Oleh : Maharani soraya UMM Mahasiswi dari Fakultas Psikologi.
Detikkasus.com | Indonesia sedang di landa dengan krisis moral dimana entah pengajarnya yang kurang memberikan edukasi atau memang jaman yang sudah berubah. Indonesia erat dengan yang budaya nya yang menciptakan generasinya menjadi pribadi yang anggun, ramah dan berpendidikan seperti budi pekerti tapi itu sepertinya sirna di makan jaman dimana generasi milinial sekarang tidak memiliki aspek tersebut bisa di lihat dari beberapa kasus dimana siswa bocah remaja maupun beranjak dewasa melakukan perbuatan atau kegiatan yang tak sepantasnya mereka laksanakan mereka kerjakan entah pemikiran atau siapa yang di tiru untuk mereka lakukan itu.
Seperti kasus yang masih hangat-hangat ini #justiceforAudrey , Murid SD perkosa siswi SMA, mabuk rebusan pembalut ? APA YANG TERJADI dengan indoneisa yang tak kita ketahui kenalakan remaja ini tidak bisa selalu di toleransi bisa saja beberapa anak akan menirunya untuk di lakukan karena di rasa itu hal yang wajar untuk kalangan mereka, jadi siapa yang harus di salahkan atas semua yang sudah terjadi? Ataukah kurangnya peran guru serta orang tua? Atau Pelajaran tentang keagamaan yang sudah tidak efesien untuk memperbaiki moral ?
Berdasarkan penjelasan hasil wawancara, didapatkan beberapa informasi, bahwa kecenderungan masalah pada generasi muda pada era globalisasi saat ini adalah mereka tidak mengerti norma moral dan etika yang harus digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu juga banyaknya generasi muda yang ikut dalam suatu perkumpulan yang pada hakikatnya tidak menguntungkan bagi mereka, malah sebaliknya, di perkumpulan tersebut seorang remaja ataupun muda-mudi dapat terbawa oleh pergaulan yang tidak baik. Terjadinya penurunan moral tersebut pada hakikatnya tidak terlepas dari faktor internal (keluarga) karena dari dalam keluargalah faktor utama yang dapat menghambat atau setidaknya seorang anak dapat dikendalikan. Seorang anak juga harusnya dikontrol tentang pergaulannya kapan waktunya untuk main dan mengerjakan pekerjaan ataupun tugas-tugasnya yang lain. Serta membatasi pergaulan remaja agar tidak terbawa teman-temannya yang mungkin penghuni pergaulan bebas (negatif).
Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya moral dan etika generasi muda
1.Longgarnya pegangan terhadap agama
Dengan longgarnya pegangan seseorang pada ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan.
2. Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumahtangga, sekolah maupun masyarakat.
moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak kecil. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumbuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan, sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mental, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima di rumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang. Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak.
3. Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
Penyaluran arus budaya yang demikian didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
4. Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukkan kemauan yang sungguh-sungguh untuk melakukan pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semakin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asyik memperebutkan kekuasaan, materi dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa.
Solusi untuk mengatasi penurunan moral dan etika pada generasi penerus
Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada pada generasi penerus pada saat ini, diantaranya adalah:
1. Untuk menghindari salah pergaulan, kita harus pandai memilah dan memilih teman dekat..
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak dini.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat berguna untuk mengurangi pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan merokok.
4. Diadakannya pembinaan moral dan akhlak, diharapkan, dengan bekal pembinaan moral dan akhlak yang baik dan kuat, mereka nantinya tidak mudah terjerumus dipengaruhi hal yang negatif lagi.
5. Meningkatkan iman dan takwa dengan cara bersyukur, bersabar, dan beramal sholeh.
6. Melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya positif, seperti organisasi di sekolah