Meningkatkan Produktifitas Belajar Anak dengan Menengok Kampung Lali Gadget Penulis Mochammad Reza Dwi Yunianto

Detikkasus.com | Di era globalisasi ini banyak faktor yang mempengaruhi produktifitas belajar anak yang berdampak kurang baik terhadap proses belajar mengajar bagi anak. Saat ini banyak anak yang lebih suka belajar di luar kelas dan melakukan praktik dibandingkan dengan belajar di dalam kelas yang monoton dengan teori.
Masalah mutu pendidikan di Indonesia khususnya hasil belajar siswa merupakan masalah nasional yang telah lama diperbincangkan. Upaya yang berkenaan dengan peningkatan hasil belajar ini telah banyak dilakukan, baik seminar pendidikan maupun penelitian pendidikan tentang model pembelajaran, akan tetapi kenyataannya belum mampu memberikan hasil yang maksimal. Masalah utama dalam dunia pendidikan kita adalah rendahnya penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Kurangnya siswa dalam memahami materi pelajaran ini terlihat dari rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Dari latar belakang tersebut, di desa Wonoayu terdapat suatu program yang bertujuan untuk meningkatkan produktifitas belajar anak dengan menengok Kampung Lali Gadget yang dipelopori oleh para pemuda pemudi Sidoarjo. Para pemuda pemudi tersebut merupakan kumpulan dari beberapa komunitas di wilayah Sidoarjo.
Kampung lali gadget memiliki visi “Petualangan nyata dimulai setelah kita menaruh gadget, asyikin main di luar, kenali lingkungan sekitar”. Dan misi “Upaya penyembuhan penyakit kecanduan gadget dengan aktifitas pengenalan budaya, kearifan lokal, lingkungan sosial, olahraga, pemain tradisional dan motivasi serta gaya asuh yang tepat”.
Dengan adanya visi dan misi terebut, Kampung Lali Gadget tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan produktifitas belajar anak, tetapi juga memperdayakan masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat diharapkan lebih kreatif dalam pasar ekonomi global untuk meningkatkan hasil pendapat rumah tangga, dan di sisi lain anak-anak juga bisa melakukan pembelajaran secara kontekstual.
Kampung Lali Gadget menyediakan berbagai spot untuk belajar sambil bermain. Spot-spot tersebut terdiri dari spot budaya yang meliputi pengalaman memainkan wayang dan gamelan, spot literasi yang meliputi membaca buku dan majalah anak, spot kuliner yang meliputi hidangan jajanan tradisional, serta praktik membuat langsung, spot dolanan yang meliputi memainkan permainan tradisional, seperti gobak sodor dan ketapel, dan yang terakhir adalah spot tantangan yang meliputi menangkap ikan dan aktifitas high rope.

Aktivitas yang berorientasi pada kegiatan nyata guna melatih kecerdasan mental, sosial, dan fisik serta menambah pengetahuan anak. Harapan besar pada kegiatan ini adalah semata-mata demi mengubah pola fikir anak-anak zaman sekarang yang mayoritas kecanduan gawai/gadget untuk lebih terbiasa menyukai aktivitas yang lebih nyata.
Di kegiatan Kampung Lali Gadget juga memiliki kegiatan melestarikan budaya local seperti anak anak belajar membuat udeng pacol gowang, belajar membuat wayang dan memperankan sebagai dalang. Kemudian kegiatan lainnya juga melibatkan para relawan seperti komunitas satwa, komunitas peduli anak jalanan, dsb. Mereka itu memberikan edukasi terhadap anak-anak disana seperti komunitas satwa itu memberikan edukasi tentang hewan buas sampai tidak buas.
Masyarakat sangat antusias dengan adanya kegiatan tersebut, karena Kampung Lali Gadget dapat mengatasi permasalahan ketergantungan anak terhadap gawai/gadget. Kecanduan gadget merupakan permasalahan yang banyak dialami oleh orang tua masa kini, sehingga mereka sangat mendukung kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Kampung Lali Gadget.
Tujuan awal dari Kampung Lali Gadget yakni untuk mengupayakan penyembuhan penyakit kecanduan gadget dengan aktivitas pengenalan budaya, kearifan lokal, lingkungan, sosial, olahraga, permainan tradisional dan motivasi serta gaya asuh yang tepat.
Selain para anggota kegiatan Kampung Lali Gadget, kegiatan tersebut juga dibantu oleh karang taruna desa, remaja masjid, dan para relawan dari berbagai komunitas. Dan beberapa fasilitas yang tersedia di Kampung Lali Gadget yaitu pondok baca, alat tulis, buku, dan majalah anak, serta meja belajar sebagai penunjang proses pembelajaran.
Dan sampai saat ini kegiatan tersebut terus melakukan penggalangan donasi untuk melengkapi segala kebutuhan kegiatan Kampung Lali Gadget. Selain dari donasi, sumber dana yang menyokong terbangunnya kegiatan tersebut, yakni dari unit usaha “Souvenir Khas Sidoarjo”.
Harapan besar dari kegiatan ini untuk kedepannya adalah semoga bisa lebih maju dan dapat diterapkan ke tempat-tempat yang lain. Sehingga kegiatan Kampung Lali Gadget dapat menjadi wabah yang positif ke seluruh penjuru kota.
Dari sudut pandang perspektif psikologi, kegiatan ini bisa menjadi obat anak yang kecanduan gadget pada anak. Pada umum nya seorang anak diperbolehkan memegang handphone atau gawai sekitar umur 13 tahun karena pada saat itu anak sudah mampu berfikir menilai itu baik buruk nya infomasi. Dan itupun harus dalam pantauan orang tua, supaya lebih terarah saat menggunakan hanphone. Menurut Piaget pada saat umur 13 tahun itu anak sudah bisa berpikir operasional konkrit. Sedangkan di dunia realita anak dibawah 13 tahun sudah memegang handphone atau gawai tanpa pengawasan orang tua sebaiknya itu didalam pengawasan orang tua. Soalnya kognitif dan emosional anak dibawah umur belom matang dalam dunia psikolog.
Dari sudut pandang saya pribadi dalam social nya itu kurang bagus atau kurang baik dikarenakan pada zaman tahun 90 an masyarakat interaksi langsung bertemu dengan orangnya contoh nya pada saat sore hari anak anak biasanya keluar rumah untuk bermain sama teman nya atau sekitar rumah sedangkan di zaman era globalisasi anak anak lebih memilih game online jadi interaksi antar teman nya itu berkurang sehingga waktu kumpul pada sibuk main handphone nya sendiri sendiri. Saran saya untuk orang tua yang memiliki anak dibawah umur jangan di kasih handphone atau gawai dikarenakan bisa berdampak pada social nya dan psikologisnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *