Mendunianya Pakaian Adat Bima ” Rimpu “

Jumat, 20 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Detikkasus.com | Artikel – Rimpu merupakan sebuah budaya dalam dimensi busana pada masyarakat Bima.Budaya “Rimpu”telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Bima menerima Islam yang dibawa oleh orang-orang Sumatra melalui hubungan antara kerajaan Bima dengan Goa.Rimpu merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalan dengan kondisi daerah yang bernuansa Islam (Kesultanan atau Kerajaan Islam).
Pakaian adat Rimpu adalah salah satu jenis pakaian tradisional yang dimiliki oleh daerah Kabupaten dan Kota Bima,Nusa Tenggara Barat (NTB).Bahan dasarnya adalah sarung tenun asli Bima yang dipakai dengan cara bagian atas dililit pada kepala dan terurai ke bagian bawah.Sarung yang biasanya dipakai adalah TEMBE NGGOLI.Tembe Nggoli ini sendiri merupakan kain tenun khas dari Suku Mbojo, yang terbuat dari benang kapas (katun) dengan berbagai warna dan bermotif khas.Dan cara pembuatannya sendiri masih tradisional,yaitu ditenun dengan tangan atau biasa disebut dengan “MUNA” oleh orang Bima.
Tembe Nggoli ini sendiri telah menjadi oleh-oleh khas Bima, dan telah banyak di produksi dengan berbagai macam corak dan motif.Keunggulan dari Tembe Nggoli yaitu,dari bahannya yang tebal dan juga hangat,bahkan di Bima sendiri masyarakatnya tidak menggunakan selimut untuk tidur,tetapi menggunakan sarung ini.Walaupun di Bima memiliki berbagai macam sarung,tetapi yang terbaik kualitasnya ialah TEMBE NGGOLI.
Baru-baru ini “Rimpu” menorehkan prestasi dengan memecahkan Museum Rekor Dunia Indonesia ( MURI ) sebagai pakaian adat Rimpu terbanyak,ini merupakan pencapaian yang sangat besar bagi masyarakat Bima. Festifal Rimpu ini diikuti oleh 20.165 peserta warga kota Bima NTB.Semulanya pawai ini hanya ditargetkan sebanyak 15 ribu peserta saja dan ternyata peserta yang hadir melebihi perkiraan tersebut dan menembus angka 20.165 tersebut.Acara ini untuk memeriahkan HUT Dirgahayu TNI ke 74 tahun 2019.Festifal pawai ini dilaksanakan pada Sabtu (12/10/2019),dari Kegiatan yang dirangkaikan dengan parade ratusan ekor kuda tersebut dengan jarak tempuh sekitar 5 kilometer dari Lapangan Serasuba dan berakhir di Pantai Lawata.
Rimpu adalah salah satu icon budaya Bima yang patut untuk dilestarikan,dan apakah anak muda Bima jaman milenial sekarang ini mampu untuk melestarikan budaya ini,atau budaya ini akan dilupakan dan terkikis oleh waktu? Atau mungkin saja “Rimpu” ini hanya akan menjadi suatu adat yang nantinya hanya akan menjadi sejarah semata?. Itu semua tergantung dari bagaimana cara kita sekarang ini, untuk menjaganya agar budaya “Rimpu” ini bisa tetap terjaga keberadaannya dan bisa diwariskan kegenerasi selanjutnya.Pemerintah kota dan kabupaten Bima juga memiliki peran yang sangat penting, didalam mengembangkan potensi untuk mengenalkannya kepada orang-orang luar daerah Bima.
Seperti yang kita semua ketahui,bahwa “Batik” telah melebarkan sayapnya hingga ke kancah internasional.Lalu,apakah kita sebagai masyarakat asli Do’u Mbojo tidak ingin mengharumkan nama daerah kita sendiri dengan adat dan kebudayaan yang daerah kita miliki dan bangggakan? Dan apakah kita sebagai anak muda milenial sekarang ini tidak mempunyai ide atau pemikiran untuk membuat pakaian adat “Rimpu” ini bisa terkenal hingga ke luar daerah?.
Di era kita sekarang ini apapun bisa kita lakukan,mengapakah demikian?,karena seperti yang kita ketahui bersama bahwa teknologi sekarang ini sangat canggih dan bukan tidak mungkin bagi kita untuk mencoba hal yang baru bukan?.Kita harus bisa memanfaatkan teknologi sekarang ini dengan sebaiknya, untuk memperkenalkan “Rimpu” ini ke luar daerah dan kalau bisa sampai ke kancah nasional maupun internasional.
Sebagai masyarakat Kota dan Kabupaten Bima, wajib bagi kita memperkenalkan Pakaian Adat daerah kita hingga ke dunia luar untuk memperlihatkan bahwa Bima,Nusa Tenggara Barat (NTB) juga memiliki Ikon budaya yang bisa dibanggakan keberadaannya. Jadi,tetap jagalah “RIMPU” agar bisa diingat dan dilanjutkan oleh generasi selanjutnya.Hargailah suatu adat atau kebudayaan yang telah lama ada, supaya Ia bisa tetap terlestari dan bisa menjadi Ikon budaya daerah yang bisa kita banggakan.

Baca Juga:  Ecoton bersama River Warriors Temukan 283 Titik Timbulan Sampah

(Rostiti)

Berita Terkait

Rustam Efendi, SH: Sidang Perdana Kita Tidak Boleh Berasumsi
Satgas TMMD 120 Kodim Bojonegoro, PMI dan Tagana Sosialisasikan Sekolah Siaga Bencana
Polri Siap Amankan Welcoming Dinner Delegasi World Water Forum Ke-10 Di GWK
Siapkan Mudik Lebaran, Kapolres Bojonegoro Cek Jalur dan Perketat Pengamanan
Mengejar Berkah Malam Lailatul Qodar
Kabid Propam Polda Aceh : Pimpin Apel Pagi Di Mapolda Aceh
Tim Patroli Presisi Sat-Samapta Polres Aceh Tengah, Rutin Lakukan Patroli Pengamanan Saat Warga Beribadah Shalat Taraweh Malam Di Bulan Ramadhan
Sulfur Milik PT PAMA Disimpan Di Lapangan Terbuka Kuala Langsa : LBH Iskandar Muda Aceh Minta Polda Harus Ambil Tindakan
Tag :

Berita Terkait

Jumat, 14 Juni 2024 - 20:44 WIB

Rustam Efendi, SH: Sidang Perdana Kita Tidak Boleh Berasumsi

Rabu, 29 Mei 2024 - 17:19 WIB

Satgas TMMD 120 Kodim Bojonegoro, PMI dan Tagana Sosialisasikan Sekolah Siaga Bencana

Senin, 20 Mei 2024 - 22:27 WIB

Polri Siap Amankan Welcoming Dinner Delegasi World Water Forum Ke-10 Di GWK

Minggu, 7 April 2024 - 17:10 WIB

Siapkan Mudik Lebaran, Kapolres Bojonegoro Cek Jalur dan Perketat Pengamanan

Sabtu, 6 April 2024 - 20:50 WIB

Mengejar Berkah Malam Lailatul Qodar

Berita Terbaru

Berita Terkini

Sujadi Saddat Mangkir Lagi dari Panggilan Ke Dua Bawaslu

Kamis, 7 Nov 2024 - 22:04 WIB