Miris Melihatnya, Anak Berusia Sekolah Dasar, Selalu Mengantar Ayah Berobat Naik Betor Sejauh 230 Kilo Meter.

Pidie Jaya |Detikkasus.com -Sungguh sangat “sedih dan miris banget”! melihatnya, anak sekolah dasar (SD) selalu mengantar ayahnya berobat. Naik becak bermotor (bentor) dengan jarak tempuh, sejauh 230 kilo meter (KM). Rahmat Aulia (10), bocah asal geulanggang kecamatan ulim kabupaten pidie jaya provinsi aceh.

Menempuh dengan sejauh jarak 230 kilo meter, pulang pergi dengan becak motor butut. Untuk pengobatan ayahnya, Rusli Yusuf (46). Yang mengidap lever dan diabetes, setiap 10 hari sekali. Rahmat membawa ayahnya ke rumah sakit umum daerah (RSUD) cut meutia di kabupaten aceh utara, atau di lhokseumawe. Untuk menyedot cairan dalam perut, yang membengkak.

Cairan di perut ayahnya itu, harus di sedot setiap 10 hari sekali. Jika tidak, ayah akan merasakan kesakitan dan kondisi kesehatannya semakin parah. Kesehatan ayah menjadi tanggung jawab saya, karena ibu sudah meninggal dunia”. Kata, Rahmat Aulia di lhokseumawe.

Baca Juga:  Cegah Kemacetan Polisi Lalu Lintas Lakukan Pengaturan

“Rahmat Aulia” itu, terpaksa mengorbankan pendidikannya demi mencari nafkah. Untuk kebutuhan keluarga dan merawat sangat ayah yang terbaring sakit, “sejak mamak meninggal dunia lima bulan lalu. Saya dan kakak yang merawat ayah, untuk kebutuhan sehari-hari. Saya bekerja menarik pukat dan juga kadang-kadang ada bantuan dari warga,” kata Rahmat. Di kutip dari antara, “saya sering tidak masuk sekolah karena harus cari uang untuk kebutuhan sehari-hari dan membawa ayah berobat. Sekali bawa berobat memakan waktu empat hingga enam hari,” kata Rahmat.

Baca Juga:  Untuk menjalin Komunikasi Bhabinkamtibmas Sambangi Warganya Ajak Ikut Bersama Ciptakan Kamtibmas

Rahmat mengaku, terpaksa membawa ayahnya dengan becak motor bukan menggunakan ambulans mau pun angkutan umum karena keterbatasan ekonomi. “Untuk biaya pergi berobat hanya ada Rp.70 ribu, di kantong dari hasil tarik pukat dan bantuan warga sekitar. Kalau naik mobil ambulans mau pun angkutan umum, biayanya besar. Kami tidak punya uang,” ujar Rahmat.

“Rusli Yusuf” mengatakan, sejak enam tahun terakhir dirinya. Tidak dapat bekerja lagi, dan terpaksa harus terbaring di kasur akibat penyakit yang menggerogoti tubuhnya. “Sakit yang saya derita ini, mulai 2017. Namun, sakit yang saya derita semakin parah. Hingga perut membengkak sejak istri saya meninggal dunia enam bulan lalu,” katanya.

Baca Juga:  Malam hari Polsek Sukasada Laksanakan Razia Ranmor di Depan Mapolsek

“Rusli Yusuf” mengaku, hanya dapat pasrah. Atas kondisi yang di alaminya, seraya berharap penyakit yang di deritanya. Dapat segera pulih, agar dapat mencari nafkah kembali. Untuk kebutuhan keluarganya, “dulu saya kerja jual ikan. Sejak sakit, istri saya yang bekerja. Namun, sekarang Rahmat yang menjadi tulang punggung keluarga. Untuk kebutuhan sehari-hari, semoga saya cepat sehat dan dapat bekerja kembali”. Kata, “Rusli Yusuf”. Benar apa gak, adanya karena sedang viral di media sosial ini.

(Jihandak Belang/Team PT PSP).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *