Detikkasus.com | Setelah adanya tuntutan aksi pelajar SMA N 1 Semaka, komite sekolah dan kepala sekolah mengundang orang tua wali untuk memberikan keterangan dan membahas program KBM satu tahun kedepan pada selasa 18/09/2018.
Dalam rapat wali murid ini menghasilkan beberapa kesepakatan diantaranya sumbangan per anak Rp. 2.600.000, yang dibayarkan 4 kali setahun untuk kelas X.
Para orang tua/ wali menyepakati dengan harapan KBM berjalan lancar demi kemajuan anak-anaknya. Namun berharap tidak menyimpang dari RAPBS yang menjadi acuan.
Sebelumnya terjadi kesalahpahaman antara murid dan kepala sekolah, yang mengakibatkan aksi unjuk rasa, menuntut kepala sekolah Drs. Timbul Prabowo untuk mundur. Mereka menuntut beberapa point, antara lain. ” Ruang extra kurikuler yang layak, kantin dalam sekolah, air bersih, listrik yang tidak sampai kelas, potongan BOTM untuk anak berprestasi, parkir motor, toilet siswa yang tidak layak, dukungan finansial pada organisasi, fasilitas olah raga, dan wifi siswa yang tidak berfungsi.
Ditemui dari media Jejak kasus dan detikkasus.com, salah satu siswa mengatakan, dasar mereka mengadakan aksi disebabkan bukan berarti tidak ada dasar, mereka berhitung dengan anggaran yang begitu besar, yaitu dana BOTM dan dana BOS dan jika dijumlahkan dalam satu tahun mencapai milyaran rupiah lebih.
Dan dari sekian banyak tuntutan mereka menurutnya blm ada realisasinya dari yang dijanjikan kepala sekolah sebelumnya.
Ditanya kenapa kok murid sampai berani mengadakan aksi demo ke pihak kepala sekolah, padahal harusnya kan tugasnya hanya belajar, masalah pendanaan itu urusan orang tua. salah satu murid mengatakan, “yang setiap harinya belajar saya mas, jadi saya tau, kalo orang tua disaat rapat hanya pingin cepet-cepet pulang kesimpulanya apa, yang penting apa yang menjadi kesepakatan sudah ngikut, tampa harus mengkritisi. Beberapa bulan lalu banyak anak yang tidak belajar disebabkan guru honor belum gajian, akhirnya mereka banyak nyari seseran diluar, sehingga kegiatan KBM terganggu, dan banyak beberapa poin seperti diatas tuntutan kami”.
Terpisah kamis 20/09/20018, media jejakkasus, dan detikkasus.com mengkonfirmasi kepala sekolah Drs. Timbul Prabowo, menyampaikan” awal kejadiannya hanya mis komunikasi, yang memang belum terbayarkan gaji guru honor dibulan juli-agustus, itu disebabkan karena dana dari BOTM belum terbayarkan semua, jumlahny mencapai Rp. 129.000.000, sedangkan pengeluaran mencapai Rp. 55.000.000, setiap bulan dengan jumlah guru honor yang mencapai 34 orang, jika kekurangan dari BOTM terbayarkan sebenarny lebih dari cukup, untuk membayar guru honor, dari sinilah ahirnya merambat ke yang lain”.
Ditanya lagi apakah tidak bisa dirolling dengan dana BOS untuk membayarkan gaji guru honor, baru nanti di ganti setelah dana dari BOTM masuk”, Timbul Prabowo mengatakan tidak bisa, sebab bos sendiri cairnya tidak bisa ditentukan, dan per triwulan. Dan dana BOS sendiri sudah ada ketentuan penggunananya, Sedangkan secara pribadi Timbul mengaku sudah menalangi dulu dana kebutuhan sekolah yang mencapai Rp. 105.000.000, ( seratus lima juta rupiah).
Ditambahkan pertanyaan, beberapa masalah yang menjadi tuntutan murid berdemo, Timbul Prabowo didampingi ketua komite Semiyono menambahkan, ” Untuk masalah PLN itu sudah tersalurkan dua meteran jumlahnya, namun masalahnya dayanya lemah sebab tidak ada tiang yang melewati jalur depan sekolah, dulu pernah direncanakn oleh PLN namun tiang dialihkan kelokasi lain, sehingga untuk mengangkat beban computer yang jumlahnya mencapai 30 an tidak kuat, harus menyewa diesel untuk menambah daya.
Untuk air bersih, sendiri itu sudah terbangun, dan sudah terpasang instalasi saluranya hanya memang tinggal torn yang belum terbeli dan baru dianggarkan tahun ini, sehingga blm berfungsi.
Untuk wifi sudah terpasang dari beberapa tahun ini, mencapai anggaran Rp. 35.000.000, dua buah satu untuk kantor dan satu untuk anak, hanya kendalanya sinyal memang naik turun.
Masalah parkir untuk anggaran bangunan tidak ada, hanya pengerasan namun itu sudah dilakukan. Dan untuk masalah lain itu di anggarkan di RAPBS komite”.
Timbul Prabowo selaku kepala sekolah di dampingi ketua Komite Semiyono berharap, jika ada permasalahan agar dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah dengan baik, karena pada prinsipnya terbuka tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan jalan musyawarah, tandasnya. (* Ridho)