Bojonegoro l Detikkasus.com – Lembaga Kajian Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU Bojonegoro bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mendorong santri meningkatkan literasi digital. Upaya itu salah satunya melalui seminar nasional bertajuk “Kreativitas Santri, Digitalisasi (Merawat Budaya Menuju Santri Berkarya Digital)”.
Seminar hybrid (luring dan daring) ini diselenggarakan Rabu (10/08/2022) di Hall Auditorium Universitas NU Sunan Giri (Unugiri) Bojonegoro.
Seminar dibuka secara daring oleh KH. Yahya Qolil Tsaquf (Ketua PBNU) dan Semuel A. Pangarepan, B.Sc, MM (Ditjen Aptika Kemenkominfo). Hadir sebagai narasumber, diantaranya Khoirul Rosyadi, Ph.D. (Lakpesdam PBNU-PCI Rusia), Dr. Ida Khoiria Ningrum (Ketua PC Fatayat NU Bojonegoro), dan M. Suaeb, S.Hi.(Radar Bojonegoro).
Hadir secara luring pada seminar tersebut Rois Syuriah PC NU Bojonegoro KH. A. Maimun Syafi’i, Rektor Universitas NU Sunan Giri KH. Jauharul Ma’arif, Wakil Ketua LP Ma’arif NU Bojonegoro Zainal Arifin, Ketua Lakpesdam NU Bojonegoro Muhammad Kundhori, Kasi PD Pontren Kemenag Bojonegoro serta peserta dari kalangan santri NU Bojonegoro.
Sekretaris Lakpesdam NU Bojonegoro, Rizal Zubaid dalam sambutannya mengatakan, literasi digital pada era sekarang sangat penting. Berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan beberapa bulan yang lalu diantaranya Workshop Web Creator dan Sinau Bareng Digital Marketing. Usai kegiatan ini, pihaknya juga merencanakan membangun jejaring komunitas web developer untuk pemuda-pemudi NU.
“Semuanya kita lakukan karena memang transformasi digital sekarang berkembang begitu cepat. NU tidak boleh tertinggal. Para narasumber akan memaparkan bagaimana literasi digital yang baik, dibutuhkan, dan berkembang saat ini,” tuturnya.
Sementara, Rektor Universitas NU Sunan Giri KH. Jauharul Ma’arif mengatakan, di era sekarang ini siapa yang menguasai dunia digital itulah yang akan menjadi penguasa dunia. “Kita berharap kedepan anak-anak muda NU lebih banyak yang berkiprah di dunia digital. Kita juga berharap kedepan, pemuda-pemuda NU lah yang memegang kendali digital di Indonesia,” harapnya.
Pada seminar tersebut, Dirjen Aptika Kemenkominfo Semuel A. Pangarepan mengungkapkan, data hootsuite dan wearesocial menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 204,7 juta atau meningkat 2,1 juta dari tahun sebelumnya. Angka ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun massifnya penggunaan internet di Indonesia membawa berbagai risiko. Seperti penipuan online, hoax dan konten-konten negatif lainnya.
Hal itu perlu diimbangi peningkatan kapasitas literasi digital yang mumpuni agar masyarakat dapat memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, bijak dan tepat guna. Saat ini literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada angka 3,49 dari skala 5, masih di kategori sedang, belum mencapai katagori baik. Angka ini perlu terus kita tingkatkan.
Berbagai pelatihan literasi digital yang diberikan Kemenkominfo berbasis empat pilar utama yaitu kecakapan digital, budaya digital, etika digital, dan keamanan digital. Diperlukan kolaborasi yang baik agar tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam proses percepatan transformasi digital ini. Prinsipnya adalah ‘nobody left behind’.
“Apresiasi saya ucapkan kepada semua pihak yang telah bekerjasama menyelenggarakan kelas literasi digital ini. Saya berharap kegiatan ini dapat mendorong terciptanya talenta-talenta digital baru di Indonesia yang lebih berkualitas dan siap membantu mewujudkan Indonesia Digital Nation,” pungkasnya.
Sementara itu Ketua Umum PBNU KH. Yahya Qolil Tsaquf menandaskan bahwa gerakan literasi digital ini adalah program berskala besar melibatkan partispan yang luas baik dalam lingkungan NU dan juga dibuka kepada pihak manapun yang ingin ikut serta dalam gerakan ini.
Program ini menjadi ikhtiyar bersama agar suasana pergaulan digital yang sudah semakin mendominasi ruang hidup kita bersama ini menjadi lebih positif, lebih membawa maslahat dan menghindari berbagai macam potensi negatif yang mungkin timbul di dalam pergaulan digital di tengah masyarakat.
“Diantara yang ditekankan adalah bagaimana kita dapat mengembangkan sikap untuk menghargai otentisitas di dalam menerima dan menyebarkan informasi. Bahwa informasi yang kita terima dan sebarkan sungguh-sungguh harus merupakan formasi yang teruji kebenarannya, teruji faktualitasnya dan teruji kredibilitasnya,” tutur Ketum PBNU.
Pada kesempatan itu salah satu narasumber, Khoirul Rosyadi, Ph.D. menandaskan bahwa kita membutuhkan perangkat etika digital agar bermedia sosial, berinternet ada dalam sebuah koridor/frame yang benar. Ada 4 hal dalam etika digital yaitu kesadaran, integritas, tanggung jawab, dan nilai-nilai kebajikan.
Santri, lanjut dia, harus memiliki etika dan etiket digital. Melalui ruang digital diharapkan santri yang memang telah memiliki modal budaya, khususnya kemampuan pengalamam beragama yang mampu melahirkan karya-karya produktif dan kreatif. (Andri)