Kinerja UMKM (Kinerja UMKM Salon Kecantikan Sebelum Pandemic dan di Masa Pandemic)

Detikkasus.com |artikel

Di kutip oleh (lipi.go.od / 2020) – Pandemi COVID-19 berimbas besar pada kelangsungan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Krisis ekonomi yang dialami oleh UMKM pun menjadi ancaman besar bagi perekonomian nasional, mengingat UMKM merupakan penggerak ekonomi domestik dan penyerap tenaga kerja terbesar dalam beberapa dekade terakhir.
“UMKM yang merupakan penopang produksi nasional tengah menghadapi goncangan dari sisi penawaran dan permintaan, hal itu dapat berimplikasi pada penurunan kesejahteraan masyarakat,” ujar Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Eko Nugroho dalam Webinar “Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Kinerja UMKM: Mitigasi dan Pemulihan” pada Senin (29/6).
Pusat Penelitian Ekonomi LIPI telah melakukan Survei Kajian Cepat Dampak Pandemi COVID-19 terhadap Kinerja UMKM Indonesia. Survei ini bertujua untuk mendiagnosa dampak pandemi pada kelangsungan UMKM serta mengidentifikasi strategi pemulihan kinerja UMKM. “Tantangan dalam menghadapi pandemi ini adalah adanya ketidakpastian dan trade-off antara persoalan kesehatan dan ekonomi. Kompleksitas masalah yang ada adalah bagaimana menyelamatkan UMKM terdampak dan mempersiapkan pemulihan ekonomi,” jelas Eko.

Di kutip oleh (beritasatu.com / 2015) – Pertumbuhan bisnis salon di Indonesia meningkat antara 10-15 persen dibandingkan pencapaian pada tahun lalu.
“Dunia kecantikan bukan lagi berkaitan dengan lifestyle tapi menjadi entitas bisnis. Bahkan, mampu menyerap banyak tenaga kerja profesional,” kata Pakar Kecantikan Indonesia Rudy Hadisuwarno saat ditemui pada jumpa pers Pameran Bisnis dan Kecantikan “Surabaya Beaute” di Surabaya, Selasa (19/5).
palagi, ungkap dia, saat ini bisnis kecantikan tidak hanya hadir di hotel bintang, pusat perbelanjaan, ruko ternama. Akan tetapi, sekarang telah menyebar hingga di pasar tradisional, garasi, dan ruang tamu rumahan.
“Kondisi itu membuktikan bisnis kecantikan sudah sangat pesat perkembangannya,” ujarnya.
Ia menjelaskan, jumlah pelaku bisnis kecantikan tiap tahun semakin meningkat. Sebagai rujukan, pengusaha yang bergabung dalam asosiasi profesi kecantikan Tiara Kusuma jumlahnya mencapai 100.000 pengusaha dari penjuru Nusantara.
“Dari angka tersebut, sebanyak 30.000 pengusaha berada di Jawa Timur,” katanya.
Di sisi lain, tambah dia, perkembangan bisnis salon sudah meluas hingga di kalangan pengusaha kecil menengah atau UMKM. Khususnya, mereka yang mengembangkan usaha dengan skala rumahan.
“Tidak hanya mereka yang menempuh sekolah berskala internasional. Kini, mereka yang lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) sudah bisa membuka bisnis ini dan menerima klien,” katanya.
Dengan jumlah tersebut, sebut dia, ada beberapa di antaranya yang terimbas persaingan pasar. Penyebabnya, mereka tidak mampu mengikuti perkembangan zaman terutama teknologi kecantikan.
“Apalagi sekarang kelangsungan bisnis kecantikan didukung kehadiran alat berteknologi modern dan canggih. Sementara, konsumen semakin paham dengan perkembangan teknologi,” katanya.
Oleh sebab itu mereka harus bisa mengakses tren dunia kecantikan internasional. Apabila konsumen berkenan di suatu salon tertentu tetapi pengusaha itu tidak menyediakan layanannya maka mereka berpindah ke salon lain. Dengan begitu, pembaruan informasi dan teknologi di dunia kecantikan sangat perlu dilakukan.
“Untuk itu, kami bekerjasama dengan PT Prakarsa Sinergi Utama mencoba memberikan akses bagi pengusaha salon di Surabaya dan Jawa Timur untuk bertemu menggali informasi dalam ajang Surabaya Beaute,” katanya.
Sedangkan, Managing Director PT Prakarsa Sinergi Utama, Juanita Soerakoesomah, selaku penggagas dari pameran berkelas dunia, Surabaya Beaute, mengemukakan, ajang itu merupakan kegiatan pertama kali di Kota Pahlawan. Agenda itu akan mempertemukan pelaku bisnis salon di Jatim dengan distributor dan pabrikan produk serta alat-alat kecantikan dari dalam dan luar negeri.
“Kelangsungan hidup sebuah bisnis salon itu 30 persen tergantung pada kelengkapan alat-alat yang berteknologi modern. Lalu, sisanya pada manajemen dan layanan,” katanya.
Pendapatan para pengusaha jasa salon dan kecantikan di Jawa Timur mengalami penurunan omzet antara 50 hingga 70 persen sejak berlangsung pandemi Korona. Saat ini mereka tengah memikirkan upaya menggaet konsumen lagi agar bisnis mereka tetap berjalan.
susi seorang pemilik salon rambut dan kecantikan di Kelurahan Pulungdowo, Kecamatan Tumpang mengatakan, pada awal merebaknya kasus Korona sekitar Bulan Maret hingga April lalu, pendapatannya telah berkurang sekitar 50 persen. Memasuki Bulan Mei hingga Juni pendapatannya makin berkurang hingga mencapai 70 persen.
“Pemasukan saya turun 50 persen ada. Sekarang malah sudah turun 70 persen”, kata Tanti saat ditemui disela-sela melayani pelanggannya, Rabu (24/6/2020).
Namun demikian, Tanti enggan menyebutkan berapa persisnya angka pendapatan dari bisnis salonnya.
Ia mengatakan, sebenarnya ia dan pegawainya pun merasa takut tertular virus saat tetap bekerja di masa pandemi. Sebab ia harus bersentuhan langsung dengan konsumen jika hendak merawat rambut, wajah, maupun perawatan badan konsumennya. Namun ia memilih tetap membuka salon agar bisnisnya tetap berjalan.
“Tapi gimana lagi, dilema juga. Mau kerja juga was-was”, ujarnya.
Karena itu, ia melakukam antisipasi untuk diri sendiri dengan menerapkan protokol kesehatan. Diantaranya, tetap mengenakan masker saat bekerja dan sering mencuci tangan menggunakan sabun. Ia juga meminta pengunjung mencuci tangan dengan sabun.
“Kalau mau dibilang takut mungkin semua orang tetap takut ya. Tapi aktifitas harus terus berputar juga. Jadi kita antisipasi semaksimal mungkin. Yang datang suruh cuci tangan dulu di depan, lalu handel pintu kita lap air sabun tiap tamu pulang”, katanya.
Namun demikian, konsumen yang datang ke salonnya juga berkurang drastis sejak pandemi. Saat ini ia tengah mencari dan memikirkan cara agar pemasukan dari bisnis salonnya kembali stabil.
“Kita ya masih bingung, lagi penjajakan juga kira-kira gimana cara mengatasinya”, tambah Tanti.
Risa pengelola salon kecantikan di Kecamatan Tumpang juga mengalami hal yang sama. Pemasukannya juga menurun hampir 50 persen sejak pandemi Korona. Pihaknya juga menerapkan protokol kesehatan untuk menjaga diri agar tidak tertular virus.

Baca Juga:  PMM UMM kelompok 12 adakan Sosialisasi Kepada Ibu-Ibu Pentingnya Kesehatan Mental Bagi Anak di RT.05 RW.02 Kelurahan Merjosari

Nama penulis : Veny Narisa Putri
Universitas Muhammadiyah Malang
Dosen : Fika Fitriani

Baca Juga:  Kecewanya OSO pada Jokowi dan Wiranto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *