Detikkasus.com | Media sosial dan individu merupakan sebuah paket komplit yang tak bisa dipisahkan pada era millenial saat ini dimana kebanyakan orang telah menggantungkan hidupnya pada sebuah fitur aplikasi yang dapat digunakan oleh banyak orang di dunia maya. Pada saat ini, media sosial tidak hanya digunakan sebagai interaksi jarak jauh antara seseorang dengan keluarga dan sahabat melainkan juga menjadi ajang tempat untuk seseorang dalam mengekspresikan diri, mengutarakan pendapat, membagikan pengalaman pribadi hingga curhat di laman sosial media sehingga seseorang tersebut hampir melupakan fakta bahwa ia telah membagikan privasi hidupnya yang berharga ke media sosial.
Tahukah kalian, bahwa intensitas dalam berselancar di dunia maya pada era millenial ini lebih banyak dilakukan oleh kebanyakan orang. Sejak pagi hingga malam tiba, sebagian orang rela menghabiskan waktunya untuk berselancar di media sosial. Sehingga, tak sedikit dari kita telah menjadikan media sosial sebagai kebutuhan dari hidup dan menjadi tempat bergantung sampai menjadi candu. Berdasarkan penelitian, seseorang telah merasa senang dan puas kepada dirinya setelah membagikan cerita kehidupan sehari-hari hingga aktivitas yang dilakukan ke media sosial otak dan diri kita merasa bahwa hal tersebut merupakan membahagiakan. Namun, sebagian orang juga merasa bahwa dengan membagikan cerita kehidupan ke media sosial merupakan salah satu bentuk agar dirinya dapat didengarkan disaat dirinya tidak bisa membagikan cerita tersebut ke teman atau keluarga terdekat sehingga media sosial sebagai solusi untuknya mengeluarkan pendapat.
Fenomena membagikan cerita ke media sosial ini sering menimbulkan banyak sekali akibat yang didapatkan oleh orang-orang, seperti penipuan, bullying, menyampaikan rasa ketidaksukaan secara kasar, sampai yang terparah adalah pemberian komentar negatif pada kolom media seseorang hingga menurunnya rasa kepercayaan diri dan terganggunya kesehatan mental yang dirasakan pada penerima. Berdasarkan hasil yang ditemukan, dibandingkan dari laki-laki dan perempuan, perempuan lebih banyak sering mendapatkan komentar negatif yang dikarenakan memiliki potensi lebih sering dalam menggunakan media sosial sehingga memicu terganggunya kesehatan mental pada perempuan tersebut yang berdampak pada aspek psikologisnya.
Munculnya komentar-komentar negatif di media sosial disebabkan oleh beberapa faktor yang diantaranya adalah keberanian seseorang dalam menumpahkan rasa tidak sukanya terhadap seseorang yang dikarenakan keterbatasan yang ada di media sosial. Seseorang berani mengekspresikan dirinya di media sosial dengan memberikan komentar negatif terhadap orang lain dikarenakan ia merasa tidak dapat melihat dan berbicara langsung dengan orang yang diberikan komentar negatif. Pada kasus ini, media sosial menjadi hal yang sangat berpengaruh dalam kondisi psikologis si penderita, dimana hal ini mempengaruhi waktu tidur, menimbulkan depresi, hingga timbulnya rasa tidak minat pada diri yang disebabkan oleh komentar-komentar negatif yang diterima. Tanda depresi itu dapat terlihat dari perubahan seseorang terhadap perilaku yang ditimbulkan yang dikarenakan menurunnya rasa percaya diri sehingga menimbulkan efek sulitnya dalam berfikir dan berkonsentrasi terhadap apapun yang ada di sekitarnya.
Maka dari itu, penggunaan media sosial dengan bijak adalah hal yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan mental pada seseorang. Solusi yang dapat digunakan untuk menghadapi media sosial adalah dengan mengetahui strategi yang baik, menyiapkan mental dan penggunaan yang dapat membawa manfaat dalam penggunaan sosial media, sehingga seseorang akan memiliki daya ketahanan yang lebih kuat dalam menerima komentar negatif dan bullying.