Situbondo | Detikkasus.com – Minimnya pelestarian cagar budaya Rumah Sejarah Balumbung di Asembagus, Situbondo membuat sejumlah pegiat sejarah prihatin. Salah satunya aktivis satu ini Syaiful Bahri, pegiat anti korupsi yang juga getol mengawal pelayanan masyarakat, pada Senin, (20/8/2018) siang mengapresiasi upaya pelestarian cagar budaya.
Ketum Gp Sakera (Gerakan Perlawanan Situbondo Anti Korupsi Edukasi Resistensi Advokasi), Syaiful Bahri menyempatkan diri mengunjungi Rumah Sejarah Balumbung. Tempat penyimpanan artefak yang sebagian besar berasal dari Situs Melek itu, menurut Syaiful, dinilai sebagai sebuah upaya luar biasa bagi para pelestari cagar budaya.
“Betapa tidak, ketika birokrasi kita terkesan santai atas amanat UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010, ada sosok-sosok dari kelompok masyarakat yang peduli dan berinisiatif mengamankan artefak,” ucap Bang Ipoel panggilan akrabnya.
Dari pengamatan selama ini yang kerap dipanggil Bang Ipoel mengatakan, gerakan kecagarbudayaan di Situbondo lebih dilakukan oleh masyarakat secara swadaya.
“Peran pemerintah daerah tidak terlalu signifikan. Bisa dikatakan minim. Terbukti, upaya penyelamatan artefak selalu bergejolak lantaran mispersepsi antara elemen masyarakat dengan pemerintah daerah. Sedangkan pihak berwenang lainnya, yaitu BPCB Jatim sudah greget merespon,” tandas Bang Ipoel.
Untuk itu, Bang Ipoel berharap agar Rumah Sejarah Balumbung mendapat dukungan penuh dalam rangka pelestarian cagar budaya.
Selain itu, lanjut Bang Ipoel, kebijakan dan penganggaran untuk cagar budaya harus diperhatikan.
“Saya dengar, untuk menganggarkan papan nama situs cagar budaya saja dicoret. Bagaimana bisa upaya pelestarian ini maksimal jika begini. Saya perlu mengonfirmasi ini pada pemangku kebijakan di bidang kebudayaan,” tegas Bang Ipoel.
Sementara itu, Iwenk Lametan, pengelola Rumah Sejarah Balumbung, mengaku jika dirinya bersama teman-temannya berangkat dari hati. “Kita bergerak dengan hati. Mencintai cagar budaya juga merupakan kerangka mencintai bangsa yang bermartabat. Kita melakukan upaya pelestarian secara swadaya”, terang Iwenk.
“Khusus pada peninggalan sejarah di wilayah Situbondo bagian timur, kita merasa harus mengeksplorasi lebih mendalam. Balumbung , sebuah kadipaten masa Majapahit pernah berjaya di wilayah ini. Dan bukti temuan arkeologisnya tentu kita wajib selamatkan,” imbuh Iwenk. (P4)