Detikkasus.com|JATENG
SEMARANG – Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi memastikan akan memulai kembali pembelajaran tatap muka (PTM) meskipun saat ini kota Semarang berstatus level 2. Hal tersebut diungkapkannya kepada wartawan, Kamis (17/2).
“Ya sesuai Inmendagri nomor 10 tahun 2022, salah satu pointnya adalah menurunkan level Kota Semarang dari level 1 ke level 2, dan kemudian kita tindak lanjuti dengan instruksi walikota nomor 4 tahun 2022,” ungkap Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi.
“Tapi intinya hampir sama dengan modifikasi PPKM level 1 seminggu yang lalu. Jadi tempat hiburan yang semula 24.00 sudah kita turunkan jam 23.00. Bedanya hanya mall, hypermarket, supermarket yang tadinya jam 22.00, kita turunkan jam 21.00,” lanjut Wali Kota Semarang yang akrab disapa Hendi itu saat membuka sesi keterangan pers, Kamis (17/2).
Dengan penerapan kebijakan yang hampir sama dengan ketentuan PPKM di Kota Semarang sebelumnya, Hendi sendiri menuturkan jika dia meyakini seharusnya tidak ada gejolak yang terjadi pada pelaku usaha.
“Kafe, restoran, dan lain – lainnya masih sama seperti peraturan – peraturan yang lalu. Maka saya rasa tidak akan ada gejolak dari para pelaku usaha ekonomi,” papar Wali Kota Semarang itu.
Hendi sendiri tetap memastikan akan memulai pembelajaran tatap muka (PTM) kembali. Namun dirinya meminta Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang untuk tidak langsung menjalankan secara penuh, melainkan bertahap mulai dari 50% terlebih dulu.
Bahkan jika situasinya membaik, Hendi tidak menutup kemungkinan ada penambahan persentase PTM. Untuk itu PTM diharapkannya ditindaklanjuti dengan persiapan maksimal pihak sekolah, mulai dari infrastruktur, mewajibkan guru dan siswa melakukan swab rutin agar tidak muncul cluster sekolah dikarenakan tidak terindentifikasi dari awal.
Di sisi lain, Hendi juga menjelaskan salah satu indikator naiknya level PPKM Kota Semarang ke level 2, yaitu terkait tingkat kematian Covid. Dimana dirinya menyebut data per Kamis (17/2) pagi tercatat ada 790 pasien dirawat dengan rincian 127 warga luar kota dan 573 warga Kota Semarang, serta 18 diantaranya meninggal.
“Sebanyak 18 orang yang dirawat meninggal, tapi 6 dari luar kota. Dari 12 warga Semarang setelah diidentifikasi, yang 6 meninggal karena comorbid dan lansia meski vaksinnya sudah komplit sampai V2. Dan 6 sisanya lebih pada mereka yang vaksinnya belum komplit,” tutur Hendi.
Hendi pun kembali menekankan bahwa meski berstatus PPKM level 2, ketersediaan kamar di rumah sakit Kota Semarang bagi penderita Covid-19 masih mencukupi.
“Saat ini dari 20 rumah sakit yang ada, ruang perawatan untuk covidnya ada 866. Artinya masih tersedia banyak ruang bagi masyarakat saat merasakan gejala Covid. Sementara di rumah dinas sekarang ini sudah kita buka lagi 2 ruang isolasi,” terang pria yang juga politisi PDI Perjuangan tersebut.
Lebih lanjut, Hendi menyampaikan grafik Covid-19 di Kota Semarang belum menunjukkan penurunan. Menurut analisis Dinas Kesehatan diprediksi puncaknya akan berlangsung hingga akhir Februari dan turun pada tanggal 6 Maret.
“Klaster terbanyak di Minggu lalu masih di kalangan pegawai dengan perusahaannya lalu di dunia pendidikan,” jelasnya.
Hendi juga menjelaskan capaian vaksinasi per hari ini mencapai 123% untuk V1 dan 111% untuk V2, sedangkan vaksin ke 3 atau booster sebesar 15.8%. Sementara, capaian vaksin pelajar mencapai 98% V1 dan 92% V2. Vaksinasi pada lansia, lanjutnya, sudah melebihi target yaitu 86% untuk V1 dan 81% untuk V2.
Terkait vaksinasi, lanjut Hendi, pemerintah tidak akan memaksa tetapi lebih bersifat mengedukasi karena masih adanya informasi yang keliru. Dirinya juga berharap, pihak sekolah dapat memberikan info yang lebih tepat dan jelas.
“Bulan Maret ini kita gas pol karena menurut catatan Dinkes, 500 ribu warga Semarang harus divaksin pada bulan Maret. Jadi disiapkan pada Maret setiap harinya dilaksanakan 20 ribu vaksin,” tegas Hendi.
(ADI)