Detikkasus.com | Hikmah Islami
“Pada zaman Rasulullah SAW ada seseorang pemuda yang bernama Alqamah. Dia seseorang pemuda yang giat beribadah, Rajin shalat, Banyak puasa dan suka bersedekah. Suatu ketika dia sakit keras, Maka istrinya mengirim utusan kepada Rasulullah untuk memberitahukan kepada beliau akan keadaan Alqamah. Maka, Rasulullahpun mengutus Ammar bin Yasir, Shuhaib Ar-Rumi dan Bilal bin Rabbah untuk melihat keadaannnya. Beliau bersabda, “Pergilah ke rumah Alqamah dan talqin-lah untuk mengucapkan Laailahaillallah!”.
Akhirnya mereka berangkat kerumahnya, Ternyata saat itu Alqamah sudah dalam keadaan naza, Maka segeralah mereka mentalqin-nya, Namun ternyata lisan Alqamah tidak bisa mengucapkan Lailahailallah.
Langsung saja mereka laporkan kejadian ini pada Rasulullah. Maka Rasulullah pun bertanya, “Apakah dia masih mempunyai kedua orang tua!?”.
Ada yang menjawab, “Ada wahai Rasulullah, Dia masih mempunyai seseorang ibu yang sudah sangat tua renta!”.
Maka Rasulullah mengirim utusan untuk menemuinya, Dan beliau berkata kepada utusan tersebut, “Katakan kepada ibunya Alqamah, Jika dia masih mampu untuk berjalan menemui Rasulullah maka datanglah, Namun kalau tidak, Maka biarlah Rasulullah yang datang menemuinya!”.
Tatkala utusan itu telah sampai pada ibunya Alqamah dan pesan beliau itu disampaikan, Maka dia berkata, “Sayalah yang lebih berhak untuk mendatangi Rasulullah!”.
Maka, Dia pun memakai tongkat dan berjalan mendatangi Rasulullah. Sesampainya di rumah Rasulullah, Dia mengucapkan salam dan Rasulullah pun menjawab salamnya.
Lalu Rasulullah bersabda kepadanya, “Wahai ibu Alqamah, Jawablah pertanyaanku dengan jujur, Sebab jika engkau berbohong, Maka akan datang wahyu dari Allah yang akan memberitahukan kepadaku, Bagaimana sebenarnya keadaan putramu Alqamah!?”.
Sang ibu menjawab, “Wahai Rasulullah, Dia rajin mengerjakan shalat, Banyak puasa dan senang bersedekah!”.
Lalu Rasulullah bertanya lagi, “Lalu apa perasaanmu padanya!?”.
Dia menjawab, “Saya marah kepadanya Wahai Rasulullah!”.
Rasulullah bertanya lagi, “Kenapa?”.
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, Dia lebih mengutamakan istrinya dibandingkan saya dan diapun durhaka kepada saya!”.
Maka, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya kemarahan sang ibu telah menghalangi lisan Alqamah, Sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat!”.
Kemudian beliau bersabda, “Wahai Bilal, Pergilah dan kumpulkan kayu bakar yang banyak!”.
Si ibu berkata, “Wahai Rasulullah, Apa yang akan engkau perbuat!?”.
Beliau menjawab, “Saya akan membakarnya dihadapanmu!”.
Dia menjawab, “Wahai Rasulullah, Saya tidak tahan kalau engkau membakar anakku dihadapanku!”.
Maka, Rasulullah menjawab, “Wahai Ibu Alqamah, Sesungguhnya adzab Allah lebih pedih dan lebih langgeng, Kalau engkau ingin agar Allah mengampuninya, Maka relakanlah anakmu Alqamah, Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, Shalat, Puasa dan sedekahnya tidak akan memberinya manfaat sedikitpun selagi engkau masih marah kepadanya!”.
Maka dia berkata, “Wahai Rasulullah, Allah sebagai saksi, Juga para malaikat dan semua kaum muslimin yang hadir saat ini, Bahwa saya telah ridha pada anak saya Alqamah!”.
Rasulullah pun berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, Pergilah kepadanya dan lihatlah apakah Alqamah sudah bisa mengucapkan syahadat ataukah belum, Barangkali ibu Alqamah mengucapkan sesuatu yang bukan berasal dari dalam hatinya, Barangkali dia hanya malu kepadaku!”.
Maka, Bilal pun berangkat, Ternyata dia mendengar Alqamah dari dalam rumah mengucapkan Lailahailallah. Maka, Bilal pun masuk dan berkata, “Wahai sekalian manusia, Sesungguhnya kemarahan ibu Alqamah telah menghalangi lisannya sehingga tidak bisa mengucapkan syahadat, Dan ridhanya telah menjadikanya ia mampu mengucapkan syahadat!”.
Kemudian, Alqamah pun meninggal dunia saat itu juga. Maka, Rasulullah melihatnya dan memerintahkan untuk dimandikan lalu dikafani, Kemudian beliau menshalatkannya dan menguburkannya.
Lalu, Didekat kuburan itu beliau bersabda, “Wahai sekalian kaum Muhajirin dan Anshar, Barangsiapa yang melebihkan istrinya daripada ibunya, Dia akan mendapatkan laknat dari Allah, Para malaikat dan sekalian manusia. Allah tidak akan menerima amalannya sedikitpun kecuali kalau dia mau bertobat dan berbuat baik pada ibunya serta meminta ridhanya, Karena ridha Allah tergantung pada ridhanya dan kemarahan Allah tergantung pada kemarahannya!”.
(A.R)