahkan, suami Kartini, K. R. M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang saat itu menjabat sebagai Bupati Rembang mengizinkan Kartini untuk membuka sekolah khusus untuk mendidik pada perempuan dan anak-anak. Salah satu moral yang patut kita contoh dari Ibu Kartini yaitu, beliau merupakan figur perempuan yang penuh dengan kesederhanaan dan kerendahan hati.
Namun, zaman mulai berubah. Moral wanita saat ini lah yang menjadi taruhannya. Berbeda dengan apa yang telah dicerminkan oleh Ibu Kartini. Setiap tahunnya pasti memperingati hari kartini dan dengan sarat nilai moral, keteguhan, kemandirian, kesopanan, dan kecerdasan yang begitu diagungkan oleh bangsa ini, tapi sayang nilai-nilai tersebut luntur seketika oleh kehadiran wanita-wanita cantik di sekitar ranah politik. Kaum wanita yang muncul di ranah politik bukanlah menjadi perubahan dalam perbaikan moral bangsa ini malah menambah hancur, karena mereka hadir sebagai pemanis dan penglaris dagangan politik. Salah satu contohnya seperti, kehadiran wanita-wanita cantik yang ada disekeliling Ahmad Fathonah yang tersandung kasus dugaan suap impor daging sapi. Seorang Ahmad Fathonah bukan hanya dikelilingi 4 wanita, namun lebih dari 20 wanita cantik. Seperti kata peribahasa ada gula ada semut, inilah ungkapan yang paling tepat untuk para kaum pria yang mempunyai harta berlebih tentunya akan didekati oleh para wanita cantik. Walau hanya sekedar kenal berharap akan mendapat sedikit cipratan rezeki dari pria yang memiliki banyak uang tanpa harus fikir panjang dari mana harta yang begitu banyak diperoleh. Alhasil wanita-wanita cantik tersebut yang telah menerima hadiah dan pemberian dana dari Ahmad Fathonah, terkena imbasnya dan terseret pada kasus hukum. Contoh tersebut adalah suatu pembelajaran yang paling berharga bagi para kaum wanita yang masih haus dan liar berburu harta lewat laki-laki yang mempunyai banyak uang, bukan harta dan jabatan yang menjadi tolak ukur untuk hidup bahagia. Tetapi yang paling utama adalah iman dan syukur.
Banyak yang menganggap perilaku tidak baik di era sekarang merupakan suatu trend atau hal yang sudah biasa, padahal hal semacam ini, salah satu contohnya yang sedang ramai dibicarakan yaitu ada seorang wanita memasuki sebuah pusat perbelanjaan yang sedang memilih minuman. Namun saat wanita tersebut sudah mengambilnya ternyata minuman itu pun diseduhnya , dia tidak membayar minuman itu dan malah mengembalikannya. Pada saat wanita tersebut melakukan hal itu, ada seorang temannya dengan sengaja merekam wanita itu. Dengan santainya wanita tersebut tersenyum dihadapan temannya yang sedang merekam kejadian itu. Itu merupakan salah satu moral yang tidak dapat dicontoh. Mirisnya lagi wanita tersebut memakai hijab. Sebagaimana yang kita tahu, bahwa wanita yang memakai hijab itu memiliki moral atau tingkah laku yang baik dan sudah banyak menjadi cerminan bagi orang-orang disekitarnya. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, wanita yang berhijab saat ini menjadi sorotan yang tidak baik bagi masyarakat. Karena seiring berjalannya waktu moral wanita sudah mulai merosot. Hal ini seolah olah menjadi bukti bahwa mirisnya moral bangsa yang sekarang tak lagi dicerminkan.
Jadi Sebagai generasi milenial, kita semua harus ikut andil dalam membentuk jati diri wanita, agar memiliki citra baik dimata masyarakat. Meskipun tidak semua dari generasi milenial yang memiliki citra buruk, kita sebagai wanita harus sadar, bahwa apa yang sudah ditanam baik maka kedepannya harus dikembangkan dengan citra yang baik pula. Jadilah wanita yang memiliki moral yang baik, berakhlak mulia, pandai bersyukur, dan jagalah mahkota kehormatan.