PONTIANAK I Detikkasus.com -, Demi meningkatkan kualitas penerapan moderasi beragama, IAIN Pontianak melalui Dr. Samsul Kurniawan, S.Th.I., M.S.I., Andry Fitriyanto, M.Ud., dan Azizul (Mahasiswa) melakukan penelitian tentang “Daya Tahan dan Relevansi Kebijakan Moderasi Beragama di IAIN Pontianak”.
Sebelumnya, sudah dilakukan pengumpulan data, wawancara, dan FGD berkaitan dengan Moderasi Beragama. Namun, untuk lebih mematangkan penelitian ini, dilakukan kegiatan “Ngopi Moderasi” dengan narasumber Eka Hendry Ar, S.Ag.,S.Pd.,M.Si.,M.Pd., selaku Ketua Rumah Moderasi Beragama tahun 2022. Pertemuan ini berlangsung di Ruang VIP Warung Kopi Asiang Jl. A.Yani I, pada Rabu (22/11/2023).
Narasumber dalam acara ini menyoroti beberapa hal yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya seputar moderasi beragama. Beliau berharap regulasi Rumah Moderasi Beragama (RMB) di Indonesia perlu ditinjau ulang. Tidak perlu diseragamkan nama dan strukturnya, namun bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kearifan lokal masing-masing daerah. Pengembangan ini tidak menghilangkan empat pilar moderasi beragama, namun bisa ditambahkan sesuai penggalian kearifan lokal di daerahnya.
Dalam diskusi ini, Eka Hendry berpendapat bahwa Rumah Moderasi Beragama tidak perlu di bawah LP2M, tetapi bisa berdiri sendiri dengan memiliki anggaran tersendiri. Hal ini membuat lebih kreatif dan fleksibel untuk mengembangkan RMB. Eka Hendry juga sepakat dengan Perkin Rektor IAIN Pontianak bahwa perlu ada mata kuliah Moderasi Beragama di setiap Program Studi (Prodi). Saat ini masih ada beberapa Prodi yang belum memiliki mata kuliah khusus moderasi, namun berkomitmen untuk menambahkannya melalui Workshop Kurikulum.
Hal menarik lainnya yang disampaikan narasumber, yang juga merupakan Dosen IAIN Pontianak, adalah perlunya kegiatan nyata dalam bentuk olahraga, seni, dan kreasi lainnya tentang moderasi beragama, sehingga tidak hanya dalam bentuk dunia akademik saja.
Dekan FTIK, Dr. Hermasyah, M.Ag., yang juga hadir dalam kegiatan ini, berkomitmen untuk memasukkan Mata Kuliah (MK) Moderasi Beragama dalam setiap Prodi. “Kita sudah merencanakan hal itu dalam workshop kurikulum. Karena tidak bisa sembarangan untuk memasukkan mata kuliah,” ungkapnya.
Dekan FEBI, Dr. Samsul Hidayat, MA., melihat pentingnya perguruan tinggi memiliki kultur moderasi. Moderasi bukan hanya sebatas teori namun bisa diaktualisasikan dalam bentuk kebijakan di institut dan fakultas. Beliau juga menginginkan adanya kerjasama yang produktif dengan siapa saja, termasuk non-Muslim. Hal ini karena moderasi beragama tidak hanya ada di dalam kampus tetapi juga di luar. Sehingga akan ada dukungan dari luar yang bisa kita rasakan.
Melalui diskusi ini, akan tercipta penelitian yang dapat memberikan hasil yang lebih maksimal. Banyak masukan yang diberikan seputar pengutuan moderasi beragama baik lingkup nasional maupun IAIN Pontianak. Semuanya bertujuan untuk peningkatan kualitas moderasi beragama.
(Hadysa Prana)
Sumber : Humas IAIN Pontianak